Bootes

386 31 5
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

Note from :
Arion Aldebaran
(24 tahun)

~~~

Aku yang membunuhnya! Rasanya menyenangkan melihat orang yang sudah lama menyakiti dia (maksudku menyakitiku juga) mati terkapar. Untungnya tak ada yang mempermasalahkan pengakuan keluargaku dan keputusan polisi yang menyatakan bahwa dia mati karena bunuh diri.

Tak ada saksi. Entahlah, mungkin keluargaku (maksudku keluarganya) ada yang melihat tapi memilih bungkam atas apa yang kulakukan. Karena aku yakin sekali, selain anak kecil yang terang-terangan berada di sana, ada adiknya juga yang berada di tempat kejadian. Dan kurasa untuk ukuran remaja tanggung seperti adiknya (agaknya sangat aneh kalau menyebutkan dia juga adikku) pasti sudah mengerti dengan perbuatanku.

Membunuh.

Ya, aku pembunuh.

Dan rasanya aku ingin melakukan itu lagi. Atau setidaknya menyiksa seseorang untuk melampiaskan hasrat membunuh yang kumiliki.

Tapi tidak dengan anak kecil itu. Rasanya sangat sayang meskipun dia bukan anakku. Dan aku berusaha menampik fakta kalau sewaktu-waktu ketika dia tumbuh dewasa, dia akan melaporkanku ke polisi atas kasus ini.

Duh, bagaimana ya?

Ah, aku tau! Anak ini pasti akan mengalami trauma hebat. Dan keluarganya akan membawanya ke tenaga ahli. Mungkin psikiater atau psikolog untuk menyembuhkan rasa traumanya. Dan … mungkin saja untuk menghilangkan rasa trauma itu, dia harus menjalani terapi yang membuatnya melupakan kejadian ini.

Pasti seperti itu kan?

Arion Aldebaran

🌠🌠🌠

Ketika memasuki pintu masuk, Orion samar-samar mendengar sedikit keributan. Cowok itu meneruskan langkahnya. Dan begitu sampai di ambang ruang tamu, ia ingin sekali menghilang dari tempat itu. Setidaknya biarkan ia menjauh sebelum ada yang melihat kedatangannya. Tapi sepertinya itu mustahil. Karena semua orang menoleh dan memperhatikannya.

"Orion?" Nampak raut khawatir di wajah Jihan. Buru-buru ia mengejar dan menahan Orion yang ingin pergi lagi. "Kak Orion!"

Orion berhenti karena Jihan memegang lengannya. Ia menoleh malas dan sedikit kecewa.

"Orion … mereka baru lima belas menit di sini kok. Belum ada setengah jam," jelas Jihan.

Mendengar penyangkalannya itu membuat Orion berbalik untuk menghadap mamanya. "Mama tau kan, aku nggak suka ada orang asing masuk rumah ini?" tanyanya dengan tajam.

"Mereka cuma teman-teman Mama!"

"I don't care! Selain Mama, Papa, Rigel, aku, Om Helmi, dan orang-orang yang aku izinin masuk ke sini, nggak boleh ada yang datang!"

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang