Corvus

243 25 3
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

Semalam, Orion tidak pulang ke rumah orangtuanya. Ia memilih meringkuk di markas Danixa. Nasib adiknya masih menjadi pertanyaan. Tapi Orion tidak terlalu memperdulikannya. Toh, tidak mungkin juga orangtuanya akan menyiksa Rigel kan?

Hanya karena nilai turun? Orion rasa tidak mungkin. Orion menganggap kejadian waktu itu hanya bentuk emosi sesaat karena Rigel diseret ke ruang BK untuk pertama kalinya.

Hal yang sekarang dikhawatirkan Orion adalah gadis yang semalam gagal ia antarkan pulang. Entah kenapa. Ia bahkan rela datang pagi-pagi sekali hanya untuk nongkrong di warung dekat sekolah dan menunggu Luna lewat.

Berkat bantuan Atlas, kakinya terasa lebih enakan. Dulu, ia juga sering terkilir karena kebandelannya. Dan mendiang ibunya yang mengajarkan teknik sederhana namun tidak sembarang orang bisa ini. Ia jadi sedikit tahu menahu tentang apa yang harus dilakukan ketika kaki seseorang terkilir.

Orang yang ditunggu-tunggu muncul juga. Orion dengan tergesa menghampiri Luna yang berjalan di seberang. Sama sekali sekolah merespon meskipun dipanggil berkali-kali. "Lun! Tunggu!"

Seratus persen diabaikan! Orion terpincang-pincang berusaha menyamakan langkah kaki Luna. Saat sudah semakin dekat, ia cekatan meraih pergelangan tangan siswi yang hari ini mengenakan kardigan biru navy. "Dengerin gue dulu!"

Luna cepat berbalik, menghempaskan tangan Orion dari kulitnya. "Apa sih?" ketusnya. Wajahnya benar-benar terlihat murka.

"Gue minta maaf!"

Luna tertawa hambar. "Minta maaf kenapa lo?" sinisnya dan Orion belum mampu menjawab.

Ia sedang bersusah payah menahan rintihannya. Kaki yang baru mendingan harus kembali cidera karena dibawa lari-larian tadi.

"Gue tau kok, tadi malem lo cuma bercanda buat jemput gue. Jadi, lo nggak usah minta maaf!" Setelahnya, Luna melenggang cepat begitu saja. Masuk ditelan gerbang sekolah.

"Luna!"

Berulangkali Orion menyebutkan nama itu, tidak membuat sang empunya nama menoleh barang sejenak.

Baru saja ia berbalik ingin menyeberang lagi. Namun melihat seorang siswi berjalan dari halte membuatnya mengurungkan niat. Orion menunggu hingga siswi tersebut lewat tepat di depannya.

"Tunggu!"

Heliana menoleh dengan kening mengerut. "Iya?"

"Lo yang kemarin nggak sengaja gue tabrak, kan?" Orion menunjuk Heliana dengan tatapan bertanya. Ia ingin meminta maaf sekaligus membetulkan ponsel Heliana yang pasti rusak akibat ulahnya.

Heliana menggigit bibirnya gugup. Namun ia tetap mengangguk. "Iya!"

Orion tersenyum rileks. "Hape lo gimana? Udah dibenerin?"

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang