Tucana

218 24 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌠🌠🌠


"Boleh kami bertemu dengan Seno?"

Di ruang yang menjadi tempatnya diinterogasi ini, Rendra mengerutkan kening. Ditatapnya semua wajah. Setelah diberitahu bahwa ia melakukan banyak sekali tindak kriminal, pria itu segera menyangkal. Namun semua bukti memang diperlihatkan dan benar adanya.

Ia bahkan menangis keras kala mendapati kondisi putra bungsunya yang terbaring lemah. Dan kata mereka, itu ulahnya.

Sampai sekarang, ia belum bertemu Orion dan Jihan. Rendra ingin sekali melihat dua orang yang dicintainya itu.

Pria itu belum tahu kalau istrinya sudah meninggal lantaran menjatuhkan diri dari gedung rumah sakit. Ia juga tidak tahu kalau Orion berniat menyusul mamanya.

"Maaf? Saya nggak tau siapa itu Seno."

Katanya, orang di depannya ini adalah seorang dokter. Entah dokter macam apa yang bisa dipercaya untuk menangani kasus kriminal.

"Seno! Saya tau kamu ada. Bisa bicara sebentar? Ada beberapa hal yang perlu kami ketahui tentang kalian. Hanya anda yang bisa menolong semua orang di sini."

Bersamaan dengan itu, Orion datang ke ruangan diam-diam bersama Helmi. Mereka dipersilahkan duduk tanpa suara. Menunggu dibalik tembok dan berharap jawaban segera keluar.

Tiga jam yang menegangkan. Sampai suara pintu yang terbuka lebar. Sosok Rendra bergerak tidak tenang.

Orang-orang yang tidak paham situasi segera menahan pria itu.

"Aduh, Pak ... Sebentar lagi saya ada kelas dan harus mengumpulkan tugas. Bapak mau saya mengulang karena kalian menahan saya di sini?"

Dokter Richard, beliau menjadi penanggung jawab Rendra saat ini. Usianya hampir menginjak lima puluh tahun. Dokter kejiwaan yang sudah banyak pengalaman. Ia keluar dan meminta orang-orang yang menahan Rendra bersikap sedikit lebih baik.

"Leo? Kamu Leo kan?"

"Haish ... Iya, Pak ... Kan saya udah ngomong tadi."

Orion benar-benar terkejut. Tidak. Semua orang terkejut. Suara yang terkesan segar dan berenergi. Itu bukanlah Rendra! Orion yakin. Sekalipun wajah mereka sama persis, sosok ini sama sekali tidak mewarisi satu pun sifat dan bahkan karakter suara papanya.

"Leo?" gumam Orion masih mencoba mencerna kejadian ini.

"Pak, saya beneran telat ini. Kalian mau tanggung jawab kalau saya dimarahi dosen? Duh, mana dosennya super galak."

"Leo, mohon kerjasamanya ya? Kita kembali ke dalam. Nanti kami beritahukan keadaan darurat ini kepada pihak kampus."

Leo menunduk lesu. Pada akhirnya ia menuruti Dokter Richard.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang