Volans

193 21 0
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

Ia memandangi langit-langit kamar tidak berselera. Lalu, keberadaan sebuah koper besar yang sudah disiapkan lebih membuatnya tertarik.

Seseorang muncul dari balik pintu. "Udah siap? Sebentar lagi kita berangkat!" katanya. Senyuman kecil tidak mampu membuat Rigel ikut tersenyum juga.

Dengan gontai, ia berjalan keluar kamar. Menyeret kopernya malas. Saat sampai di ujung tangga, Rigel berhenti. Genggeman pada koper dilepas.

Separuh tubuhnya menoleh ke belakang. Ragu-ragu, ia memaksa kakinya untuk berjalan mendekati sebuah kamar kosong di samping kamarnya.

Handle pintu yang dingin. Sedingin bagaimana hatinya sekarang. Diputarnya benda tersebut sampai menyerukan bunyi berderit.

"Permisi, Kak Ori ... Rigel masuk ya?" lirihnya.

Rigel berdiri di tengah-tengah ruangan. Menatap kosong kamar yang keadaannya masih sama seperti dulu. Tidak ada yang dirubah. Barang-barang diletakkan di tempat yang sama seperti dulu.

"Kalau mau masuk ketuk pintu dulu!"

"Maaf, Kak ...."

Kaki Rigel sudah terbalut kaos kaki setinggi tulang kering. Tak ada yang bisa dilakukannya selain berjalan mengelilingi kamar itu.

Di tengah-tengah kasur, Rigel melihat kakaknya berbaring. Ia lalu bergerak merapikan sprei yang sedikit tersingkap. Dan ketika melihat ke tengah-tengah lagi, Orion sudah lenyap.

Lemari besar di sudut ruangan itu dibuka. Seandainya ingin, Rigel bisa saja masuk ke lemari itu dan tertidur di dalamnya. Tangannya bergerak mengambil salah satu hoodie berwarna hitam yang sering dipakai Orion.

Rasa sesak menyusup ke dada. Rigel menutup lemari dan berjalan ke depan cermin besar. Dipakainya hoodie itu. Seketika, tubuhnya tenggelam dalam balutan hoodie kakaknya. Aroma tubuh Orion yang khas memeluk Rigel.

Dari pantulan cermin, Rigel melihat Orion tersenyum. "Adek boleh pinjam ini kan, Kak?" tanya Rigel dengan suara bergetar.

"Boleh. Pakai aja!"

Detik itu juga, Rigel berjongkok. Ia menghapus air matanya yang tiba-tiba keluar menggunakan lengan hoodie yang terlalu panjang baginya.

🌠🌠🌠

Sudah enam bulan semenjak Irawan (Bambang Irawan) ditangkap. Sidang terus berlanjut dengan berbagai macam fakta baru terungkap. Pria itu terancam mendapatkan hukuman mati.

Semua orang memang berharap demikian. Tak terkecuali Luna sendiri.

Buku diary Mentari ternyata juga ada yang disembunyikan pria itu. Kelanjutan dari kisah yang berhenti tiba-tiba. Dan itu adalah bukti yang memberatkan hukumannya.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang