Pavo

180 25 0
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

"Dua belas tahun yang lalu, kakek meninggal. Apa yang mereka katakan ke lo tentang alasan kakek meninggal?"

"Em ... Waktu kecil mereka bilang sakit, tapi beberapa tahun yang lalu, Mama bilang bunuh diri."

"No! Nggak ada satupun dari dua fakta itu yang tepat. Yang sebenarnya terjadi adalah Kakek dibunuh oleh ayah."

Deg.

"...."

"Ditembak mati! Dan lo ada di sana. Menyaksikan semuanya."

"...."

"Lo mengalami trauma berat, sampai akhirnya terpaksa menjalani hipnoterapi untuk melupakan kejadian itu. Entah gimana gue kurang tau cara kerjanya, lo juga kehilangan memori selama kehidupan lo di London."

"...."

🌠🌠🌠

Pagi ini sangat heboh. Tentu karena kekacauan yang dibuat Luna. Buku diary milik Mentari benar-benar disebarkan isinya. Banyak orang merasa itu masuk akal. Terlebih mereka yang mengaku melihat kedekatan antara Orion dan Mentari dulu.

"LUNA!"

Koridor yang agak ramai seketika senyap. Luna berbalik, mengerutkan alis melihat Genta melangkah tergesa-gesa dengan wajah dipenuhi amarah.

"Ikut gue!"

Tangan Luna ditarik. Gadis itu berontak tidak suka diperlakukan kasar seperti ini. "Apaan sih?" Beberapa kali ia hampir tersandung mengikuti langkah lebar Genta. Saat sampai di tempat yang sepi, punggung gadis itu dihempaskan ke dinding.

"Lo apa-apaan di grup chat sekolah?" desak Genta. Satu malam ia menahan diri agar tidak menyambangi rumah Luna untuk melabraknya.

Tahu jalan cerita yang dimaksud, Luna balas tertawa remeh. "Oh, karena itu lo marah? Sepenting apa Orion buat lo? Sampai-sampai lo ikutan marah saat kelakuan busuk dia kebongkar?"

Gigi cowok dengan surai tebal dan hitam itu saling beradu. "Pertanyaan lo nggak bermutu! Tian udah pernah ngasih tau lo kan? Kalau lo butuh kejelasan, lo bisa—"

"Ngapain gue minta penjelasan dari kalian? Kalau bukti udah ada di depan mata? Orion itu brengsek! Dia yang udah menghamili dan membunuh sahabat gue!!" Luna setengah berteriak di akhir kalimat. "Lo mau bukti lagi? Gue bakal tunjukkin email-email yang dikirim sama Mentari ke gue!"

Suara yang keras itu mengundang perhatian beberapa siswa-siswi.

Genta menatap nanar cewek di depannya. "Seenggaknya lo harus tau kondisi Orion sekarang, Lun." Ia ingat betul, bagaimana sahabatnya yang ternyata diam-diam menangis saat memasuki ruang ICU. Bahu yang biasanya tegap bergetar, kepalanya menunduk penuh rasa sesal. Sesuatu yang tidak ingin kembali ia lihat setelah kejadian satu tahun lalu, kejadian yang ternyata masih berefek sampai sekarang.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang