🌠🌠🌠
Vote dulu jangan lupa!!
🌠🌠🌠
"Gimana kabarnya sekarang?"
Meskipun cantik, sebenarnya Orion masih kurang nyaman jika harus berada di ruangan bercat putih ini bersama Dokter Lili. Dan … Ya, hampir setiap mereka bertemu, selalu saja pertanyaan itu yang diucap.
Entah ini pertemuan yang ke berapa. Meskipun sudah membantah jika ia bisa pergi sendirian, Helmi dan Aksa tidak pernah absen untuk mengantarkan Orion. Mereka bergantian, tergantung siapa yang sedang senggang.
Bisa tidak kalau Orion jawab 'baik, Dok!' semuanya akan selesai? Tapi tidak semudah itu. Dokter Lili pasti akan bertanya hal-hal lain yang membuat Orion merasa seperti di ruang interogasi.
Apalagi pas awal bertemu. Orion bahkan gugup hanya dengan melihat pintu ruang praktek dokter cantik itu. Tapi sekarang, rasa gugupnya sih sudah lebih menghilang.
"Baik, Dok! Dokter sendiri gimana?"
Dokter Lili tersenyum ramah. Hingga lesung pipinya terlihat. "Syukurlah baik, Nak!" Ia lalu mulai bertanya hal-hal lain yang cukup menyenangkan bagi Orion.
Sampai satu sesi dimana Orion mulai sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Mengapa ia bisa sampai seperti ini? Selalu menyalahkan diri atas kematian orang-orang terdekat. Menganggap bahwa seandainya ia bisa bersikap lebih baik, mereka pasti masih ada di sekitar Orion.
"Saya ini kenapa sih, Dok?"
Dokter Lili yang tengah mencatat beberapa hal penting di atas kertas mendongak ke depan dan kembali tersenyum. Ia menyimpan catatan itu sebentar di atas meja. "Kamu tau PTSD?"
"Post-Traumatic Stress Disorder. Stress pasca trauma. Itu yang kamu alami. Lebih tepatnya complex PTSD atau gangguan stress pasca trauma kompleks. Kematian orang-orang terdekat, kekerasan, juga kejadian buruk yang menimpa keluarga kamu membuat kamu merasa terus bersalah.
Rentetan trauma inilah yang menimbulkan PTSD kompleks, hal yang kamu alami."
Orion menunduk menyimak. Dokter Lili memang seratus persen benar. Ia bahkan tidak segan-segan untuk menghindari segala sesuatu yang nanti akan mengingatkan dirinya pada kejadian traumatis itu. Sampai sekarang, Orion belum bisa pergi mengunjungi makam mamanya lagi, juga Mentari. Hanya pada hari pemakaman Jihan saja ia berada di sana. Menahan sekuat tenaga isak tangis agar tidak lolos di dekat makam Jihan. Saat itu, memang segala bentuk pengurusan jenazah dilakukan oleh pihak medis.
"Apa ... Saya bisa sembuh, Dok?" tanya Orion lirih.
"Kamu pingin sembuh nggak?"
Tanpa ragu Orion mengangguk. Tapi kenapa Dokter Lili malah bertanya balik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Bercerita (✓)
Teen FictionTentang Orion yang mencari jawaban Tentang Luna yang mencari keadilan Dan tentang Semesta yang bercerita pada kita 🌠Jika kau masih belum mengerti akan teka-teki kehidupanmu, biarkan semesta yang bercerita🌠 (Beberapa part mengandung unsur 18+ Untuk...