🌠🌠🌠
Bau alkohol begitu menyengat di tempat gemerlap itu. Beberapa pengunjung meliuk-liuk bersama perempuan-perempuan berpakaian seksi di lantai dansa. Musik dinyalakan dengan keras. Dentumannya mengetuk-ngetuk dada bagi siapapun yang mendengar.
Orion duduk di salah satu meja sembari menegak minumannya. Satu teguk masih belum terasa apa-apa. Ia melanjutkan sampai puluhan teguk berharap kesadarannya menghilang dan ia tidak perlu lagi memikirkan masalahnya. Tapi sayang, Orion tetap sadar dan hanya sedikit merasa pusing.
"Hei, bro!"
Meski jelas tahu sapaan itu ditujukan untuknya, Orion tetap bergeming. Seseorang itu langsung merapatkan diri ke tubuh Orion, menarik kursi terdekat.
"Mau coba yang lebih nyenengin daripada ini nggak?"
Orion hanya melirik sekilas pada cowok yang kini menyeringai padanya. Itu Miko. Sepertinya diam adalah pilihan yang tepat. Orion terus menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas kecil. Meneguknya tanpa sisa.
"Cocok banget buat lo yang lagi banyak masalah kayak gini! Tenang, gue kasih diskon kok," rayu Miko berharap Orion tertarik dengan barang dagangannya. Tapi membujuk Orion sangatlah susah.
"Tiga puluh persen! Gue jamin, lo bakal ngerasa nggak punya masalah buat sementara waktu."
Nggak punya masalah ya? Batin Orion. Rasa tertariknya sedikit tumbuh. Ia sepenuhnya menoleh pada Miko. Orion tidak berpikir dua kali lagi.
Sekali dua kali nggak papa kan?
Tak lama, terdapat seringaian miring di bibir Miko.
🌠🌠🌠
Orion pulang hampir pukul tiga dini hari. Senyuman bahagia terpancar dari wajahnya. Ia bahkan tidak peduli dengan keberadaan Aksa yang sepertinya juga baru pulang dari rumah sakit. Cowok itu tetap menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Orion! Lo mabuk?" teriak Aksa dari bawah anak tangga. Wajahnya nampak berang. Menahan tumpukan emosi yang siap meledak.
Teriakan itu bagai angin lalu bagi Orion. Lebih baik menikmati sisa barang yang sudah dicobanya tadi dari hasil membeli dagangan Miko. Ternyata benar, Orion seperti terbang bebas. Ia seolah tidak punya masalah lagi.
Tubuh lelah itu direbahkan di atas kasur yang belakangan semakin jarang ditempati. Rasa dingin nan empuk merayap sampai ke ulu hati. Nyaman. Beban-beban yang terasa mencekik leher berangsur menghilang. Membuatnya secara tak sadar memejamkan mata.
Beep beep!!
Suara klakson telah membuatnya terjaga. Kala netranya terbuka, Orion sadar tengah berdiri di tengah-tengah jalan raya. Refleks, ia mundur, menghindari beberapa mobil yang berlalu-lalang meski jarang.
"KAK ORI! KAK ORI!!"
Samar, suara anak kecil yang samar berkunjung ke gendang telinga. Jauh di seberang jalan, seorang balita melompat-lompat kegirangan dengan tangan yang terangkat. Jelas ia kenal dalam sekali lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Bercerita (✓)
Fiksi RemajaTentang Orion yang mencari jawaban Tentang Luna yang mencari keadilan Dan tentang Semesta yang bercerita pada kita 🌠Jika kau masih belum mengerti akan teka-teki kehidupanmu, biarkan semesta yang bercerita🌠 (Beberapa part mengandung unsur 18+ Untuk...