Hydra

219 22 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



mentarii@gmail.com

Luna, ini surat terakhir gue. Jangan sedih lagi ya, meskipun lo nggak akan dapat surat gue lagi. Gue rasa ini udah lebih dari cukup. Lo paham kan? Kalau masih belum paham, atau justru nggak akan paham, gue nggak akan mempermasalahkannya. Toh, gue juga udah mati.

Tapi, lo pasti percaya bahwa kebenaran akan selalu terungkap kan, Lun? Ya ... meskipun kayaknya kasus Jack the ripper masih bakal jadi misteri sih. Seenggaknya zaman sekarang keadilan sudah semakin baik. Teknologi juga.

Itu aja sih. Udah, nggak usah dipikirin email gak jelas yang ini. Haha.

Oh iya, dimanapun lo berada ... Ingat selalu lagu One Direction yang satu ini

~Don't forget where you belong~ ... Home

Ngaku! Pasti lo langsung nyanyi.

Eh, gue kasih sedikit pengingat buat lo nih
6° LU - 11° LS
95° BT -141° BT

YUP! RUMAH KITA!!

INDONESIA!!

🌠🌠🌠

Orion baru saja keluar dari kamar mandi. Menghela napas berat ketika melihat segumpal daging berada di atas ranjang pasien. Semalam, ia terpaksa tidur berdesakan dengan Rigel karena anak itu tidak mau pulang. Orion sudah memaksanya, tapi Rigel terus merengek dan bahkan hampir menangis.

"Bangun! Lo katanya mau jagain gue tapi malah tidur," kata Orion. Mengguncang bahu adiknya.

Untuk pertama kalinya Rigel langsung terbangun di detik pertama seseorang membangunkannya. Ia mengucek mata sebelah kiri, lalu bergegas turun dari ranjang.

"Rigel!"

"Hmmm?"

Orion menyuruh Rigel duduk di kursi. Ia memandang penampilan adiknya dari atas sampai bawah. Ada beberapa luka memar di area mata, pipi, tangan serta kaki. Tak hanya itu, sebuah luka yang menganga lebar juga menghiasi lengan kecilnya. Disertai luka-luka lecet hampir di sekujur tubuh.

Perbincangan semalam mengganggu Orion. Ia tidak sepenuhnya yakin dengan perkataan Rigel.

"Itu lo kenapa?"

"Jatuh dari sepeda," jawab Rigel. Tidak berani menatap dua mata kakaknya.

"Kenapa bisa?"

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang