Circinus

251 27 10
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

mentarii@gmail.com

Negara selanjutnya yang jadi impian gue, Yunani. Penasaran aja sih, dengan bangunan-bangunan kuno di sana. Piramida, Sphinx, Parthenon (kuil Athena), kota Athena, dan jangan lupakan destinasi yang lain. Mungkin Santorini?

37 23

🌠🌠🌠

Luna terhenyak. Teringat akan amplop putih yang ia temukan sendiri malam ini. Cewek itu buru-buru mengambil surat kaleng yang ia dapatkan. Luna bahkan tidak ingin pergi bersih-bersih setelah Ares mengantarkan pulang dan mampir sejenak bertemu Hanum. Ia membaca bagian puisi di sana. Lalu, jantungnya seolah diremas membaca beberapa baris puisi di atas kertas.

Kalau rindu aku, tetaplah langit malam yang berbintang
Kamu akan menemukanku di sana

Jika kamu masih belum mengerti akan teka-teki kehidupanmu, biarkan semesta yang bercerita

Luna kembali membuka email yang ia dapatkan sebelumnya dari Mentari. Mata cewek itu membelalak dengan pantulan layar ponsel. Sebelah tangan menutupi mulutnya, sebisa mungkin tidak berteriak detik itu juga.

Puisi mereka sama! Apakah itu artinya, orang yang mengirimkan surat kaleng sama dengan orang yang dimaksud Mentari dalam email tersebut?

Kebingungan Luna terhenti ketika Hanum memanggilnya dari luar. Ketika ditanya ada apa, kata beliau ada salah seorang guru Luna yang menunggu di ruang tamu. Tentu saja Luna semakin terkejut.

Cewek itu bergegas menemui guru laki-laki yang ternyata adalah Pak Bambang. Beliau nampak gelisah di atas sofa.

"Kenapa, Pak?"

Mulanya, Pak Bambang nampak ragu. Namun pada akhirnya beliau mengucapkan sesuatu yang menambah kejutan besar pada Luna.

"Jadi … kamu Luna temannya Mentari?"

Wajah bingung Luna diabaikan. Pria yang hampir berusia lima puluh tahun itu mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menyerahkannya kepada Luna. "Ini punya Mentari. Saya rasa, kamu lebih berhak menyimpannya."

Luna menerima kotak kecil itu dengan penuh tanda tanya. Bagaimana bisa Pak Bambang bersikap seolah sangat dekat dengan Mentari? "Loh … Bapak kenal dengan teman saya?"

Beliau tersenyum tipis. "Sebenarnya, Mentari adalah anak dari almarhum sahabat saya. Sebelum kejadian itu, dia sempat tinggal bersama kami sekeluarga. Sudah lama saya mencari Luna yang dimaksud Mentari dalam tulisan di kotak itu. Sampai akhirnya … kemarin, istri saya menemukan satu foto di bawah kasur yang ditempati Mentari. Dan itu foto kalian."

Luna membuka kotak dengan tutup yang ditulis menggunakan spidol permanen. Ada namanya di sana. Di dalam kotak itu, foto yang dimaksud Pak Bambang langsung menyembul. Ketika diambil, ada satu benda lagi di bawahnya. Sebuah kertas yang dilipat-lipat. Di dalam kertas itu ada sebuah kalung dengan bandul matahari.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang