Ada hal yang lebih mengejutkan Orion hari ini. Bukan karena keberangkatan menuju ke lokasi study outdoor ditunda beberapa jam karena ada sedikit masalah. Melainkan kabar dari dua orang cewek yang mengaku mendapatkan kiriman dari Singapura juga.
Masih dengan atas nama Danixa sebagai pengirim.
Mereka semua duduk menjauh dari kerumunan. Sengaja, bermaksud agar obrolan ini tetap menjadi rahasia dan tidak bocor kemana-mana.
"Lo udah buka isi paketnya?" tanya Genta.
Rana menggeleng, " Belum. Gue rasa kalian lebih berhak. Soalnya pada bungkus paketnya ada nama kalian."
"Terus lo, Ra? Lo dapat apa?" Orion menghunuskan tatapannya pada Rachel yang dari tadi menyimak.
Rachel diam saja. Ia sedang memikirkan kata-kata untuk ia susun guna menjawab Orion. "Flash disk," singkatnya. "Tenang aja. Udah gue amankan barangnya."
Mereka mengangguk serempak.
"Lo udah liat isinya?"
Rachel menggeleng atas pertanyaan tambahan dari Tian. "Gue tau kalau paket itu dimaksudkan buat kalian."
Orion akhirnya bisa bernapas lega. Hatinya terus bertanya-tanya. Mengapa mereka mendapatkan paket misterius itu? Dan ... Kalau memang tujuan utamanya adalah untuk Orion dan teman-temannya, kenapa harus disampaikan lewat cewek-cewek itu? Kenapa tidak langsung saja?
"Kalian merasa nggak, kalau ini semua ulah Atlas?" kata Orion. Membungkam mulut semua orang. Otak mereka seolah baru terhubung.
"Gue baru tau kalau ternyata rumah di depan gue itu rumahnya Atlas," kata Rana memecah keheningan.
"Lo nggak pernah liat Atlas satu kali pun?" tanya Zaman.
Rana mengangguk. "Nggak pernah. Mungkin waktu ada polisi setelah kejadian itu juga gue lagi nggak di rumah."
Mereka tidak terlalu terkejut. Karena jujur saja, teman-teman Atlas juga tidak pernah menginjakkan kaki ke rumah asli cowok itu. Mereka lebih sering pergi ke kosan atau memilih berkumpul di markas Danixa.
Luna memandang khawatir cowok di sampingnya. Bukannya tidak percaya dengan omongan Orion. Hanya saja, Luna merasa Orion tidak boleh terlalu berharap akan kejadian ini.
"Kalau memang ini ulah dia ... Berarti ada satu kemungkinan besar," Tian bersuara. Ia tahu apa yang ada di pikiran Orion. Makanya, cowok itu tidak melanjutkan kalimatnya. Hanya menunggu temannya melengkapi kalimat tersebut.
"Atlas nggak bisa muncul karena dia menghindari seseorang."
Luna mengeluarkan batuk kecil. "Em ... gue rasa kita dapat masalah," katanya lalu meringis takut.
"Kenapa?" Orion bertanya dengan nada lebih lembut.
Dua netra hitam Luna melihat satu persatu temannya. "Amplop-amplop itu gue bawa sekarang," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Bercerita (✓)
Ficção AdolescenteTentang Orion yang mencari jawaban Tentang Luna yang mencari keadilan Dan tentang Semesta yang bercerita pada kita 🌠Jika kau masih belum mengerti akan teka-teki kehidupanmu, biarkan semesta yang bercerita🌠 (Beberapa part mengandung unsur 18+ Untuk...