Corona Borealis

246 23 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌠🌠🌠




"Argh … Bangsat!" umpat Orion seraya menendang kerikil di depannya. Ia duduk di tepi jalanan yang sepi, meraih sebatang rokok dari saku jaket. Motornya ia biarkan terparkir di depan lampu jalan sementara ia berada di sini.

Kepulan asap menyebar ke langit saat Orion meniupkannya. Alisnya menukik tajam pertanda dirinya tengah terbawa emosi. Laki-laki itu berpikir keras, siapa yang berani menjebaknya dengan permainan murahan seperti itu?

Orion menggeser posisi duduk agar semakin ke belakang. Membiarkan punggungnya membentur tembok yang menjadi pembatas jalanan dan lahan kosong. Matanya yang beriris coklat gelap terpejam seiring hisapan rokok yang semakin dalam.

Skorsing satu minggu.

Tak menjadi terlalu bermasalah jika ia memang melakukan sebuah kesalahan. Tapi untuk sekarang, Orion merasa harus marah karena ia sama sekali tidak tahu menahu tentang keberadaan sebungkus rokok di dalam tasnya.

Derap langkah yang terdengar semakin berat tak membuat Orion membuka mata. Ia biarkan saja. Jika yang mendekatinya adalah seorang rampok atau pembunuh, untuk sekarang dirinya hanya bisa pasrah. Biarkan saja mereka mengambil keuntungan dalam penderitaannya. Lagipula siapa yang mau merampok seorang pria berwajah sangar?

Helaan napas panjang menyapa gendang telinga Orion. Pada akhirnya ia memilih membuka mata. Tanpa menoleh ke samping dimana sosok itu ikut duduk, Orion sudah yakin jika seorang perempuan lah yang berada di sampingnya.

"Ada masalah ya?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Luna. Gadis itu menoleh ke samping, bersamaan dengan Orion yang juga menoleh.

Tatapan mereka beradu untuk beberapa saat. Sebelum pada akhirnya Orion kembali menatap ke depan, menyesap rokoknya yang semakin pendek. "Lo kali yang ada masalah," tukasnya.

Luna mengerucutkan bibirnya kesal, "Sok tau!" cibir gadis yang kini memakai rok baby blue selutut, serta kaos putih yang dibalut cardigan berwarna lilac.

Tak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Luna tidak tahu dengan langkah kakinya yang tiba-tiba saja ingin ke tempat ini. Dan entah kenapa menemukan Orion yang tengah duduk memejamkan mata dengan ujung rokok menyala membuat hatinya tergerak untuk mendekat.

Luna menyadari kemana arah tatapan Orion. "Lo suka langit malam nggak?" tanyanya spontan. Tidak ada hawa canggung di atmosfer mereka. Mata sembabnya ikut menengadah ke langit.

Tak ada jawaban dari mulut Orion selama beberapa saat. Ia sibuk dengan bulan purnama yang menurutnya sangat indah malam ini.

"Gue suka bulan."

Hening menyelimuti atmosfer di sekitar dua insan itu.

"Sayang banget kota Jakarta kebanyakan polusi cahaya," kata Luna.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang