Camelopardalis

295 27 13
                                    

🌠🌠🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌠🌠🌠

Don't judge a book by its cover!

Pepatah itu memang benar adanya. Luna tidak tahu harus berbicara seperti apa, tapi Orion tak seburuk yang dikatakan orang-orang. Bahkan cowok itu mau mengantar Luna untuk pulang dengan selamat.

Ngomong-ngomong soal ini, Luna baru sadar akan satu hal setelah mereka sampai di depan gerbang. Dari mana Orion tahu rumahnya? Padahal dari tadi di perjalanan mereka hanya diam. Tapi sebelum mengeluarkan kata-kata ajaib, Luna terlebih dahulu membuka lebar gerbang besi agar Orion bisa masuk bersama motornya.

Mereka berlarian kecil menuju teras menghindari ribuan liter air yang disebar ke seluruh kota.

Terkadang, semesta memang suka bergurau. Padahal beberapa saat yang lalu, keadaan masih baik-baik saja. Bahkan semburat jingga di ujung Barat juga seolah menegaskan bahwa tidak akan ada orang kebasahan sore ini.

Orion menepuk-nepuk jaketnya, berharap bisa mengurangi air yang terlanjur menempel. Ia lalu duduk di kursi kayu, tidak memusingkan kemana perginya Luna karena sudah jelas jawabannya.

Cowok itu berulang kali mengatur napas kala hujan semakin deras. Ia berpikir. Mendeskripsikan apa saja di sekitarnya untuk mencegah gambaran mengerikan menyerang.

Ia melihat-lihat sekeliling, mendongak dan membiarkan kornea memfokuskan cahaya yang masuk ke mata. Melewati ke beberapa bagian lainnya sebelum akhirnya saraf optik akan meneruskan visual yang diterima retina menuju otak.

"Dasar anak nakal! Dibilang jangan hujan-hujanan!"

"Nggak usah masuk! Nanti lantainya kotor!"

Tidak ada yang istimewa. Halaman rumah bergaya minimalis sederhana ini luas. Ada pohon mangga di sebelah kiri halaman. Sebagian besar tanahnya tertutup rumput jepang. Beberapa jenis bunga juga ditanam di dalam pot. Yang paling menarik perhatian adalah mawar merah yang tengah mekar.

"Mawar melati … Semuanya indah …."

Apa saja. Ingatan apa saja asal jangan kejadian itu! Orion mohon! Jangan sampai ketakutan menguasainya hanya karena kenangan yang dibawa bersama hujan di sore hari.

"Siapa suruh hujan-hujanan? Sakit kan?"

Perhatian Orion dialihkan kepada Luna yang datang membawa sebuah handuk kecil.

"Nih, dilap dulu."

Kenapa harus hujan sore-sore sih? Kenapa nggak tadi pagi atau nanti malam?

Tangan Luna menggantung di udara selama beberapa saat. Sebelum akhirnya Orion merebut benda itu sedikit kasar.

Gue nggak boleh sampai sakit!

Orion mengelap wajah dan rambutnya. Mengacak-acak secara kasar. Sampai-sampai rasanya seperti ingin membotaki rambutnya menggunakan handuk. Wajahnya terlihat tegang.

Semesta Bercerita (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang