Chapter 31

99 8 0
                                    

Aku akan sedikit terlambat.

Tidak kalau dengan dia bahkan sedikit terlambat berarti sangat terlambat. Bagaimana bisa aku ketiduran di hari berbahaya seperti ini? Semoga dia tidak membunuhku di saat seperti ini.

Huff akhirnya aku sampai juga, aku pun membuka pintu cafe. Jujur jantungku berdegub sangat kencang sekarang. Aku bahkan tidak tahu mengapa dia mengajakku bertemu. Apa aku melakukan kesalahan? Tapi bukannya aku sedang cuti? Apa yang sudah kau lakukan Son Chaeyoung?

Aku bahkan ingat saat aku memberitahukan Somi bahwa aku diajak orang ini bertemu.

'Chaeyoungie, kau pasti melakukan kesalahan yang sangat besar'

'Ini kertas dan pulpen, kau bisa menuliskan pesan terakhirmu'

'Kumohon jangan sampai mati Chaeyoungie, aku tidak tahu harus berkata apa pada keluargamu nanti'

Itulah kata-kata penyemangat darinya buatku. Sangat membantu bukan temanku yang satu ini? Aku sangat terkejut saat diajak, tapi Somi jauh lebih terkejut daripada aku. Orang ini tidak pernah mengajak siapapun dari kami bertemu hanya berdua, dan ketika itu terjadi jelas ini sesuatu yang menakutkan bukan?

Tak perlu waktu lama setelah masuk ke cafe aku dapat melihat dengan jelas orang yang menungguku. Meskipun dia menghadap ke arah yang berlawanan denganku tapi dari aura menyeramkan disekitarnya saja aku bisa tahu dia adalah orang itu.

Aku menarik napasku panjang kemudian mulai berjalan ke arahnya. Setiap langkah semakin membuat kakiku melemah, aku betul-betul gugup saat ini. Tanpa sadar aku sudah berada di meja tempat dia sedang duduk. Dia terlihat sedang mengetik sesuatu di laptopnya dan membuatku semakin takut untuk mengganggu pekerjaannya.

"Se-sejeong unnie" panggilku ragu.

"Ohh, kau sudah datang? Duduklah dan pesanlah sesuatu dulu" dia hanya menoleh sebentar lalu melanjutkan pekerjaannya. Apa aku mengganggunya?

"Baiklah unnie" aku pun duduk di hadapannya dengan perasaan yang campur aduk. Apa aku menyinggungnya karena terlambat? Apa dia marah karena aku mengganggunya? Atau apakah dia sedang menyusun rencana untuk membunuhku? Entahlah semuanya tampak menakutkan.

"Silahkan pesanannya" aku dikagetkan dari lamunanku oleh pelayan yang sudah siap menerima pesanan.

"Oh, aku pesan strawberry smoothie satu" kataku pada pelayang itu.

"Itu saja?" tanyanya memastikan.

"Iya itu saja..."

"Tunggu..." aku dikagetkan dengan suara dari orang didepanku. Dia tampak menatap tajam ke arahku. Apa aku melakukan kesalahan? Apa dia punya phobia strawberry? Sial, harusnya aku tidak memesan itu.

"Kau pasti belum sarapan, dan ini juga sudah siang. Tolong dengan spaghetti bolognesenya satu. Terimakasih" katanya. Pelayan itu pun menerima pesanan kemudian beralih dari tempat kami, Sejeong unnie kembali melihat laptopnya.

"Kau menyukainya kan?" tanyanya tiba-tiba.

"Ne?" jawabku bingung.

"Spaghetti di sini. Aku pernah dengar kau menyukainya" jawabannya sangat membuatku terkejut. Iya aku sangat ingat pernah merengek pada Somi di kantor untuk menemaniku makan spaghetti di sini. Saat itu ada Sejeong unnie, tapi aku tidak menyangka dia mengingatnya.

"Iya unnie" kataku dengan senyuman.

"Senyummu manis" katanya yang sontak langsung membuatku merona. Kata-kata itu keluar dari orang yang tidak pernah ku sangka sebelumnya.

"Maaf tadi aku ada sedikit pekerjaan" katanya sambil menutup laptopnya. Pandangannya pun dialihkan padaku. Rasa gugupku pun kembali.

"A-apa yang ingin kau bicarakan padaku unnie?" tatapannya langsung berubah serius dan itu betul-betul membuatku merinding.

Sweet MIMOSA (MICHAENG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang