Happy reading 😊
Tanpa kata Arka langsung membopong Bella masuk ke kamar Alana dan mendudukkannya di atas kasur. Arka memeriksa bagian kaki Bella yang ternyata sedikit membengkak. Ia menghela nafas melihat kecerobohan Bella yang selalu membuatnya khawatir. Matanya kini beralih menatap Alana yang juga ikut masuk kembali ke kamar.
"Lana, ambilkan kotak obat dibawah," titah Arka,tapi yang disuruh tak juga bergerak.
"Alana ambil kotak obat di bawah, cepat." ulang Arka lagi.
Alana tak juga bergerak, karena heran tak ada pergerakan diam-diam Arka melihat dengan ujung matanya wajah Alana yang frustasi karena tak bisa menjalankan perintah abangnya, rupanya tangan Alana di pegang kuat oleh Bella. Arka menahan senyumannya saat melihat Bella menatap Lana dengan mata mohon seperti tak ingin ditinggal berdua saja dengannya.
Saat melihat tatapan abangnya, Lana dengan terpaksa melepaskan cengkraman tangan Bella. Matanya menyiratkan permohonan maaf karena tak bisa menolongnya kali ini. Dan lana pun dengan cepat menghilang dari jangkauan mata Bella, yang kini sedang ketakutan sendiri.
"Jangan takut,aku gak akan marahin kamu seperti dulu." Ucap Arka pada Bella yang hanya diam mendengarkan.
"Bell,kamu tuh udah dewasa bukan anak kecil lagi, apa harus dimarahi dulu baru cerobohnya bisa hilang?" Bella masih juga diam tak menjawab.
Arka menekan jarinya di sepanjang pergelangan kaki Bella,takut ada tempat yang terlewat. Dan benar saja selain di mata kaki, bagian belakang kakinya juga ikut lecet. Tapi melihat lantai dirumahnya marmer, Arka jadi bingung,gak mungkin kan marmer bisa bikin orang terpeleset lecet,kalo memar bisa jadi.
"Itu,itu gara-gara sepatu baru." Akhirnya Bella mengeluarkan suara pertamanya. Arka sampai harus mengangkat kepalanya takjub tak percaya mendengar suara Bella.
"Jangan dipakai lagi sepatunya,..." Omongan Arka terputus saat tiba-tiba Bella berdiri dan berkacak pinggang.
"Emang kamu siapa berani ngelarang aku?" Arka terkejut mendengar ucapan Bella.
"Awww...ishh..." Ringis Bella saat ingin beranjak keluar,ia tak tahan jika harus berduaan dengan bang Arka apalagi dikamar.
"Jangan bergerak dulu," Bella kembali di dudukkan di kasur. Dan tak lama sampailah Alana dengan menenteng kotak p3k.
"Nih kotaknya," Alana mengulurkan kotak tersebut yang langsung diterima Arka.
Arka mengoleskan salep untuk memar dan lecet di kaki Bella dengan lembut. Sedang Bella meringis perih menahan sakit, tanpa sadar air matanya sudah mengalir di pipinya. Bukannya Arka tak tau kalo Bella memang secengeng itu.
"Sakit?" Tanya Arka yang hanya dijawab anggukan kepala Bella.
"Makanya lain kali hati-hati. Giliran sakit aja nangis," Bella hanya diam tak menanggapi lagi ucapan Arka yang sarat akan sindiran.
"Emang kalo sakit harus ketawa gitu," sinis Alana yang kesal dengan ucapan abangnya.
Arka memejamkan mata,ia lupa kalau disebelahnya ada sang pembela dari langit, mereka sepertinya memang diciptakan untuk saling membantu satu sama lain, sampai-sampai adiknya sendiri berani melawannya hanya untuk membela sahabatnya yang padahal memang jelas-jelas bersalah. Kalo ada pepatah yang mengatakan bahwa darah lebih kental dari air,maka itu tak berlaku untuknya.
"Udah kan,yuk bell gue bantu papah sampai bawah," Bella mengangguk senang karena Lana membelanya,ia pun kini merangkul pundak Lana,dan berjalan dengan pelan menuju ruang makan.
Sedang Arka hanya menghela nafasnya pelan melihat ke arah dua gadis yang kini sedang menatapnya sinis dan berjalan keluar kamar.
****
"Loh bell,kaki kamu kenapa?" Luna menghampiri Alana ikut membantu memapah Bella,di belakang mereka terlihat Arka yang masih menatap khawatir ke arah Bella.
"Kenapa ini bang?" Tanya Luna saat tak mendapat jawaban dari kedua gadis itu.
"Terpeleset tadi di atas," jawabnya. Dan saat Luna menatap tajam dirinya, Arka buru-buru meralat.
"Bukan Arka." Lanjutnya cepat.
"Iya ma,bukan Abang kok pelakunya." Sambung Lana lagi.
"Terus kaki kamu kenapa sayang?"
"Ini karma karena udah ngerjain Tante tadi," cicit Bella yang menutup wajahnya malu. Sedang Aluna cuma mengulum senyum teringat cekcok mereka tadi.
"Emang tadi kamu apain Bella?" Alan tiba-tiba ikut bertanya.
"Gak mama apa-apain juga, yang ada tuh anak berani banget ngejek anak kita pa," jawab Aluna sembari tertawa.
"Lo ngejek gue?" Murka Lana, sedangkan Bella tambah frustasi takut-takut kalo Tante Luna menceritakan semua obrolan mereka tadi.
"Bukan buat kamu tapi buat dia," tunjuk Luna pada Arka yang kini menatap Bella datar.
Ingin rasanya Bella berlari pulang kerumahnya karena malu,tapi mau dikata apa, kakinya tidak mendukung untuk melakukan hal tersebut.
"Apa katanya ma?" Lana pun penasaran begitu juga dengan Alan dan Arka yang sedari tadi sudah menunggu Aluna untuk membuka mulutnya.
"Bella bilang..."
"Tan!" Potong Luna dengan wajah memelas. Tapi Luna hanya tertawa.
"Gak papa,kamu tenang aja. Ini gak akan mengubah apapun, kamu tetap akan menjadi menantu Tante." Ucap Aluna menenangkan Bella yang wajahnya kini bukan lagi memelas tapi sudah berubah kesal. Akhirnya Bella pun pasrah,Tante Luna memang mengerikan.
"Bella bilang,kalo Abang nikah sama Bella nanti kita gak akan punya cucu..." Ujar Luna menggantung.
"Kalian tau kenapa? Soalnya pas buat anak mukanya Abang kayak tembok, datar. Kalo pun punya,anaknya nanti bakalan jadi BATAKO sama kayak bapaknya!!" Lanjut Luna meniru kelakuan Bella tadi.
Bella sudah membenamkan wajahnya ke bawah meja,saking malunya. Sedang yang lain sudah tertawa. Dan yang diejek hanya mengulum senyum sambil terus menatap Bella.
"Tante please deh, suka banget buat orang malu."
"Udah ketawanya! Sekarang kita makan,Yuk bell, kamu mau makan yang mana biar aku taruh." Lana mengambil secentong nasi putih dan menaruh beberapa lauk pilihan Bella.
"Makan yang banyak bell,kamu kan udah jarang banget kemari,tuh liat badan kamu udah agak kurusan." Ucap Luna sambil memegang tangan kiri Bella yang nangkring di atas meja.
"Maaf Tan, akhir-akhir ini Bella sibuk banget urusin masalah toko." Jawab Bella.
"Oh iya Tante lupa,kamu sama Lana kan lagi mau buka usaha daster. Gimana kemajuannya?"
"Baru juga renovasi toko ma," sambung Lana sambil terus menyantap makanannya.
"Iya Tan masih harus pasang wallpaper baru, terus nanti pasti lebih sibuk lagi kalau barangnya udah sampai semua."
"Bantu promosi dong ma,sama teman arisan mama."
"Iya,nanti mama bantu promosi sama teman pengajian mama."
"Mama ikut pengajian ibu-ibu komplek?" Tanya Lana takjub dan lebih takjub lagi saat melihat anggukan sekaligus senyum mamanya.
"Oh ya bell,nanti kalian jual jilbab juga. Biar nanti kalo ada yang mau beli bisa sekalian."
"Emang mama mau pake hijab?" Arka yang sedari tadi diam mulai berkomentar.
"Iya,mama mau istiqamah make hijab dulu. Biar sama sama tetangga kita Bu April."
" Otw tobat ya Tan?" Ucap Bella asal, yang mendapat tatapan tajam seluruh penghuni di ruang makan itu.
Jangan lupa vote n coment yang banyak!!!!
Terimakasih 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
BelLana (End)
RomanceBella dan Alana dua orang gadis yang sama-sama sedang mencari pendamping hidup. Bella yang ingin melupakan Arka dan mencari penggantinya tak disangka malah berbalik menjadi istrinya. Alana tak menyangka dirinya akan dihadapkan dengan seorang pria al...