Bab 56

1.6K 87 5
                                    

Typo Bertebaran,

Happy reading 😊


"Assalamualaikum," ucap Bara dan meletakkan ponsel saat jawaban salam telah di dengar olehnya.

Tak terasa sudah dua hari Bara tidak bertemu dengan istrinya. Dan sudah dua hari juga Bara menginap di pondok karena akan mengadakan acara ngunduh mantu.

Banyak para santri yang ikut membantu menyiapkan acara untuk satu-satunya cucu kiyai mereka. Tak lupa mereka menghias tenda dari janur kuning dengan berbagai bentuk.

Jika ada yang bertanya apa Bara merindukan sosok Alana,maka jawabannya adalah iya. Ia sangat merindukan sang pujaan hati. Rindu akan segala tingkah manja, serta kelakuan absurd wanitanya yang berbeda-beda setiap hari.

"Gus," sapa seorang santri putra sambil mencium tangan Bara, terus berlalu setelah melihat anggukan pelan Bara.

Panggil itu telah tersemat padanya sejak ia lahir hingga sekarang. Panggilan hormat yang membuatnya harus terus berusaha menjadi orang yang lebih baik,agar tidak sia-sia panggilan tersebut tersemat di depan namanya.

"Mau kemana Gus?" Tanya seorang guru yang juga mengajar di pondok tersebut.

"Saya lagi jalan-jalan pagi saja,pak Fuad." Jawab Bara sambil tersenyum tipis.

"Baik Gus, silahkan dilanjutkan jalannya." Bara menganggukkan kepalanya.

"Kamu udah tau put, kalau Gus Al udah nikah?" Tanya Salwa pada Puput teman sekamarnya.

"Tahu," jawab Puput dengan suara sedihnya. Padahal ia pernah berharap menjadi istri dari Gus Al. Orang yang selalu di kagumi,dan hormati.

"Kamu patah hati dong,sabar ya," ucap Salwa lagi mengelus punggung temannya.

"Bukan cuma Puput aja yang patah hati, hampir semua santri putri patah hati berjamaah." Sambung Lia.

"Iya kah?" Tanya Salwa tak percaya. Soalnya ia tidak pernah mengharapkan sesuatu yang memang tidak sanggup ia gapai, termasuk bermimpi menjadi istri dari seorang Gus Al yang mereka hormati.

"Tuh lihat,semua lagi bicarain acara ngunduh mantu Gus Al." Lanjut Lia menunjuk ke semua perempuan yang pastinya sedang ngerumpi.

"Ya Allah, malahan ada yang nangis tuh di bawah pohon," heboh Salwa tak habis pikir menunjuk santri yang sedang mewek dan di tenangkan oleh temannya.

"Eh,Gus Al tuh." Ucap Lia, melihat sang idola sedang berjalan pelan dengan tangan tersimpan di belakangnya.

"Masya Allah, tampannya!" Seru Puput tak bisa berpaling.

"Hus, gak boleh gitu. Udah ada yang punya." Tegur Salwa,ia tak suka jika Puput terlalu berlebihan melihat lawan jenis.

"Maaf ya Allah,Kasikan hamba yang seperti ini satu," doa Puput yang di amini oleh ketiganya.

Tatapan semua orang beralih ke arah Gus Al yang sedang berjalan entah kemana. Dari yang tadi sibuk bergosip ria,kini tak satu pun suara terdengar lagi. Hening.

"Ekhmm, kalau ada sampah di ambil dan di masukkan ke tong sampah. Jangan di lihatin aja." Tegur Bara seraya mengambil sampah plastik yang ada di depannya dan membuangnya ke tong.

"Baik Gus!" Serempak mereka semua.

Setelah itu Bara terus berjalan hingga sampai ke teras rumahnya. Tak lupa ia mencuci kakinya karena kebiasaan Bara saat berjalan di pondok tanpa mengenakan alas kaki. Ia suka saat kaki telanjangnya menginjak rumput yang masih terselimuti embun pagi.

"Bara!" Seru April memanggil anaknya.

Bara menghampiri sang bunda, "ada apa Bun?"

"Besok kan acara walimah kamu, jangan suka tebar pesona lagi sama santri putri." Ujar April yang membuat Bara melongo sempurna.

"Masya Allah Bun,kapan Bara pernah tebar pesona sama santri?"

"Bunda gak tau,tapi yang bunda dengar katanya banyak santri yang patah hati gara-gara kamu." Tuduh sang bunda dengan bibir maju ke depan. Ia tak rela Alana sakit hati melihat suaminya banyak yang naksir.

Bara tertawa mendengar tuduhan bundanya yang tak berdasar. " Bun,mereka patah hati gak ada urusannya sama Bara. Memangnya Bara kenal sama mereka, yang Bara tau mereka disini untuk menuntut ilmu, bukannya nyari jodoh." Jelas Bara tak ingin disalahkan. Ia duduk di samping bunda April yang masih mengomelinya.

"Tadi pak satpam juga bilang malah ada santri putri yang nangis,pas tau besok acara walimah kamu." Omel April lagi.

"Enggak Bun,aku gak pernah tebar pesona sedikitpun." Kekeuh Bara lagi.

"Awas kamu kalau macam-macam. Ingat kan apa kata Lana dulu?" Ancam April. Dan Bara langsung bergidik ngeri mengingat ucapan Alana dulu yang akan mengebirinya kalau sampai Bara berani mendua.

"Iya Bun,cuma Lana satu-satunya." Final Bara membuat April menghela nafas lega.

Sejak tadi telinganya sudah panas mendengar berbagai macam gosip tak sedap tentang anak semata wayangnya. Banyak yang penasaran dengan rupa Alana, serta lulusan pesantren mana dia. Untung saja mertuanya mau menjelaskan secara singkat tentang Alana yang bukan dari kalangan pesantren. Walau banyak yang menyayangkan pilihan sang cucu, tapi ummi Aminah tetap berbesar hati menerima jodoh sang cucu. Ia sudah ikhlas,tak ada lagi kekecewaan yang hinggap di hatinya.

****

"Gugup Lo?" Bella malam ini tidur di kamar Lana untuk menemani sang adik ipar. Tapi yang di temani gak tidur-tidur dari tadi, malahan Lana bergerak-gerak sampai Bella juga tak bisa tidur.

"Gugup lah,masak enggak. Malahan lebih parah." Imbuh Lana yang masih berusaha untuk memejamkan matanya.

"Kenapa gitu?" Heran Bella padahal kan Lana sudah menikah,dan ini hanya acara ngunduh mantu yang cuma setengah hari doang.

"Lo gak tau,kalo kemarin yang aku hadapi kaum-kaum seperti kita yang masih plin-plan dalam agama. Tapi besok,gue bakalan berhadapan dengan sekelompok orang alim. Gue takut,gue gak sesuai harapan mereka." Sedih Lana menceritakan kegalauan hatinya.

"Udah yang tenang,gue yakin semua bakal baik-baik saja. Lo lupa suami Lo itu siapa,mana berani mereka ngatain elo!" Hibur Bella yang matanya sudah mulai mengantuk. Ini udah mau jam satu malam,tapi mata Lana masih doyan melek.

"Tapi gue takut, reputasi kak Bara yang jadi taruhannya." Sendu Lana yang kini sudah sesegukan menahan tangis.

"Gak mungkin. Enggak usah mikirin sesuatu yang belum terjadi,gak baik." Tegas Bella,dan Lana menganggukkan kepalanya.

"Udah sekarang Lo tidur, berhenti nangis, nanti mata Lo bengkak." Ujar Bella yang udah kelewat malas. Hello!! gue ngantuk bestie.

"Iya,tapi gue kangen sama kak Bara!" Seru Lana semakin menangis.

"Ya ampun,Lo sebenarnya nangis karena gugup atau Lo nangis karena kangen sama pak ustadz seh." Ucap Bella frustasi melawan kantuk.

"Gue kangen banget bell!!"

"Iya tau,tapi baru dua hari loh kalian gak bareng. Terus besok kalian udah ketemu lagi. Gak usah lebay wahai Alana binti Alan Dimitri." Tukas Bella tak habis pikir.

"Iya ya,gue tidur aja deh." Bella menghela nafas lega saat tak mendengar suara Lana lagi. Yang terdengar hanya suara dengkuran nafasnya yang saling bersahutan.

Setelah itu giliran Bella yang tertidur pulas.

Sementara itu, Bara sendiri juga tak bisa tidur. Ia merindukan sosok istrinya yang selalu memeluk pinggangnya posesif selama mereka tidur bersama.

Kerinduan yang mendalam membuat Bara melangkah ke balkon kamarnya. Hamparan sawah dan perbukitan terlihat jelas sejauh mata memandang. Hanya cahaya gemerlap bintang serta suara cicitan kunang-kunang yang menemani malamnya.

Jangan lupa vote n coment yang banyak ya!!

Terimakasih 😘

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang