Bab 62

1.4K 86 3
                                    

Maaf,typo bertebaran

Happy reading 😊


"Iya bang,Lana usahakan pulang secepatnya."

Bara membuka pintu kamar dan melihat Lana yang sedang berbicara lewat ponsel.

"Iya,salam buat Bella, wa'alaikumsalam." Ucap Lana mengakhiri percakapannya dengan Arka.

"Siapa?" Bara memeluk punggung Lana penuh kerinduan, padahal baru tiga jam mereka berpisah di karenakan Bara mengikuti rapat guru.

"Astaghfirullah,kak Bara! Ngagetin aja deh." Lana benar-benar kaget merasakan ada yang memeluk punggungnya.

Bara tersenyum lembut dan mengecup bahu Lana yang tertutupi dengan lapisan tipis.

"Siapa yang nelpon?" Ulang Bara yang kini tambah mendusel leher jenjang Lana.

Lana mendesah perlahan,buku kuduknya berdiri karena geli dengan kelakuan Bara. "Aaahhh...kak Bara berhenti." Lirih Lana yang kini ikut bersandar pada Bara yang masih mengerjainya.

Bara dengan enggan melepaskan pelukannya. Dan kini menarik Lana duduk di pangkuannya.

"Bang Arka tadi nelpon, katanya Bella sakit dan kangen sama aku." Kata Lana menyandarkan kepalanya pada bahu Bara.

"Sabar dulu ya,Kak Bara mau ajakin kamu pergi ke suatu tempat hari ini." Bara mendekap Alana erat. Ia sangat mencintai istrinya, sungguh baru kali ini Bara merasakan ingin selalu dekat dengan seorang wanita. Dan Alhamdulillah rasa itu tertuju pada wanita yang sudah halal untuknya.

"Kemana? Jauh gak?" Tanya Lana menikmati pelukan hangat Bara. Jujur ia tak risih dengan apapun yang dilakukan Bara padanya. Malahan ia senang karena Bara yang dikenal dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Dulu Bara terlihat datar dan dingin bahkan tidak pernah menatapnya langsung. Tapi Bara yang sekarang adalah Bara yang penuh perhatian dan lembut.

"Gak jauh sih,tapi bawa baju ganti ya, soalnya kita bakal menginap semalam disana." Titah Bara yang di anggukkan Lana.

"Oke," balas Lana.

****

Bara mengeluarkan motor besarnya,ia melihat ke arah Lana yang sudah bersiap memakai celana kulot pink dengan sweater berwarna senada. Tak lupa jilbab instan pink bertali yang sudah terikat cantik di kepalanya. Lana terlihat sangat imut dengan pipinya yang tampak sedikit mengembang.

"Yey...naik motor!" Seru Lana senang sekali.

"Kak Bara mau tebus janji kak Bara dulu,masih ingat kan?" Lana menganggukkan kepalanya.

"Tapi kamu juga harus janji,gak akan pernah belajar naik motor lagi!" Sambung Bara tegas.

"Siap pak bos." Janji Lana yakin.

Bara mengendarai motor dengan kecepatan rendah,berhubung permukiman penduduk desa agak padat dan banyak anak-anak yang bermain di jalan.

"Pegangan yang erat," itu lebih kepada perintah karena mereka sekarang memasuki jalan yang agak rusak. Banyak lubang yang lumayan besar membuat motor agak mengendat saat melaju.

Lana yang memang sudah memeluk Bara tambah mengeratkan pelukannya karena takut jatuh. "Kita kemana sih? Kok jalannya jelek banget."

"Sebentar lagi sampai,sabar ya." Dulunya jalan ini mulus dengan aspal hitam pekat. Tapi karena banyak truk besar yang sering berlalu lalang untuk mengangkut sayur dan juga hasil perkebunan lainnya membuat jalan tanpa sadar rusak.

Lana tersadar saat motor yang dikendarai Bara berhenti di sebuah rumah mungil yang terletak di atas bukit. Kenapa Lana mengatakan demikian, karena pemandangan disekitar mereka berdiri terlihat perkebunan teh yang melingkar dan bertingkat-tingkat. Indah sekali dengan udara segar dan sejuk.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang