part 30

2.1K 88 5
                                    


Follow dulu sebelum membaca,

Maaf, typo bertebaran

Happy reading 😊


Kini saatnya makan malam bersama, setelah acara usai tadi sore, mereka semua berkumpul untuk lebih mempererat hubungan dua keluarga yang baru saja menyatu.

Alana masih memikirkan ucapan Bara tadi,ia sampai tak fokus saat kedua keluarga mereka menanyakan tentang perkembangan hubungannya dengan Bara.

"Lana!" Panggil Luna saat semuanya sibuk dengan makan malamnya,Alana malahan sibuk melamun, entah apa yang ada di benaknya, padahal Rena sejak tadi sudah memanggilnya beberapa kali.

Alana tersentak dengan suara panggilan Luna yang agak tinggi,ia meringis tak enak karena sibuk memikirkan ucapan Bara yang mengajak menikah secepatnya.

"Tante Rena dari tadi manggil kok gak di tanggapi," protes Luna gregetan.

"Maaf Tan," sesal Lana tak enak.

"Gak papa sayang, santai aja." Balas Rena tersenyum.

"Tante tanyain apa tadi,"

"Gimana hubungan kamu sama Bara? Kapan mau di resmikan?" Ujar Rena mengulang perkataannya.

"Alhamdulillah baik-baik aja Tan,kalo untuk resmi terserah mama aja,aku ngikut," jawab Alana tersenyum, padahal dalam hati ia mengumpat hebat kenapa jadi bicarain dia, padahal yang nikah Bella sama Abang.

"Semoga aja secepatnya, biar sekalian nanti kalo punya momongan," sambung Rena lagi yang membuat semuanya tertawa termasuk Bella yang menatap Lana penuh arti.

"Nanti dulu Tan,biar mbak Bella dulu yang punya momongan,aku nanti nyusul," ujar Lana mengerling nakal pada Bella yang dibalas pelototan olehnya.

"Mbak?" Beo Bella tiba-tiba.

"Iya mbak,Lo kan dah nikah sama Abang gue,masak gue panggil Bella doang,gak sopan dong," ejek Lana dengan menahan senyum.

"Tapi gak cocok tau,berasa tua gue,kayak biasa aja ngomongnya," protes Bella tak suka dengan panggilan baru Lana.

Lana tertawa cekikikan mendengar protesan Bella,ia tadi hanya mengalihkan pembicaraan orang tua yang sudah merembet ke Bara yang Alhamdulillah sudah teralihkan dengan membicarakan honeymoon bang Arka dan juga Bella.

"Kalian mau honeymoon kemana?" Tanya Luna pada pengantin baru.

"Belum tau ma, Arka belum tanyain Bella." Jawab Arka sambil melirik Bella.

"Aku kemana aja boleh,gak pilih-pilih kok," sahut Bella kalem.

"Mana bisa gitu,Lo harusnya bilang mau ke Bali kek atau Raja Ampat kalo gak ke luar negeri Maldives boleh juga." Sambar Lana tak terima dengan jawaban sahabat yang kini telah resmi menjadi kakak iparnya.

"Benar kata Alana,kamu seharusnya milih mau pergi kemana, sekalian jalan-jalan." Tambah Aluna dengan senyum di wajahnya.

Bella tersenyum misterius,ia memang sudah Kong kali Kong sama Alana dengan menyebut beberapa destinasi tempat bulan madu yang di inginkan.Jadi saat di tanya tadi,Alana lah yang menjadi juru suksesnya,ah terimakasih banyak-banyak Alana kamu memang yang terbaik.

"Biarin aja lun,kadang dia malas pergi-pergi, dirumah juga oke yang penting sama suami tercinta." Sahut Rena yang tak sepemikiran dengan Luna,ia yakin anaknya pasti punya niat terselubung, sok-sokan gak mau honeymoon padahal di hati ngarep banget.

"Bener kata mama, yang penting sama suami," cicit Bella tak rela,mamanya kenapa mesti ikut campur coba,bisa terancam gagal misinya.

Arka sendiri sudah menduga,tak mungkin seorang Bella tak ingin memilih tempat bulan madunya. Istrinya ini beneran tau cara menghabiskan uangnya, apalagi dengan dukungan adiknya yang super nauzubillah.

"Kita ke Bali!" Ucapan tegas Arka membuat Bella memekik senang.

Dengusan terdengar dari bibir Rena, " sudah mama duga,gak mungkin kamu manut aja disuruh bulan madu dirumah."

Bella tersenyum tak enak, rupanya sang mama tak bisa di tipu dengan muka sok polosnya. Yang lainnya pun hanya bisa menggelengkan kepalanya hampir saja mereka terhanyut dengan aktingnya Bella.

****

"Biar Bunda yang belanjakan keperluan lamaran kamu," sahut April lembut.

Bara sedang membicarakan masalah lamaran resmi antara dirinya dengan Alana pada kedua orangtuanya. Ayahnya Raihan sempat bersitegang dengan Bara,saat Bara ingin menanggung semua biaya dari lamaran sampai nanti pesta pernikahan yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Rayhan.

"Baik Bunda,tapi untuk maharnya biar Bara yang urus, boleh kan?"

April dan Rayhan mengangguk tanda setuju, daripada tadi hampir saja Rayhan murka karena anaknya ingin mengeluarkan semua biaya pernikahannya dengan uangnya sendiri. Sebagai orang tua Rayhan tak mungkin membiarkan anaknya mengambil alih semua biaya. Ya Rayhan juga tau kalau anaknya lebih dari mampu untuk menanggung semua keperluan pernikahannya,tapi ego nya sedikit tersenggol saat mendengar hal itu keluar dari mulut putra semata wayangnya. Untungnya ada sang istri yang langsung memberi pengertian hingga akhirnya Bara mau mengerti.

"Kamu ke rumah nenek ya buat ngasih tau tanggal lamaran," usul April.

Bara diam tak menjawab,ia tak ingin ke sana karena takut neneknya berubah pikiran. Karena menurut perkataan kakeknya,sang nenek masih bersikeras membujuknya supaya menerima Ning Faza saja yang sudah jelas setara ilmu agama dengan Bara.

"Biar ayah temani," sahut Rayhan yang disambut senyuman oleh Bara, semoga dengan di dampingi ayahnya,nenek tidak akan berani berulah.

Rayhan dan Bara akhirnya berangkat keesokan harinya. Keduanya sempat berbincang mengenai tugas seorang suami untuk istrinya dan berbagai nasehat pun mengalir dari mulut Rayhan yang di dengarkan Bara dengan baik.

Tak lama mereka pun sampai. Seperti biasanya kedatangan mereka selalu menarik perhatian banyak santri,mereka berbondong-bondong mendatangi keduanya,menyalimi keduanya mengharapkan keberkahan karena mereka berdua adalah keturunan dari kiayi Ramlan guru besar di kota mereka.

Saat masuk kedalam, neneknya sedang berbicara serius dengan seorang wanita seumuran dengan Bara.

"Kamu tenang saja,nanti Gus Al pasti menyesal menikah dengan perempuan itu dan akhirnya mendengarkan ummi untuk menikahi kamu." Kata sang nenek pada wanita berjilbab hitam yang di yakini Bara adalah Ning Faza.

"Saya tidak keberatan walaupun di jadikan yang kedua oleh Gus Al ummi," ucap Ning Faza sambil menggenggam tangan ummi Aminah.

Astaghfirullah, seperti inikah perempuan pilihan neneknya. Bagaimana bisa neneknya ingin menjodohkannya dengan perempuan yang berhati dingin seperti ini.

Bara mengetatkan rahangnya, kepalanya serasa ingin meledak mendengar jawaban selanjutnya dari neneknya.

"Insya Allah Gus Al pasti juga tidak keberatan untuk menambah satu istri lagi, apalagi dalam islam itu di perbolehkan..."

"Saya yang keberatan!" Belum juga ummi Aminah selesai berbicara, Bara dengan suara tinggi langsung menyahut.

Gus Rayhan selaku ayah dari Bara sangat kecewa mendengar ucapan wanita yang telah melahirkannya. Ia berbalik keluar untuk mencari keberadaan abahnya, masalah ini harus di selesaikan hari ini juga.

Kini tinggal Bara seorang diri yang menatap tajam kedua wanita di hadapannya. Matanya berkilat marah melihat ke arah seorang wanita yang memandangnya terpukau,berbeda lagi saat ia melihat ke arah sang nenek,ada rasa sakit dan kecewa karena sang nenek tak mengindahkan keinginannya untuk meminang Alana sang pujaan hati.


Jangan lupa vote n coment yang banyak ya!!!

Terimakasih 😘

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang