part 37

1.6K 86 4
                                    

Typo Bertebaran,

Happy reading 😊

Bara memandang Alana terpukau dari kejauhan, Alana terlihat sangat cantik hari ini dan rasanya Bara ingin menutup mata semua orang yang memandang kagum ke arah calon istrinya itu.

Apalagi saat gadis itu berjalan anggun menuju ke arah bundanya untuk memakaikan cincin tanda pengikat dari Bara. Senyum merekah Alana terlihat jelas di mata Bara dan ia puas melihat Alana tersenyum bahagia.

"Alhamdulillah," gumam Bara saat seluruh rangkaian acara sudah selesai,dan kini semuanya sedang beramah-tamah bahkan ada juga beberapa tetangga setempat yang pamit undur diri.

Alana dan Bella sedang duduk dengan memangku makan malam mereka, keduanya mengeluh lapar karena semenjak siang belum makan apapun.

"Bara liatin Lo mulu dari tadi," tukas Bella yang dari tadi memantau gerak gerik Bara.

Alana melirik sedikit,dan tersenyum malu saat mata mereka tak sengaja bertatapan.

"Malu-malu lagi anjir! geli gue liat Lo gitu," ledek Bella mencibir wajah sahabatnya yang memerah.

Alana mencebikkan bibirnya,dan melanjutkan makannya. Hingga tak lama Arka ikut duduk disebelah Bella,dan mengambil kerupuk di piringnya.

Alana menatap iri keduanya, apalagi saat Bella dengan mesra menyuapi Arka dan Arka membuka mulutnya menerima suapan Bella sambil memainkan ponselnya.

"Bell,Lo gak jijik makan berdua gitu?" Tanya Alana yang membuat keduanya menghentikan kunyahan nasi di mulut mereka.

"Kenapa harus jijik? Suami sendiri juga." Jawab Bella dan Arka tersenyum mendengar jawaban Bella bahkan ia mengelus rambut Bella sayang. Tapi tiba-tiba ia tersedak hebat saat mendengar ucapan selanjutnya dari mulut Bella.

"Gak ada kata jijik kalau udah menikah, malahan tempat yang paling jorok di tubuh kita menjadi yang paling nikmat kalo berhubungan," frontal Bella tanpa ada sensor, benar-benar minta di pesantren itu mulutnya,Alana sampai malu sendiri mendengar ucapan kakak iparnya.

Alana bersiap pergi saat Arka mencubit bibir Bella,ia tak ingin ikut campur dengan urusan keduanya.

Mengabaikan Bella yang tengah di ceramahi Arka,Alana memilih untuk mengambil beberapa cemilan dan puding untuk di makan.

"Kenapa sendirian di sini? gak bareng Bella?" Alana kaget mendengar suara Bara. Ia melihat Bara yang duduk di dekatnya yang hanya berbatas dengan sekeranjang buah.

"Tadi bareng Bella tapi udah datang Abang jadi pergi deh," ujar Lana tak ingin mengingat lagi ucapan memalukan Bella.

"Loh kenapa?"

"Gak mau jadi nyamuk,ngenes banget ngeliat mereka mesra-mesraan." Jawab Lana akhirnya dan selain ucapan memalukan Alana, kemesraan mereka juga menjadi poin utama lana meninggalkan keduanya.

Bara tertawa mendengar jawaban Alana. Ia terpana melihat tawa Bara yang baru pertama kali terlihat, Bara terlihat sangat tampan. Lana sampai bengong dan tanpa sadar Bara berdeham untuk mengembalikan kesadaran Lana.

"Ekhm!" Lana tersadar dari keterpukauannya.

"Jangan tertawa seperti itu di luar rumah," beo Alana mewanti Bara.

"Kenapa?"

"Nanti banyak yang jatuh cinta sama kamu,dan aku gak mau di madu!"tegas Alana pada Bara yang mengerjapkan matanya.

"Insya Allah,kamu akan jadi satu-satunya." Ujar Bara menenangkan Alana yang tampak menghela nafas lega saat mendengar jawabannya.

"Bara,Lana,bunda pulang duluan ya, soalnya kakek sama nenek mau istirahat." Tukas April yang berpamitan dengan mengecup kedua pipi calon menantunya.

"Iya Bun, hati-hati!" Ucap Alana yang di iyakan April.

Setelah April pergi,Lana melanjutkan obrolannya dengan Bara.

"Nenek kayaknya beneran gak suka sama aku," tutur Alana pelan dengan desahan yang terdengar berat di telinga Bara.

"Maafin sikap nenek tadi ya," ujar Bara dengan suara lembut. Alana menganggukkan kepalanya mencoba memaklumi sifat nenek dari calon suaminya.

"Apa karena aku gak pakai kerudung ya? Atau karena aku kurang cantik? Oh mungkin karena aku bukan lulusan pesantren yang sama kayak kamu,pasti itu!" Tebak Alana dengan berbagai macam pertanyaan absurd.

"Mungkin karena nenek belum kenal sama kamu aja," jawab Bara agak ragu. "Gimana kalau besok kamu kenalan lagi sama nenek,kamu bisa ke rumah saya buat ngobrol sama nenek?" Usul Bara,ia sangat ingin melihat keduanya bisa dekat seperti Alana dekat dengan bundanya.

"Nenek kamu mau gak di dekati sama aku, takutnya nanti malah marah-marah kan gak enak sama keluarga kamu," ujar Lana dengan raut wajah bersedih.

"Gak akan,kamu kan sangat pintar mengambil hati orang," goda Bara membuat Alana tersenyum tipis.

"Emang iya?"

Bara menganggukkan kepalanya,"buktinya hati aku aja udah kamu ambil, semuanya lagi, sampai aku pengen cepet-cepet halalin kamu."

Alana tertawa mendengar ucapan Bara, ia tak menyangka Bara mau berusaha untuk menyenangkan hatinya yang sempat sedih. Walaupun kini bukan wajahnya yang memerah melainkan wajah Bara karena malu mengingat ucapannya tadi.

"Bara,nanti pulang jangan lupa bawa pulang rantangan ini ya," Aluna menghampiri Bara yang sedang asyik bercerita dengan Alana.

"Apa itu ma?" Bukan Bara yang bertanya tapi Alana yang kepo dengan isi dari rantang besar itu.

"Itu makanan dan beberapa kue untuk balasan hantaran tadi." Jawab Aluna sembari mengingatkan kembali, "jangan lupa ya bar!"

"Baik ma." Sahut Bara,suaranya itu loh lembut banget di telinga Luna sehingga ia yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti dan menoleh lagi ke arah calon menantunya.

"Kenapa ma?"

"Enggak,hanya dengar suara kamu rasanya sejuk banget hati mama,mama jadi tenang mau lepasin Lana sama kamu nak," jelas Aluna terharu.

"Insya Allah saya akan menjaga Lana dengan baik, terimakasih karena mama udah percayakan Lana sama Bara." Aluna tersenyum mendengar ucapan Bara,Alana juga terharu mendengar obrolan keduanya.

"Kalau bukan kamu siapa lagi yang mau sama gadis begajulan kayak dia,mama Alhamdulillah ada lelaki baik dan soleh yang mau meminang anak mama." Cercar Luna pedas apalagi di sambung oleh sang bestie kesayangan Rena.

"Bener tuh,aku juga bersyukur Arka mau nikahin Bella,soalnya mereka berdua kompak banget kalau lagi sableng." Lanjut Rena yang di berikan jempol oleh Luna.

"Astaghfirullah,cuma ibu-ibu ini yang gak bersyukur punya anak gadis secantik kita," Bella menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kedua emak-emak dihadapannya.

"Katain kita sableng, kayak situ enggak aja, padahal sableng kita juga nurun dari sononya,ya gak bell!"

"Heum," Bella dan Alana kompak membantah kedua emak-emak rempong.

Aluna dan Rena mendelikkan mata mereka, keduanya juga kompak menebarkan permusuhan. Sedangkan para lelaki lainnya hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.

"Sayang,gak usah ganggu mereka,sini duduk bareng aku," Alan akhirnya menarik lembut tangan istrinya dan membawa duduk disampingnya.

Begitupun Arka yang mewakili papa Rendra yang tak hadir malam ini karena kesibukannya. Ia menuntun lembut tangan mertuanya dan membawanya jauh dari Bella.

Kalau dibiarkan tentu saja akan terjadi adu mulut yang membuat semua orang tertawa. Keempat orang berjenis kelamin perempuan itu tidak dapat di satukan jika suasana sedang tidak stabil seperti tadi.

"Kalian sering seperti tadi?" Tanya Bara heran.

"Gak kok,cuma kalo emak-emak pada kumat aja." Jawab Lana tersenyum malu karena ketauan bobroknya.

"Kurang kurangi ya,gak baik," nasehat Bara lembut pada calon istrinya.

Alana hanya mengangguk sedangkan Bella menggaruk kepalanya bingung, kalo Lana tobat jadi baik,dia nanti gak ada yang bela dong,mampuslah dia kalo di kerjain sama duo bestie itu.


Jangan lupa vote n coment yang banyak ya!!!

Terimakasih 😘

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang