Bab 64

1.4K 87 5
                                    


Typo bertebaran,

Happy reading 😊


"Assalamualaikum..." Lana dan Bara mengucap salam serentak.

"Wa'alaikumsalam..." Balas ummi Aminah yang memang sedang ada di ruang tengah. April yang mendengar suara Bara dan Lana juga keluar dari kamar dan ikut duduk di ruang tengah.

Bara dan Lana masuk dengan tangan yang penuh dengan tas belanja. Dan mereka juga ikut duduk bergabung di sana.

"Banyak belanjaannya!" Tukas April melihat tangan anak dan menantunya agak kesusahan membawa tas belanja.

"Oleh-oleh Bun," jawab Lana dengan wajah penuh penyesalan.

Sebenarnya jika belanja sesuai janji hanya keripik buah dan mocci tidak akan banyak seperti ini. Tapi saat Lana memasuki toko khusus oleh-oleh, Lana kalap mengambil ini itu dan tanpa sadar saat di kasir Lana terperangah dengan belanjaannya yang tak habis-habis di hitung oleh petugas kasir. Ia juga ingat saat membujuk Bara untuk menaruh kembali sebagian barang tersebut,Bara menjawab gak perlu di taruh kembali. Jadilah Lana membawa pulang semuanya.

"Gak papa banyak,nanti bisa dibagi-bagi." Hibur ummi Aminah saat melihat wajah bersalah Alana. Ia tau perasaan itu karena sewaktu muda dulu ia juga pernah mengalaminya.

"Iya, bagikan buat tetangga juga disana. Oh ya,besok bunda gak ikut pulang dulu ya. Bunda mau ke rumah teman bunda dulu, jenguk suaminya sakit." Tutur April mengalihkan pembicaraan. Ia tau anaknya banyak uang,jadi tidak masalah jika Alana bahkan memborong tokonya juga sekalian.

"Baik bunda," jawab Lana sedangkan Bara hanya mengangguk.

"Jam berapa besok berangkat Gus?"

"Selesai subuh nek,apa nenek mau ikut?" Tawar Bara sekedar berbasa-basi karena sudah yakin ummi Aminah pasti tidak akan mau.

"Nenek gak bisa pergi,nanti kasihan santri yang mau setoran hafalan kalau nenek gak ada." Tolak ummi Aminah dengan tersenyum lembut.

"Nenek guru juga ?" Pertanyaan Alana membuat semua orang tertawa.

"Nenek bukan guru sayang." Sahut April masih dengan tawanya.

Bara juga ikut tertawa mendengar pertanyaan polos sang istri. "Nenek bukan guru,tapi nenek tugasnya membimbing santri sekaligus memperbaiki hafalan santri jika ada yang salah."

"Terus itu maksudnya setoran hafalan apa?" Tanya Lana lagi,ingin tahu.

"Oh itu , hafalan ayat-ayat Al Qur'an dan hadits." Ummi Aminah menjawab keingintahuan Lana.

"Wow hebat,nenek bisa hafal semuanya di luar kepala!" Teriak Lana tak percaya nenek suaminya bisa sepintar itu.

"Hahaha... tidak semuanya nenek kuasai, nenek juga masih belajar." Tutur ummi Aminah merendah.

"Tapi tetap saja nenek pintar..."

"Suami kamu yang pintar, tidak hanya Hafizh tiga puluh juz, hadist juga sudah diluar kepalanya." Terang ummi Aminah memuji cucunya.

Lana mengalihkan perhatian pada Bara yang duduk disampingnya dengan anteng. " Beneran?"

"Beneran apa?"

"Kak Bara udah hafal tiga puluh juz?" Tanya Lana penasaran.

"Oh iya, Alhamdulillah pas umur sepuluh tahun."

"Hah!!" Lana terkejut,umur sepuluh tahun Bara sudah menjadi seorang hafidz sedangkan dirinya? Umur sepuluh tahun ia masih mencuri jambu orang,main masak-masak walaupun berakhir dengan tidak bisa memasak dan banyak sekali kebandelan lainnya.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang