Typo Bertebaran,
Happy reading 😊
"Bang,bang Arka," panggil Bella.
Arka menoleh mendengar Bella memanggilnya, alisnya ikut terangkat dengan maksud bertanya ada apa,tapi yang namanya Bella langsung kesemsem melihat Arka yang tambah tampan dengan alis terangkat.
"Aneh," Bella melotot saat Arka mengatainya aneh.
"Enak aja ngatain aku aneh," dumel Bella tak terima.
"Udah manggil tapi cuma senyum-senyum gak jelas, apa itu namanya kalo bukan aneh,"
"Dih,nyesel gue kesemsem tadi liat wajah tampannya." Lirih Bella dengan suara kecil.
Bella beranjak dari kursi sebelah dan duduk di samping Arka.
"Bang,Abang tau tetangga sebelah rumah kita?"
"Oh temen mama,kalo gak salah namanya Tante April, kenapa?"
"Bukan emaknya,tapi anaknya," kata Bella sembari ikut melihat pekerjaan calon suaminya itu.
Saat ini keduanya berada di restoran setelah tadi memilih undangan yang berujung alot, karena berbeda pendapat. Sekarang Arka sudah mengerti mengapa banyak pasangan yang akhirnya berpisah saat sedang menanti pernikahan,dan selalu yang cowoknya yang harus mengalah jika tak mau pernikahannya gagal.
Arka menatap Bella tajam," untuk apa kamu tanyain Bara?"
"Jadi bener namanya Bara!" Heboh Bella yang tak sadar dengan wajah Arka berubah merah karena kesal.
"Bell,kamu mau mati tanyain lelaki lain sama calon suami kamu," tekan Arka masih dengan wajah kesalnya.
"Eh bukan gitu, ya ampun!!maaf, maaf!!" Tukas Bella dengan cepat sebelum Arka murka.
"Jelasin!" Ucap Arka tajam,kini buat ngitung hasil penjualan aja Arka udah gak minat lagi. Fokusnya sekarang untuk Bella,ia ingin mendengar maksud ucapan Bella menanyakan Bara padanya. Dengan menautkan tangannya di depan dada Arka menunggu penjelasan dari wanita di depannya saat ini.
Bella menggaruk kepalanya yang tak gatal,ia jadi bingung buat jelasinnya. Karena aktris utamanya itu adalah sahabatnya Lana.
"Gini, kemarin Alana ke toko bareng si Bara itu, padahal setahu aku Lana tuh gak suka sama dia." Jelas Bella akhirnya dengan hati-hati takut salah berucap.
"Jadi?"
"Loh kok jadi sih," kaget Bella melihat respon Arka yang biasa saja. Tapi saat melihat mata Arka yang masih menuntut penjelasan, akhirnya Bella melanjutkan.
"Jadi aku takut aja kalo si Bara itu macem-macem sama Alana,gitu loh bang,"
"Gak mungkin Bara berani macem-macem,"
"Loh siapa tau aja, emangnya Abang kenal baik sama dia,"
"Kenal." Dan permirsa sekalian,hanya satu kata dari Arka tapi insting bergosip Bella langsung beralih ke mode on.
"Emang siapa sih dia, kerja dimana, lulusan apa, hobinya apa,terus suka main kema..." Arka menutup bibirnya Bella menggunakan tangannya.
"Gak usah kepo," ucap Arka. Bella langsung kincep di buatnya.
"Aish,Abang gak asyik ah,gak enak di ajak ngerumpi."
Arka tak menanggapi lagi,ia menarik Bella supaya bersandar di dadanya dan ia kembali fokus dengan pekerjaannya.
Hari menjelang malam saat Arka dan Bella keluar dari ruangan tersebut. Bella tak lupa kalau Arka berjanji akan mengajaknya makan malam ini,jadi sedari tadi Bella sudah cerewet ingin makan iga bakar.
Saat melewati meja makan pengunjung,ada yang memanggilnya,"Bella!"
Arka terhenti mendengar suara laki-laki yang memanggil nama calon istrinya. Begitu pun dengan Bella yang seperti mengenal suara bariton memanggil namanya.
"Hai bell,masih kenal aku kan?" Sapa lelaki itu dengan logat bahasa Indonesia yang amburadul.
"Tomi?" Terka Bella setelah berpikir agak lama.
Lelaki yang bernama Tomi tersenyum manis sekali,ya Bella ingat ini Tomi mantannya yang ke tiga saat di London.
"Yes,I am Tomi."
"Apa kabar bell?" Sapa Tomi sembari mencium kedua pipi Bella sapaan khas orang barat,dan Bella tak menolak, malah ia tersenyum lebar melihat mantannya yang paling pengertian ada di sini.
"Aku baik, kamu ngapain disini?"
"Biasa ada kerjaan sedikit, mau kemana? Eh disebelah kamu itu siapa?"
Bella seakan di gohdam oleh palu besar thor saat ini. 'Bagaimana ia bisa lupa dengan pasangannya? Beneran cari mati nih gue.' batin Bella menjerit
Arka menatap keduanya tajam, matanya seakan bisa menghunus kedua manusia yang sedang reunian di depannya. Tanpa berkata apapun lagi Arka berlalu pergi dari hadapan keduanya.
****
"Maafin Al nek," ucap Bara sambil menundukkan wajahnya.
Bara sudah memutuskan untuk mengenal Alana. Ya hanya mengenal dulu, setelah itu ia akan berusaha untuk mengambil hatinya. Dan sekarang karena penolakan Bara neneknya yang biasanya murah senyum itu berubah menjadi muram.
"Gak mau dipikirkan lagi? Nenek yakin kamu pasti bahagia kalau nikah sama Ning Faza." Bujuk nenek yang sebenarnya sangat menyayangkan keputusan Bara.
"Tapi nek, Bara sudah menemukan yang Bara inginkan dan itu bukan Ning Faza."
"Siapa perempuan itu? Dari pondok pesantren mana? Lulusan apa?" Tanya nenek antusias, tentunya ia akan mendukung cucunya kalau memang perempuan pilihan cucunya itu setara ilmunya dengan Bara.
Bara tersenyum miris,Alana bukanlah seorang santri pesantren apalagi seorang Ning.
"Al, kenapa diam?"
"Pilihan Bara bukan seorang santri atau anak kiayi,dia hanya perempuan biasa seperti kebanyakan perempuan lainnya di luar sana." Jelas Bara dengan suara pelan.
Pikiran sang nenek langsung melanglang buana,ia tak ingin cucunya menikah dengan sembarang orang, apalagi pergaulan anak-anak yang di luar pesantren sangat mengerikan,SD saja sudah mengenal cinta lawan jenis,SMP mungkin sudah berpelukan berciuman,SMA apalagi.
"Astaghfirullah Al, bagaimana mungkin kamu asal memilih istri,nenek gak setuju!" Ucapnya dengan tegas.
"Nek, walaupun dia bukan lulusan pesantren seperti Al,tapi dia perempuan baik-baik gak seperti yang nenek pikirkan."
"Baik saja tidak cukup Al,kamu itu seorang Gus, seharusnya pendamping kamu itu seorang Ning yang nasabnya sama seperti kita."
Bara memandang kecewa sang nenek, ia tak menyangka nenek yang selalu menyayanginya bisa menolak pilihannya.
Tak ingin berbicara lagi, Bara akhirnya berdiri dan berpamitan ingin pulang. Bara takut semakin lama disini,semakin besar peluang ia menyakiti hati neneknya. Sekarang saja Wajah nenek sudah tak seramah tadi saat ia datang.
"Al pulang nek," ucapnya singkat.
"Ingat Al,nenek ingin yang terbaik untuk kamu. Cari istri itu yang Sholehah, yang bisa di ajak ke surga bukan malah sebaliknya!" Ucapan terakhir nenek begitu menohok, Bara sampai mengeraskan rahangnya tak percaya nenek bisa mengatakan hal itu untuk Alana yang bahkan belum dikenalnya.
Sedang di luar kediaman neneknya,banyak santri yang berkeliaran dan diam-diam menatap kagum Gus Al. Berbagai bisikan terdengar jelas di telinga tajamnya,termasuk ada santri yang mengatakan kalau dirinya calon suami Ning Faza guru mereka.
Bara tak mau menyerah,ia hanya ingin Alana, walaupun masih jauh dari kata sempurna tapi Bara yakin ia bisa membimbingnya untuk menjadi lebih baik, mereka nanti bisa sama-sama belajar setelah menikah.
Bara tersenyum dengan pemikirannya, menikah, bahkan ia belum sepenuhnya mengenal Alana.
Jangan lupa vote n coment yang banyak ya!!!
Terimakasih 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
BelLana (End)
RomanceBella dan Alana dua orang gadis yang sama-sama sedang mencari pendamping hidup. Bella yang ingin melupakan Arka dan mencari penggantinya tak disangka malah berbalik menjadi istrinya. Alana tak menyangka dirinya akan dihadapkan dengan seorang pria al...