part 17

1.7K 93 1
                                    



Typo Bertebaran,


Happy reading guys 😊


Bara baru saja memarkirkan mobilnya di halaman pesantren Al Furqon. Ia tadi dapat pesan dari bundanya untuk berkunjung kemari katanya ada hal penting yang ingin neneknya sampaikan.

Begitu Bara menutup pintu mobilnya,ia langsung di kerumuni banyak santri yang ingin sekedar bersalaman dengannya. Santri di pondok pesantren sangat menghormati seluruh keluarga kiyai mereka,jadi penampakan seperti ini telah biasa Bara lihat.

"Gus Al,sudah di tunggu ummi di dalam," ucap seorang abdi yang selalu membantu urusan rumah kakeknya.

"Baik kang," jawab Bara sembari tersenyum tipis dan berlalu masuk ke rumah neneknya.

Gus Al adalah nama panggilan Bara kalau di pesantren. Nenek dan kakeknya tak pernah memanggilnya dengan sebutan Bara, karena di anggap seperti bara api. Ada-ada aja si nenek.

Santri perempuan langsung heboh kala mendengar berita dari beberapa tukang gosip kalau Gus Al baru tiba di pondok. Jadi mereka semua berbondong-bondong ingin melihat rupa dari cucu pemilik pesantren yang tak pernah mereka lihat itu.

"Assalamualaikum," ucap Bara seraya masuk ke dalam rumah kakeknya.

"Wa'alaikumsalam warohmah," jawab  wanita renta yang telah melahirkan ayahnya itu.

"Udah datang Gus, sini duduk di dekat nenek." Bara pun menghampiri neneknya,tak lupa ia bersimpuh menyalimi tangan yang sudah tampak berkeriput itu.

"Ada apa nenek suruh datang Al ke pondok?"

Nenek tersenyum dan mengambil tangan Bara untuk di genggamnya.

"Gus Al sekarang umurnya sudah berapa?" Tanya nenek Bara masih dengan menggenggam tangannya.

"Sudah 25 tahun nek," jawab Bara lembut.

"25 tahun sudah bisa membina rumah tangga, gimana Gus Al sudah punya calon belum?"

Bara tertawa kecil,ia tak menyangka neneknya akan menanyakan perihal ini." Belum nek," jujur Bara yang memang belum pernah memikirkan masalah pernikahan.

"Mau cari sendiri atau nenek carikan," Bara terdiam mendengar perkataan nenek kesayangannya.

"Kalau kamu mau,ada Ning Faza dari pesantren Al Amin. Ning Faza lulusan dari Turki. Kalau Gus Al mau,nanti nenek panggilkan untuk kenalan saja dulu, kebetulan Ning Faza mengajar di pondok kita." Jelas nenek panjang lebar berharap cucunya mau ta'aruf dengan Ning Faza.

Bara terdiam mendengar penjelasan neneknya, tiba-tiba ia teringat dengan Alana tetangganya." Maaf nek,biar Bara pikirkan dulu," itu adalah jawaban yang aman menurut Bara untuk saat ini.

"Baik,nenek tunggu sampai minggu  depan." Bara mengiyakan ucapan neneknya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam warohmah," jawab Bara dan neneknya serentak.

Rupanya kakeknya sudah pulang disusul dengan kedatangan ayahnya yang sepertinya sudah selesai mengajar.

"Loh ada Gus Al," kakeknya Bara tersenyum melihat kedatangan cucunya.

"Pantesan tadi banyak santri perempuan ngintip-ngintip ke rumah," timpal ayahnya Bara,Gus Raihan menggoda anaknya.

"Kapan toh Gus bantuin kakek sama ayah kamu ngajar di pondok?"

"Insya Allah kek,nanti Al bantuin kakek sama ayah disini,untuk saat ini Al lagi fokus sama pekerjaan Al dulu," jujur Bara pada kakeknya.

"Baik,nanti ayah suruh siapkan kamar kamu," ujar Gus Raihan puas dengan Jawa anaknya.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang