Bab 38

1.6K 80 2
                                    


Typo Bertebaran,

Happy reading 😊


Malam kian larut,acara pun telah usai. Para tamu yang hadir juga sudah beranjak pulang termasuk Bara yang tadi pulang sembari menenteng rantangan besar yang sengaja disiapkan calon mertuanya.

"Bara, rantangan dari mana itu?" Tanya April yang masih terjaga dan duduk di ruang makan bersama suaminya. Ia baru saja selesai membuatkan kopi untuk Rayhan yang katanya ingin bersantai sejenak.

Bara yang tak tau kalau orang tuanya masih terjaga sempat terkejut mendengar suara bundanya. Ia pikir semua sudah pada tidur karena lampu banyak yang sudah di padamkan.

"Ini dari mama Luna, katanya buat balasan hantaran tadi." Jelas Bara mengulang kata-kata Luna. Ia pun duduk bersama ayahnya yang sedang memperhatikan sang bunda membongkar satu persatu susunan rantang.

"Banyak banget bar,mana habis kita makan," April memandang semua makanan yang kini sudah disusun kemeja makan. Ia paling tidak suka membuang makanan begitupun suami dan anaknya. Jadi ia berpikir,harus dikemanakan sebagian besar isi dari rantangan ini.

"Kasih nenek aja Bun," ujar Bara yang bisa menebak isi kepala April, karena ia juga yakin mereka takkan bisa menghabiskan seluruh isi rantangan itu.

"Iya,suruh ummi bawa pulang aja ke pondok,disana kan ramai jadi gak mubazir makanannya." Sambung Rayhan yang setuju dengan anaknya.

"Oke,ini bunda simpan di kulkas dulu ya,besok jangan lupa ingatin lagi takut bunda kelupaan." Wanti April pada keduanya yang mengangguk kompak.

*****

Disisi lain,dirumahnya Alana,semua orang sudah bersiap untuk beristirahat. Setelah tamu semuanya pulang, mereka kompak membersihkan rumah seperti sedia kala,tak ingin menunda karena besok masih banyak pekerjaan lainnya yang harus diselesaikan.

"Bang Arka capek!" Keluh Bella sembari bersandar di lengan Arka. Badannya pegal karena tadi terlalu bersemangat menggeser sofa berdua dengan Alana.

Arka melirik istrinya yang bersandar padanya, ia dengan lembut menggenggam tangan Bella dan memijit pelan lengannya.

"Cuci tangan dan kaki, istirahat di kamar aja kalo capek," titah Arka yang di tolak Bella,dia ingin bersandar sejenak pada suaminya.

"Sebentar aja, pengen pejamkan mata." Cicit Bella dengan mata yang sudah terpejam.

Arka spontan menyangga tubuh Bella yang hampir saja oleng, nafas teratur menjadi bukti kalau sang istri sudah masuk ke alam mimpi.

"Bang pijitin aku dong!" Teriak Alana sambil berjalan ke arahnya. Arka mengisyaratkan Lana untuk diam dengan jari telunjuk yang hinggap di bibirnya.

"Bella tidur," bisik Lana pelan.

"Iya, kecapean kayaknya." Ujar Arka yang kini sudah mendekap Bella supaya nyaman tidurnya.

Melihat abangnya yang begitu mencintai Bella,Lana ikutan melting,ia juga ingin dicintai seperti itu oleh pasangannya. Bella beruntung karena menjadi istri abangnya, begitupun Lana yang beruntung mendapatkan ipar seperti Bella.

"Kamu pegal juga?" Suara Arka menyadarkan Lana dari lamunan tentang Bella.

"Ah iya,tangan aku sakit tadi ngangkat kursi bareng Bella, kayaknya bakalan bengkak ini," jelas Lana menampakkan tangannya yang kemerahan di bagian tengah.

"Lagian bandel amat,udah tau kursinya berat sok-sokan angkatin, Bella juga tadi ngeluh tangannya sakit sampai ketiduran gini." Omel Arka dengan suaranya yang lembut dan dengan sayang mengelus rambut panjang Bella.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang