Bab 60

1.7K 93 4
                                    


Typo Bertebaran,

Happy reading 😊


Lana yang terakhir bergabung di meja makan. Saat ia datang, Bara langsung berdiri dan menarik kursi di sampingnya.

"Terimakasih," bisik Lana dan dibalas senyum lembut sang suami.

Meja makan super panjang ini memang sengaja dipesan khusus oleh ummi Aminah untuk menampung seluruh keluarga inti yang sering berkunjung. Dan meja ini juga di gunakan untuk menjamu orang tua santri yang berkunjung.

"Silahkan di makan hidangannya," ujar kyai Ramlan pada seluruh keluarganya.

Lana menyaksikan sanak saudara Bara mengambil nasi beserta lauk pauk istimewa yang di sajikan. Ada gurame goreng asam manis, kepala kakap tumis, udang sambal padang,dan ayam goreng. Sedangkan bagian sayur,ada bening bayam jagung, sayur lodeh,oseng kangkung. Tak lupa telur dadar,tempe dan tahu goreng juga ikut tersaji di atas meja.

Bara mengambil piring Lana dan mengisi satu centong nasi, "cukup?" Tanya Bara mengalihkan perhatian Lana yang sedang melihat menu di atas meja.

"Loh kok kak Bara yang layani aku,kebalik tau." Lana ingin mengambil alih piringnya tapi di tahan oleh Bara.

"Gak papa biar kak Bara yang ambilkan. Segini cukup?" Ulang Bara lagi dengan lembut. Dalam islam seorang suami memang di tuntut untuk melayani istri dengan baik,dalam hal apapun tanpa terkecuali. Tapi berladang pahala bagi istri yang juga melayani suaminya dengan baik pula.

"Kurangi dikit lagi," pinta Lana. Dan Bara menaruh kembali sebagian nasi dari piring Lana.

"Oke,cukup." Ujar Lana mengambil alih piringnya.

"Mau pakai lauk apa?"

"Telur dadar aja." Jawab Lana kalem, karena sepertinya ia telah jadi pusat perhatian orang-orang di meja.

"Hah! Telur dadar aja,gak mau pakai sayur?" Beo Bara bingung, Lana menggelengkan kepalanya.

"Ayam goreng?" Tawar Bara menunjuk sepiring ayam goreng lengkuas di depannya.

"Gak." Lana menjawab singkat.

"Sayang,sayur baik untuk tubuh dan ikan juga banyak protein nya. Kenapa gak mau?" Tanya April menyipitkan matanya.

"Bukannya gak mau Bun,tapi aku gak pintar makan ikan takut keselek duri. Tapi kalau sayur aku memang gak suka."

"Ya udah,makan udang aja, kalo kamu takut sama ikan."

"Aku males kupas kulitnya nanti kena duri di ekornya." Lana menghela nafas kasar. Duri udang yang terkena tangan sangat menyakitkan,Lana sudah pernah merasakan.

"Astaghfirullah,pr kamu itu Gus." Tekan kyai Ramlan terkekeh geli.

Bara sendiri sudah mengambil satu centong nasi dengan sayur bening bayam serta tempe goreng. Karena untuk sarapan, Bara tak ingin terlalu berat.

"Mbak tolong ambilkan satu piring kecil." Titah Bara pada asisten rumah tangga.

"Terimakasih," ucap Bara setelah menerima sebuah piring kecil cantik.

Bara mengambil beberapa udang sambal padang, mengupasnya telaten dan menaruh di piring Alana yang terlihat sepi.

"Udah gak miris lagi lihat piring kamu,tambahin sedikit sayur udah selesai." Ucap Bara sembari menaruh sayur bening segar di piring Alana.

Bibir Lana maju ke depan saat melihat betapa ramai isi di piringnya,ia tak menolak udang,tapi daun hijau itu membuat ia kesal.

Keluarga Bara tersenyum melihat cara Bara melayani istrinya. April bahkan menahan tawanya agar tidak menyembur keluar begitupun ummi Aminah yang bahagia melihat interaksi Bara dengan sang istri.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang