Bab 76

1.4K 72 1
                                    

Typo bertebaran,

Happy reading 😊

Beberapa hari kemudian Lana sibuk keluar masuk kamar mandi,ia memuntahkan apapun yang masuk ke dalam mulutnya. Tubuhnya lemas setelah mengeluarkan semua isi perutnya,wajahnya juga terlihat putih pucat. Ia menumpukan diri dengan memegang wastafel berusaha duduk pada kloset tertutup.

Bara tidak mengetahui keadaan Lana di rumah, karena dirinya berjamaah subuh pagi ini di mesjid. Setelah mendengarkan tausiyah Bara baru keluar dari mesjid untuk pulang. Dalam perjalanan,ia berjumpa dengan Arka yang sedang menemani Bella jalan pagi. Mereka hanya berbasa-basi sebentar, karena Bara merasa tidak enak hati.

Sampai dirumah, Bara langsung naik ke atas dan masuk ke kamar.

"Sayang, Lana!" Panggil Bara saat melihat tidak ada wajah istrinya di dalam kamar,pasti di dalam kamar mandi.

Setelah menunggu beberapa saat Lana belum juga muncul,jadi Bara mengetuk pintu kamar mandi.

"Eh," pintu terbuka saat Bara mengetuk. Melihat kejanggalan ini Bara semakin khawatir dengan keadaan Lana yang tak bersuara.

"Astaghfirullah!!" Bara terkejut melihat Lana duduk di kloset bersandar di dinding.

Lana melihat kedatangan Bara, matanya tidak sanggup terbuka sepenuhnya. Dan seketika tubuhnya ambruk di pelukan Bara, yang masih memanggilnya khawatir.

"Kamu kenapa sayang?" Lirih Bara cemas,ia membopong Lana keluar dari kamar mandi.

"Sa..kit.." suara Lana samar terdengar.

"Apanya yang sakit sayang? kita ke dokter sekarang ya!" Ujar Bara meletakkan Lana di kasur.

Lana menggelengkan kepalanya,ia tidak mau ke rumah sakit. Mendengar namanya saja ia sudah pening duluan. Sudah cukup ia berkonsultasi di rumah sakit tapi tidak ada hasil apapun.

"Di rumah saja. Aku mau tidur sebentar." Lirih Lana dengan suara lemah dan memejamkan matanya.

"Iya, tidurlah." Bara mencium puncak kepala Lana sayang. Lana tertidur di pelukannya,ia tak tega melihat istrinya sakit seperti ini.

Selama mereka menikah,Lana sangat jarang sakit. Palingan ia demam atau pilek sebentar,tapi tidak pernah selemah ini. Dan rumah sakit memang bukan ide yang bagus, karena Bara juga tahu Lana sudah kepalang kecewa karena tidak kunjung mendapatkan kabar baik.

****

"Sepi banget bang,Lana kok belum turun." Bella duduk beristirahat karena telah lelah berjalan.

"Gak tau,mungkin tidur lagi mereka." Arka membuatkan segelas air hangat di campur madu untuk istrinya.

"Minum dulu." Arka menyerahkan segelas air madu, yang langsung diminum Bella.

"Makasih." Ucap Bella tulus saat Arka mengambil kembali gelas yang sudah kosong.

"Bang Arka gak keluar kota lagi kan?" Tanya Bella agak khawatir jika nanti melahirkan Arka tidak menemaninya.

"Iya,aku udah stay disini. Kemarin terakhir aku keluar kota." Jawab Arka menenangkan Bella yang setiap malam terus mengulang pertanyaan yang sama.

"Nanti kalau terpaksa gimana?"

"Gak akan,itu usaha aku sendiri. Kalau mereka berani paksa aku tinggal aku pecat saja!" Ujar Arka enteng, Bella sampai bergidik ngeri mendengar ucapan Arka yang dengan mudah memecat pekerja.

"Jangan khawatir berlebihan, itu gak baik buat kesehatan psikologis kamu dan bayi." Tutur Arka menasehati Bella. Arka tau Bella sebenarnya sangat takut melahirkan karena mendengar ucapan orang.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang