Bab 75

1.4K 75 1
                                    

Typo Bertebaran,

Happy reading 😊

"Lana!! Cepetan!!" Bella berteriak memanggil Alana.

"Iya,iya,sabar kenapa sih." Lana menuruni tangga dengan cepat.

Pagi ini Lana mendapat tugas dari sang Abang untuk menemani istri tercintanya jalan pagi di sekitaran kompleks. Arka sendiri sedang keluar kota dari kemarin dan malam ini baru akan pulang.

"Lama banget sih, lagi kelonin Bara ya." Goda Bella membuat Lana malu.

"Apaan sih," malu Lana.

Tebakan Bella benar seratus persen,tadi Bara enggan untuk melepaskan pelukannya. Bara masih ingin bermanja dengan istrinya,tapi mengingat Bella untuk saat ini lebih membutuhkan Lana,jadi dengan terpaksa Bara melepaskan Lana. Tapi tentunya dengan syarat jangan lama-lama ya.

"Bell, pelan-pelan aja ya jalannya,takut gue perut Lo udah kayak balon yang mau meledak!" Lana ngeri melihat perut buncit Bella.

"Iya Lana, kalo Lo ajak lari gue juga gak sanggup." Dengus Bella berjalan pelan memegang tangan Lana.

"Kapan prediksi lahiran?"

"Tiga minggu lagi. Tapi gue udah mulai agak was-was." Keluh Bella yang sudah mulai merasakan kekhawatiran melahirkan.

Alana menghela nafas,untung saja bang Arka udah menasehatinya untuk memberikan motivasi yang positif kepada Bella supaya tidak merasa khawatir yang berlebihan.

"Ngapain was-was, seharusnya Lo bahagia dong mau jumpa sama little Bella or little Arka." Ucap Lana yang memang sampai sekarang belum tau jenis kelamin keponakannya.

"Iya,Lo tau tiap malam gue selalu menghayal gimana rupa anak gue." Senyum Bella mengelus lembut perut buncitnya.

"Nah gitu dong,yang semangat,jadi kalau ibunya semangat anaknya juga ikut semangat di dalam kandungan." Sambung Lana yang di iyakan Bella dengan penuh rasa syukur.

"Lo gimana udah ada tanda-tanda?" Tanya Bella tanpa sadar menyentil hati Lana.

Lana menghela nafas berat, "belum."

"Yang sabar, tambah lagi usahanya." Bella menenangkan Lana yang memang agak sensitif kalau di tanya masalah kehamilan.

Bella tau Lana sangat ingin hamil, apalagi keluarga Bara sudah sangat mengharapkan kehadiran bayi kecil di keluarga mereka.

Lana tersenyum miris, "Bell, kenapa gue belum hamil juga ya?"

"Belum sekarang,tapi nanti pasti bakalan hamil. Yang sabar plus tambah lagi usaha sama doanya." Hibur Bella menepuk pundak Lana lembut.

"Sebenarnya gue malu sama keluarganya Bara,udah hampir setahun nikah tapi gue belum hamil juga." Curhat Lana sedih.

"Malahan saudaranya Bara yang nikah dua bulan lalu udah hamil. Sedih gue,apa gue gak pantas ya jadi ibu?"

"Hus, ada-ada aja mulut lo. Semua orang pantas menjadi seorang ibu, walaupun yang gak punya anak sekalipun. Dan itu bukan kuasa kita untuk memvonis apakah kita pantas atau tidak untuk menjadi seorang ibu!" Omel Bella menggebu-gebu,ia tidak suka mendengar kata-kata negatif keluar dari mulut sahabatnya.

"Kita pulang aja yuk,udah cukup jalannya." Lanjut Bella saat melihat wajah murung Alana.

Mereka pun kembali pulang,dan begitu sampai rumah Lana langsung naik ke atas. Bahkan Bara yang sedang duduk saja tidak di hiraukan.

"Lana kenapa?" Tanya Bara pada Bella yang sudah duduk dengan menuangkan segelas air putih.

Bella menjawab pertanyaan Bara setelah meneguk habis air minumnya. "Sedih belum hamil." Singkat saja karena ia juga ikut merasakan kesedihan Lana.

Bara langsung bangkit meninggalkan Bella sendirian di bawah. Ia khawatir dengan keadaan Lana yang akhir-akhir ini sering bad mood.

Benar saja,begitu Bara masuk ke kamar suara sesegukan Lana terdengar di dalam selimut.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Bara berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Kak Bara!!" Lana menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Bara. Ia menangis sejadi-jadinya mengingat belum ada janin di rahimnya.

"Maafin aku!! Aku belum bisa jadi istri yang sempurna untuk kamu." Ujar Lana dengan Isak tangus yang menyayat hati.

"Sayang,kamu kenapa? coba cerita dulu." Bara mendudukkan Lana di pangkuannya. Ia juga menghapus air mata yang sudah bercampur dengan ingus menggunakan tisu.

"Tarik nafas dulu,biar tenang." Suara begitu lembut terdengar di telinga Lana.

Lana mengikuti anjuran Bara,ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya pelan-pelan.

"Sudah tenang?" Lana menganggukkan kepalanya.

"Sekarang coba cerita,apa masalahnya?"

Lana terdiam,ia malu untuk mengakui kalau ia menangis karena belum hamil. Tapi dengan Bara yang menatapnya tajam, akhirnya Lana memberanikan diri untuk berbicara.

"Aku malu karena belum hamil."

"Astaghfirullah sayang,udah berapa kali aku bilang jangan memaksakan diri untuk menjadi seperti orang lain. Kalau kamu belum hamil itu karena kehendak Allah,mungkin memang belum saatnya. Itu bukan sesuatu hal yang bisa kita paksakan." Tutur Bara tegas namun tetap dengan suara lembut.

"Tapi aku malu sama keluarga kamu, saudara kamu yang nikahnya baru dua bulan lalu saja sudah hamil,tapi aku yang udah setahun masih belum hamil juga." Ucap Lana dengan rasa kecewa.

"Itu juga bukan ranah kita untuk ikut campur. Anak itu rahasia Allah,terserah Allah mau ngasih sekarang atau nanti. Yang pasti kita harus percaya, apapun rencana Allah itu pasti yang terbaik untuk kita." Ujar Bara menenangkan Lana yang kini sudah bersandar di pundaknya.

"Aku takut nanti kak Bara akan berpaling dari aku kalau aku gak bisa kasih keturunan untuk kak Bara."

"Astaghfirullah Lana,jangan berpikir yang bukan-bukan. Walaupun nanti kita tidak di berikan keturunan,aku akan terus bersama kamu. Kita jalani hidup berdua saja sampai ajal menjemput kita." Bara berucap lembut sampai menitikkan air mata.

Bara tahu, sangat tahu jika istrinya ini adalah orang yang perasa. Maka dari itu ia sudah mewanti-wanti keluarganya untuk tidak menyinggung masalah anak. Walaupun terkadang sang nenek sering keceplosan dalam berbicara. Tapi Bara selalu mengingatkan untuk tidak mengungkit bahkan menyinggung masalah anak.

"Apa kak Bara tidak menginginkan anak?" Lirih Lana tepat di telinga Bara.

"Bohong jika aku bilang kalau aku tidak menginginkan anak,tapi asalkan bersama kamu, tanpa ada anak pun tidak jadi masalah." Lana terharu mendengar ucapan Bara,air mata yang tadinya sudah kering kini mulai di produksi lagi.

"Sudah jangan nangis lagi," Bara masih menghibur istrinya.

Lana adalah segalanya buatnya, kalau Allah gak ngasih keturunan untuknya, memangnya kenapa? Toh cinta mereka bukan hanya di ukur dari seorang anak.

"Mau honeymoon lagi?" Bisik Bara ingin membuat Lana kembali bahagia. Apapun akan Bara lakukan untuk membuat istrinya tersenyum lagi.

"Apa boleh? Bella mau lahiran tiga minggu lagi." Ujar Lana dengan suara lembutnya. Ia merasa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur.

Bara lupa kalau Bella sudah hampir melahirkan,mana mau Lana di ajak honeymoon kalau keadaan Bella masih belum jelas. Bara juga tidak ingin honeymoon mereka jadi tidak menyenangkan karena Lana pasti terus teringat Bella.

"Nanti saja selesai Bella lahiran," imbuh Bara menepuk pelan punggung Lana.

"Hmm.." Lana yang kelelahan menangis akhirnya tertidur berkat pelukan dan tepukan lembut Bara.

Bara memindahkan Lana di kasur, kepalanya ia letakkan dengan lembut di atas bantal empuk. Lana menggeliat saat Bara memindahkannya.

"Ssttt.. tidurlah lebih lama." Lirih Bara di telinga Lana. Ia juga meninggalkan kecupan singkat di kening Lana.

Setelah membenarkan selimut, Bara kembali keluar kamar untuk berganti melihat keadaan Bella yang tadi telah di tinggalkannya.

Jangan lupa vote n coment yang banyak ya!!

Terimakasih 😘

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang