Bab 40

1.8K 91 4
                                    


Typo Bertebaran,

Happy reading 😊

Setelah numpang sarapan Lana akhirnya mengalah untuk membujuk neneknya Bara yang sungguh terlalu. Mengalah bukan berarti kalah itu yang saat ini tertanam dalam benak Alana. Pagi ini ia datang tanpa rencana yang matang mencoba mengambil hati neneknya Bara.

"Maafin nenek ya," Bara menahan malu saat mengingat sikap keterlaluan neneknya,ingin rasanya ia marah,tapi ia juga tak mau di anggap tidak sopan karena bagaimanapun juga ummi Aminah adalah orang tua dari ayahnya.

Alana tersenyum tipis,wajar saja ia agak kesal,tapi ya sudahlah mungkin lama kelamaan neneknya Bara akan luluh dengan sendirinya.

"Gak papa kok,nanti nenek juga bosen ketusin aku, soalnya aku kan baik dan cantik paripurna." Lana berlagak jumawa di hadapan Bara yang saat ini menahan tawa karena tingkah lucunya. Bara juga tau Lana hanya ingin membesarkan hatinya.

"Nanti gak papa kan saya ikut ngantar nenek ke pondok?" Tanya Bara agak takut Lana akan beranggapan yang tidak-tidak, apalagi setelah tau kalau nenek ingin menjodohkan dirinya dengan seorang santri.

"Ya gak papa, ngapain harus izin segala. Jadi suami juga belum." Cicit Lana di akhir kalimat.

Dan jawaban Lana membuat Bara malu, bahkan ia sampai tak sadar diri saat meminta izin pada Lana. Calon bucin kayaknya, hahaha!

"Kalo gitu aku pulang dulu,enggak enak nanti kena tegur nenek lagi," ujar Lana dan segera berlalu dari teras rumah Bara,tapi Bara mengernyitkan alisnya saat melihat Lana tiba-tiba berhenti.

"Nanti jangan lupa mampir ke toko ya, ambilkan daster nenek, bilang aja gratis dari calon cucu menantu." Ujar Lana dengan tawa yang membuat Bara ikut tertawa kecil.

Baru saja Bara masuk ke dalam,ia langsung di suguhi wajah cemberut neneknya. Rupanya sang nenek mendengar obrolan mereka tadi.

Bara membuang nafas lelah, sampai kapan ia harus menuruti semua keinginan mereka. Bahkan sejak ia lahir hidupnya sudah di atur,untung saja untuk masalah jodoh bundanya sangat mendukung. Ia hanya di izinkan menikah dengan gadis yang di cintai.

"Gus Al, perawakan seperti dia tidak cocok untuk jadi istri kamu," ummi Aminah kembali menasehati cucu kesayangannya. Ia masih kurang sreg dengan pilihan cucunya.

Bara berhenti berjalan dan menatap tak percaya ke arah nenek yang dulu sangat disayanginya,ya dulu tapi entahlah sekarang, walau rasa sayang itu masih ada tapi rasa kecewa mungkin jauh lebih besar.

"Kamu itu cucu satu-satunya nenek,nanti kamu bakalan meneruskan pondok pesantren kita,tapi kalau istri kamu seperti itu bagaimana para santri bisa mengambil teladan darinya." Lanjut ummi Aminah dengan penuh penekanan.

April yang berada di dekat mereka ingin membantah ucapan sang mertua,tapi tiba-tiba saja tangannya di genggam sang suami. Rayhan menggelengkan kepala tanda untuk April diam, biarkan Bara yang menyelesaikan masalah itu dengan sang nenek.

April memberikan tatapan nyalang ke arah Rayhan,bahkan ia menarik kasar tangannya yang di pegang suaminya. Tapi dengan suara lembut Rayhan mengatakan untuk mempercayai anaknya, akhirnya April mengangguk dan meredakan amarah. Walaupun masih tetap saja kesal, namanya juga orang tua, selalu ingin menjadi garda terdepan untuk anaknya.

"Apapun yang nenek inginkan sudah Bara lakukan,dari Bara kecil hingga dewasa nenek ingin Bara sekolah di pesantren sudah Bara lakukan hingga selesai. Tapi apa pernah Bara mengeluh atau menolak ke ingin nenek?" Ujar Bara lembut tapi penuh dengan ketegasan. Ummi Aminah menggelengkan kepalanya tanda bahwa Gus Al tak pernah menolak semua keputusan mereka.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang