Bab 65

1.6K 85 3
                                    


Seneng banget liat comentnya walau gak banyak 🥰

Update lagi buat kalian.

Typo bertebaran,

Happy reading 😊

"Kalau kak Bara senang dengan para santri putri yang suka sama kakak,lebih baik kak Bara ceraikan aku!"

Bara terpaku mendengar ucapan tegas Alana, matanya menatap Bara tajam seakan ingin membunuhnya saat ini juga.

"Astaghfirullah sayang, istighfar!" Bara memeluk Alana,ia tak sanggup menatap Alana yang hilang kontrol seperti ini.

Bara menyesal telah menganggap sepele perkataan Alana tadi. Jika bisa di ulang Bara akan tegas menjawab kalau Bara hanya akan mencintai istrinya seorang. Wajah menyakitkan Alana kini terus berputar di kepala Bara. Betapa berdosanya Bara telah menyepelekan perasaan cemburu istrinya.

Sedangkan Alana terus meronta di pelukan Bara,ia tidak ingin luluh dengan perlakuan Bara. " Lepasin kak Bara!"

"Kak Bara senang kan disukai sama semua perempuan, sekarang pergi cari perempuan itu dan tinggalin aku!" Lana tambah emosi, membayangkan Bara menikahi perempuan lain.

"Istighfar sayang,kak Bara gak suka dengan orang lain. Cuma kamu ya,kamu satu-satunya buat kakak." Tutur Bara lembut sambil terus mengelus sayang rambut Lana yang sudah berantakan.

Lana yang sudah mulai lelah berontak,kini mulai terisak lagi. Tubuhnya terasa lemas,dan ia mulai menelaah satu persatu perkataan Bara.

"Pejamkan mata kamu,tarik nafas perlahan, supaya dada kamu gak sesak." Lana tanpa sadar mengikuti instruksi Bara. Ia melakukan itu beberapa kali hingga tangisnya reda,dan Lana kembali tenang.

Setelah merasakan Lana agak tenang, Bara mengendurkan pelukannya. Bara menatap Lana yang masih tak ingin menatapnya. Tangannya menghapus keringat dan air mata yang masih tersisa di wajah cantik istrinya.

"Awww,sakit." Lirih Lana saat tangan Bara mentok di rambut kusutnya.

"Maaf,kak Bara gak sengaja!" Bara panik takut Alana tambah marah dengannya, padahal ia hanya ingin merapikan rambut Alana yang berantakan.

Lana tidak menjawab ucapan Bara,ia hanya diam dengan bibirnya yang maju ke depan.

"Sayang,kak Bara minta maaf kalau udah nyakitin perasaan kamu." Bara mengambil inisiatif untuk mulai menjelaskan.

"Tadi kak Bara diam bukan karena kak Bara setuju dengan perkataan kamu,tapi kak Bara merasa itu bukan hal yang penting. Biarkan saja seribu orang ataupun seluruh perempuan mencintai kakak,tapi yang harus kamu tau kak Bara cuma mencintai istri kakak seorang yaitu kamu!" Tegas Bara dengan kesabaran tingkat tinggi.

Menghadapi Alana memang harus dengan kesabaran kalau tidak pasti kdrt sudah terjadi dari tadi. Dituduh seperti itu oleh istri sendiri apa gak kesal suami. Untungnya Bara punya banyak ilmu hingga hal seperti itu tidak langsung membuatnya kalap.

"Seharusnya kak Bara tadi bilang seperti itu, kenapa mesti diam,dan membuat Lana memikirkan hal-hal yang enggak baik." Sahut Lana lemas,ia sudah lelah menangis.

"Maafin kak Bara karena menganggap sepele perkataan kamu." Bara meraup tubuh Lana dalam rengkuhannya. Ia mencium kepala Lana sayang, menghirup rakus wangi rambut istrinya yang selalu harum.

Jika kalian melihat penampilan berantakan orang adalah hal yang jelek dan menjijikkan,tapi itu berbanding terbalik dengan Alana,semakin amburadul dia,maka akan semakin seksi juga Lana terlihat. Karena dari itu, Bara akan selalu merapikan penampilan Alana sebelum keluar dari kamar. Bahaya bisa mengundang syahwat orang lain.

"Kak Bara janji ya,gak akan ada istri kedua,ketiga, keempat..."

"Astaghfirullah sayang,kamu seorang sudah cukup buat kak Bara!" Tegas Bara memotong ucapan Lana.

"Ada satu hal paling fatal yang tadi sempat kamu ucapkan,dan kak Bara harap kata-kata itu jangan pernah terucap lagi dari mulut cantik kamu sayang." Saat mengatakan itu Bara menatap langsung ke dalam mata Alana.

"Apa itu?" Lirih Lana membalas tatapan Bara.

"Cerai. Jangan pernah kata itu keluar lagi dari mulut kamu, mengerti!" Lana mengangguk paham. Ia tau itu adalah kata yang paling dibenci Allah. Tapi sepertinya tadi setan telah menguasai tubuhnya, hingga terucaplah kata sakral itu.

"Sekarang kita tidur,biar besok gak pusing pas bangun subuh. Mau ganti baju dulu?"

"Iya,tapi capek. Ganti disini aja ya," Lana membuka resleting yang ada di depan dadanya. Ia menarik gamis dari tubuhnya hingga terpampang tank top putih dengan tali spaghetti yang membentuk tubuh bagian depannya menonjol sempurna. Di bagian bawah terdapat celana short setengah paha yang melekat pas di tempatnya.

"Bantu gantungkan." Lana mengulurkan gamisnya pada Bara yang terdiam melihat atraksi Lana membuka baju barusan.

Bara mengambil gamis Lana dan juga kerudung di bawah tempat tidur, sepertinya kerudung itu telah menjadi korban pelampiasan Alana tadi. Bara menggantung keduanya di hanger pakaian.

Ia juga mengganti bajunya dengan kaos tipis berwarna putih dan juga celana panjang berwarna putih. Setelah itu Bara merengkuh Alana dalam pelukannya. Bara memejamkan matanya tapi tidak dengan Alana, matanya agak perih karena terlalu banyak menangis.

"Gak bisa tidur." Rengek Lana mengucek matanya.

"Jangan di kucek matanya,gak baik." Bara mencium sayang kedua kelopak mata Lana. Hanya Tuhan yang tahu betapa Bara sangat mencintai istrinya.

"Aku kangen Bella!" Ucap Lana tambah memeluk Bara.

"Boleh kak Bara tau,kenapa kalian selalu saling merindukan kalau sedang berjauhan?"

"Sebenarnya sejak kecil kami selalu sama-sama. Kak Bara tau kan bahkan rumah kita depanan gitu. Dulu Tante Rena dan mama sahabatan dari SMA. Mereka lengket banget sampai menikah pun suami mereka juga ternyata sahabatan. Makanya aku sama Bella juga bisa lengket gitu mungkin faktor persahabatan orang tua kita. Dan sekarang kita jadi saudara karena bang Arka menikah dengan Bella." Jelas Lana panjang. Ia mulai menguap karena lelah bercerita.

"Sepertinya aku cemburu dengan Bella, karena istriku selalu merindukan dia saat berjauhan." Ucap Bara pura-pura merajuk.

Lana tertawa, sekarang suaminya sudah mirip dengan bang Arka yang juga merajuk kalau Bella merindukannya.

"Kenapa tertawa?"

"Kak Bara mirip bang Arka."

"Arka juga seperti aku?"

"Iya,bang Arka suka merajuk kalau Bella merindukan aku!"

"Ah, kenapa kalian berdua menyebalkan sekali? Bukanya merindukan suami,malah merindukan sahabat."

"Hahaha...tapi sejak kemarin kita pisah sebentar pas ngunduh mantu,aku jauh lebih merindukan kak Bara dari pada Bella yang sangat menyebalkan."

"Sungguh?"

"Iya,aku merindukan kak Bara setiap hari,bukan tapi setiap jam, bukan malahan setiap detik." Lana mendongak ke atas dan melihat jakun suaminya yang bergerak-gerak. Ia dengan spontan menciumi jakun itu dan melumatnya hingga meninggalkan bekas berwarna pink kemerahan.

Bara mengerang, menikmati cumbuan Lana yang kini mulai menyesap lehernya.

"Sa...yang...aah,jang..ngan..na...kal." Bara mendesah lirih,ia tanpa sadar menahan kepala Lana dilehernya.

"Aku selalu merindukan kak Bara!" Ucap Lana yang telah melepaskan leher Bara dari bibirnya. Ia juga menatap ke dalam mata Bara yang jernih.

"Iya,kak Bara percaya. Kamu gak bisa tidur kan?" Tanya Bara setelah menormalkan nafasnya.

"Iya..."

"Kalau begitu satu ronde saja." Bara menarik tengkuk Lana dan mulai menciuminya. Dan terjadilah pergulatan panas tersebut, Lana benar-benar bisa memancingnya.


Jangan lupa vote n coment yang banyak ya!!

Terimakasih 😘

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang