Bab 73

1.4K 77 0
                                    

Typo Bertebaran,

Happy reading 😊


Bara melanjutkan perjalanan ke villa,ia merasa Lana banyak diam setelah bertemu dengan temannya.

"Sayang,kamu kenapa?" Tanya Bara tetapi Lana diam tidak menjawab.

"Kamu mabuk kendaraan?" Tanya Bara lagi tapi Lana hanya meliriknya saja. Mabuk kendaraan Mbah mu, seumur hidup Lana tidak pernah mabuk kendaraan.

Sebenarnya Lana sangat kesal pada Bara,tadi sewaktu kembali dari toilet Lana melihat Bara tersenyum pada Sandra. Dan wanita ganjen itu malah ikut tersenyum malu-malu.

Bara tidak lagi bertanya,ia merasa Lana sedang memusuhinya. Bara terus melanjutkan perjalanan dengan sekali-kali melirik ke arah istrinya yang merenggut menggemaskan.

"Kita mampir ke pondok dulu ya,mau periksa tugas santri." Kata Bara yang hanya dibalas anggukan Lana.

Bara tambah heran dengan tingkah Lana. Bara merasa tidak melakukan kesalahan,tapi kenapa istrinya seperti menghukumnya. Ingat,diamnya istri itu sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup suami.hahaha..

Karena tidak ingin berlarut-larut dan menebak-nebak sesuatu yang tidak jelas, Bara memutuskan untuk meminggirkan mobil di tepi jalan yang aman.

Lana mengernyitkan dahi saat mobil berhenti di pinggir jalan raya yang tidak ada penjual kaki lima. Untuk apa Bara menghentikan mobilnya,apa Bara mau pipis,tapi di luar yang terlihat hanya tanah kosong yang akan di gunakan untuk melebarkan jalan.

"Lana sayang,lihat aku!" Tegas Bara dengan suara lembut.

Lana terpaksa memiringkan tubuhnya saat Bara telah melepas sabuk pengamannya.

Melihat Lana masih betah berdiam diri, Bara berinisiatif untuk memulai mencari akar permasalahan.

"Kamu kenapa?" Tanya Bara lembut. Lana ingin menghindar tapi Bara lebih sigap menahan tubuh Lana agar tetap menghadapnya.

"Aku kesal." Jawab Lana singkat.

"Kamu kesal kenapa sayang?" Bara masih bersabar untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Kak Bara senyum sama nenek lampir tadi!" Sambung Lana mengalihkan tatapannya.

"Kapan kak Bara senyum? Dan nenek lampir itu siapa?" Tanya Bara heran, setahunya mereka tadi cuma duduk di restoran untuk membicarakan tentang investasi.

"Tadi aku lihat kak Bara senyum sama nenek lampir berjilbab!" Ketus Lana sebal.

"Ekhmm," Bara membersihkan tenggorokannya, sekarang ia sudah mengerti kenapa istrinya mendiaminya dan ia jadi tau siapa nenek lampir yang di maksud.

"Tadi aku lagi bicara sama Zian,mungkin kamu lihat aku senyum itu saat Zian membuat lelucon. Makanya aku senyum,dan itu pas saat kembalinya kamu dari toilet." Jelas Bara lembut tapi Alana masih belum menerima penjelasan Bara.

"Tapi nenek lampir juga ikut senyum malu-malu gitu. Aish bayangin aja jadi kesal!" Geram Lana mencubit lengan Bara.

"Mana aku tahu, malahan aku gak perhatian sedikitpun sama itu nenek lam..." Bara menghentikan ucapannya saat merasa ada yang salah. Ia jadi ikutan memangil Sandra dengan sebutan nenek lampir.

"Maksud aku Sandra." Sambung Bara melanjutkan ucapan yang tadi sempat terputus.

"Tuh kan,manggil namanya aja harus bener, Sandra." Ejek Lana mempautkan bibirnya.

"Astaghfirullah sayang,dosa kalau kita mengubah nama orang lain menjadi jelek. Nama adalah hadiah pertama dari orang tua untuk kita. Jadi kita harus menjaganya dengan baik, jangan sampai di olok-olok oleh orang lain." Tutur Bara panjang lebar,ia tak ingin istrinya salah memahami maksudnya.

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang