Bab 39

1.7K 92 2
                                    


Typo bertebaran,

Happy reading 😊

Bella menggeliat dalam tidur, matanya yang sempat terbuka sayu kini terpejam lagi karena kehangatan tubuh suaminya. Tangannya yang semalam terasa sakit kini sudah mendingan,pasti karena suaminya yang semalam memijat.

Wajahnya kini mendusel di dada Arka, menghirup wangi harum tubuh suaminya menjadi kegiatan wajib harian yang tak pernah ia lewatkan. Kadang Arka sampai terbangun karena merasa geli akan tingkah Bella. Seperti saat ini,Arka melengkungkan bibirnya saat merasa bibir wanitanya kini mengecup pelan dada bidangnya yang terekspos sempurna karena ia tak pernah memakai atasan saat tidur.

"Bell sudah cukup,bangun sekarang juga atau aku bakalan buat kamu gak bisa bangun lagi untuk hari ini," desis Arka yang sudah terpancing gairahnya.

"Hmm, sebentar lagi." Sahut Bella malas dengan tambah mengeratkan pelukannya dan memejamkan mata.

Arka yang tak bisa tertidur kembali pun kini asyik memainkan rambut Bella yang selalu kusut saat pagi.

Setelah mendengar azan subuh ia pun bangkit untuk menunaikan kewajibannya. Tak lupa juga ia membangunkan Bella yang menjadi rutinitas hariannya.

"Bella...sayang,bangun!" Tepukan di pipi yang selalu diberikan Arka tiap subuh ternyata sangat ampuh membangunkan si tukang tidur manja ini.

Mata Bella selalu berbinar menatap Arka, "tampan banget sih suami aku," ujar Bella tersenyum lembut,Arka sampai malu dibuatnya.

Bagaimana tidak tampan wahai pemirsa,pria dewasa dengan tubuh yang tegap tak bercela dengan wajah segar apalagi di tambah sebagian rambutnya yang tampak basah karena sisa air wudhu. Adem banget gak sih liatnya,he..he..he..

Sementara itu di kamar Lana,suara alarm berdering nyaring, dengan mata tertutup Alana meraba ponselnya hanya untuk mematikan alarm.

Setengah sadar Lana duduk di pinggir kasur, merentangkan kedua tangannya ke atas guna untuk merenggangkan otot yang masih agak terasa pegal.

Seperti biasa setelah bangun Alana beranjak membuka jendela,udara sejuk langsung menghampiri wajahnya, matanya terpejam menikmati hembusan angin yang membuat rambutnya melambai-lambai cantik.

Dan pemandangan itu juga yang selalu dilihat oleh Bara dari balik pintu balkon kamarnya. Selalu saja wajah cantik Lana yang terlihat pertama kali. Aura Alana sangat sulit untuk di tolak bahkan oleh Bara sekalipun yang ilmu agamanya lumayan tinggi. Tapi ia tak bisa menolak pesona sang pujaan hati yang kini sudah berstatus tunangannya.

"Astaghfirullah," ucapnya saat Lana hilang di balik jendela. Bara kini sibuk menenangkan debaran jantungnya yang selalu berdetak kencang saat melihat Lana seperti tadi setiap pagi.

Alana itu spesial,wajah cantiknya agak berbeda dari kebanyakan gadis lainnya,kalo Alana itu cantik sekaligus seksi. Kalo tersenyum aura sensualnya akan terlihat,dan itu yang membuat Bara tak tahan dan akhirnya memutuskan untuk meminangnya.

****

"Assalamualaikum!" Alana beranjak masuk kedalam rumah Bara yang pintunya selalu terbuka di pagi hari.

Hari ini ia mengikuti saran Bara,Alana ingin mengambil hati nenek Bara yang kemarin tampak tak suka dengannya.

"Loh Lana,kemari sayang,bantu bunda beresin sarapan ke meja." Alana dengan senang hati membantu menata sarapan ke meja makan.

"Nenek Bara mana Bun?" Tanya Lana dengan suara kecil.

"Eh,bunda kira kamu mau cariin Bara," ujar April kaget Lana mencari sang mertua.

"Nenek masih dikamar,Bara juga masih di atas, sebentar lagi pasti turun." Jawab April seadanya karena memang mereka belum berkumpul.

"Aku boleh ikut sarapan disini gak Bun," pinta Lana dengan wajah memerah malu. Kalau bukan demi restu nenek Bara,ia gak akan mungkin mau mempermalukan dirinya seperti ini.

"Boleh,boleh kok sayang,kamu mau apa biar bunda buatkan," tawar April antusias karena sang calon menantu akan sarapan bersama mereka.

"Aku cuma mau susu aja Bun," ucapnya sambil terkekeh malu.

"Biar bunda buatkan,kamu duduk aja disana, tungguin bunda siapin susu kamu."

Alana menganggukkan kepalanya,dan ia kini duduk sendirian di meja makan.

Tak lama turunlah Bara yang masih mengenakan pakaian shalatnya. Bibir Lana terbuka tertutup secara spontan melihat ketampanan calon suaminya.

April yang melihat Lana terpana dengan ketampanan anaknya tak bisa menahan tawanya.

"Masya Allah, kayaknya akad nikahnya besok aja ya,gak usah bulan depan," ujar April menggoda Lana sedangkan Bara hanya tersenyum saja menanggapi godaan bundanya.

Alana jadi salah tingkah karena tau sedang di goda. "Aaakhh... Malu banget!" Jerit hatinya Lana.

"Ekhm..." Lana mengalihkan pandangan dari Bara dan kini ia melihat kakek dan neneknya Bara bergabung bersama mereka di meja makan di ikuti Rayhan juga yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Ada Lana hari ini," ujar Rayhan tersenyum melihat kedatangan sang calon menantu.

Alana tersenyum melihat respon keluarga Bara yang tampak menyukai kedatangannya kecuali ya itu neneknya Bara. Padahal hari ini ia memakai baju yang sopan,celana kain panjang dengan baju kaos berlengan panjang juga.

"Pagi-pagi gak baik anak perempuan bertamu ke rumah laki-laki!" Itulah perkataan nyelekit pertama yang keluar dari bibir nenek tercintanya Bara.

Semua orang kini memandang ke wajah sang nenek, mereka tak percaya ummi Aminah langsung menabuh genderang perang dengan Alana, bahkan di saat mau sarapan.

"Al yang nyuruh Lana datang ke rumah hari ini," bela Bara saat melihat Alana terdiam kaku.

Alana cukup shock karena serangan langsung itu,ia bersiap menjawab tapi di urungkan karena calon ayah mertua mendahuluinya.

"Karena Lana sudah datang,kita mulai aja sarapannya," Rayhan mengambil alih pembicaraan takut merembet kemana-mana.

"Lana kesibukannya apa saat ini?" Tanya kakeknya Bara dengan senyum yang terulas ramah.

"Oh aku sibuk di toko,aku bantuin sahabat aku buat kelola toko yang menjual daster kek," jawab Lana ramah.

"Bagus itu,ada daster seukuran nenek nya Bara gak? kakek mau belikan beberapa buat istri kakek," kyai Ramlan senang melihat cucu menantunya ini,Lana anak yang ceria itu yang ada di benaknya.

"Ada dong kek,kita punya banyak model daster,dari yang rumahan sampai yang bisa pergi ke kondangan,ada juga yang biasa ibu-ibu pake buat pergi ke pengajian." Jelas Lana antusias seperti penjual online di salah satu aplikasi.

"Oh ya,kalau gitu nanti bantu pilihkan buat neneknya Bara ya," pinta sang kakek yang di iyakan Lana.

"Sip, gampang itu mah,"

"Nenek mau yang model seperti apa?" Tiba-tiba Lana memberanikan diri untuk bertanya pada nenek.

Yang lainnya melihat ke arah sang nenek untuk menunggu jawaban apa yang akan diberikannya oleh sang nenek.

Ummi Aminah mengulas senyum yang tampak terpaksa, "Nanti biar saya beli sendiri saja,saya gak biasa kalau harus menitip pesanan baju pada orang lain."

"Loh kenapa? Gak papa kok nek,aku tuh pinter pilihin model daster, buktinya daster di toko selalu habis di borong pelanggan." Ujar Lana membanggakan dirinya.

"Iya mi, bajunya April juga banyak yang dipilih Lana kok, semuanya bagus. Atau ummi mau April bawa ke tokonya nanti sebelum pulang?"

"Iya, begitu saja. Sekalian ummi mau beli oleh-oleh buat yang jaga rumah di pondok."

"Oke, nanti ummi bisa lihat di status wa tokonya Lana dulu,kalau ada yang menarik tinggal pesan, biar pas kesana tinggal ambil saja." Jelas April dan ummi Aminah mengangguk saja tanda setuju dengan usul menantunya.


Jangan lupa vote n coment yang banyak!!

Terimakasih 😘

BelLana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang