Bagian 5. 'Sayap Kanan : Sang Mata Elang'

238 23 1
                                    

Bagaimanapun Ayrece memikirkannya, hal ini benar-benar aneh. Mulai dari ia disambut dengan baik di Dantevale yang kabarnya sangat tertutup itu sampai bagaimana ia diperlakukan oleh orang-orang di Dantevale, semuanya sangat aneh. 

Maksudnya lihatlah sekeliling tempat yang Ayrece gunakan untuk tidur itu, benar-benar terlalu besar untuk ukuran tempat tidur orang yang datang tak diundang.

 Ayrece menghabiskan tigabelas jam nya tanpa melakukan apa-apa di ruangan yang besar dan mewah itu, tepatnya ia hanya duduk dan berpikir, terakhir kali ia membuka mulutnya adalah sebelas jam lalu saat beberapa pelayan mengantarkan makan malam untuknya yang tentu saja membuatnya shock. 

Mereka menyiapkan hidangan pembuka, hidangan utama, dan hidangan penutup dengan sangat baik. 

Ayrece bersyukur ia pernah belajar etiket bangsawan di meja makan dari Yuriel yang mengetahui segala hal, jika tidak tadi malam akan menjadi hal paling memalukan selama hidupnya. 

Saat itu jugalah Ayrece terakhir mendengar suara manusia, tempat itu sangat sunyi sekarang bahkan saat ia membuka pintu ruangan dan melongok keluar yang ia lihat hanya koridor panjang dengan banyak lentera, tidak ada pelayan maupun prajurit yang berjaga. 

Hari sudah sangat terang saat Ayrece melongok melihat keluar ruangan untuk yang kedelapan kalinya, tentu saja ia melewatkan waktu tidurnya.

Ayrece menatap koridor yang masih sama kosongnya seperti saat terakhir kali ia melihatnya, bedanya saat ini koridor tersinari matahari dari jendela kaca yang berjajar di seberang ruangan Ayrece memperlihatkan suasana diluar kastil yang terselimuti salju.

 Ayrece pikir tempat itu tidak akan mendapatkan sinar matahari sebanyak itu sebelumnya. 

Saat Ayrece masih sibuk menatap jendela diseberang sana dengan posisi badan yang melongok keluar pintu besar ruangannya, seorang pria bertubuh tinggi dengan setelah rapi mendekatinya berjalan tanpa suara.

"Kalau anda berniat untuk kabur lewat sana tolong urungkan niat anda, ini lantai empat"

Ayrece menoleh kaget, disampingnya saat ini berdiri pria dengan rambut putih dan wajah ramah yang ia kenali sebagai Stephan, dengan segera Ayrece menegakkan tubuhnya canggung.

 "Ehem saya tidak berniat untuk kabur" ucap Ayrece membela diri menghindari kontak mata dengan Stephan. 

Stephan terkekeh kecil seraya membuka pintu kamar Ayrece sedikit lebih lebar dan memberi kode pada Ayrece untuk masuk "Lalu ?"

"Humm itu diluar terlihat cantik jadi aku memperhatikan agak lama" Ayrece melangkah masuk ke ruangan kembali diikuti Stephan dibelakangnya. 

"Kalau begitu silahkan melihat dari sini"

Ayrece menoleh kearah Stephan yang berjalan ke ujung ruangan itu melewati kursi dan meja dengan ukiran cantik dan berhenti didepan tirai dan dengan gerakan tangan elegan Stephan menyibak tirai itu membiarkan sinar matahari yang tak seberapa itu masuk ke ruangan. 

Jendela yang tingginya melebihi Stephan dan luasnya melebihi setengah ruangan itu kini terekspos menampilkan pemandangan luar kastil. 

Tak terpikirkan oleh Ayrece kalau dibalik tirai itu adalah jendela karena tirainya besar memenuhi satu sisi ruangan itu, Ayrece kira itu hanyalah pajangan atau semacamnya.

Ayrece terdiam sejenak, memikirkan kebodohannya yang terlewat bodoh "Setidaknya anda sudah berusaha" ucap Stephan yang menatap Ayrece setelah selesai merapikan gorden.

Ayrece meringis "Tapi saya benar-benar tidak berniat kabur, serius" Ayrece mengangkat tangannya menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya kemudian dibalas senyum kecil dan anggukan oleh Stephan yang terkesan menyebalkan bagi Ayrece. 

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang