Menara emas yang akan runtuh, berita tersebut menyebar ke seluruh pelosok negeri dengan sangat cepat.
Bahkan mereka yang tinggal di luar benua barat dapat mendengar berita tersebut.
Brechordon yang digadang-gadang sebagai negara termaju di benua barat dikabarkan akan hancur karena sebuah ramalan dan konflik dalam negeri.
Banyak yang khawatir mendengar kabar tersebut, karena banyak negara yang menjalin kerjasama saling menguntungkan dengan Brechordon.
Namun juga banyak yang senang mendengarnya, terutama bagi beberapa negara yang berada dibawah kendali Brechordon setelah kalah dalam perang.
Pun berita tentang penentuan tahta yang akan berlangsung hari itu, semua orang didalam dan luar negeri telah mendengarnya.
Pertemuan besar yang diadakan di Istana untuk menentukan pemimpin baru Brechordon akan berlangsung hari itu.
Hasil dari pertemuan tersebutlah yang nanti akan menentukan keberlangsungan menara emas.
Desas-desus yang mengatakan bahwa kedua keluarga yang telah berdamai mendukung dua calon pemimpin yang berbeda juga sudah sampai ditelinga rakyat.
Tentu saja, hal tersebut menimbulkan kekhawatiran, banyak sekali yang sudah berniat untuk pindah dari negeri itu.
Menara emas yang dulunya pernah menjadi negara makmur dan didambakan banyak rakyat kini menjadi tempat mengerikan yang ingin mereka hindari.
Kota-kota di perbatasan sudah banyak sekali yang sepi, kebanyakan dari penduduknya telah mengenal negara luar dan berpindah akhir-akhir ini.
Meskipun mereka tidak dapat berpindah secara resmi karena negara belum mengizinkan, setidaknya sampai konflik mereda mereka tidak ingin berada di Brechordon.
Di kota perbatasan barat di wilayah Ruzellaim, kota sudah hampir kosong. Jalanan sangat sepi dan gelap bahkan di sore hari.
Pria tinggi dengan jubah panjang dan sebuah topi berjalan di lorong sempit yang membuat suasana semakin gelap.
Kaki panjangnya melangkah dengan santai, kedua mata hazel nya menatap ujung gang dimana sebuah toko buku diterangi lentera sangat kontras dengan suasana sekitar.
Begitu ia sampai di toko buku itu ia berdiri menatap papan penanda bertuliskan 'buka' di pintu kaca.
Pria itu menghembuskan napas mengeluarkan asap rokok yang tadi dihisapnya, ia menjatuhkan cerutu yang sudah memendek di jalan batu dan menginjaknya.
Matanya masih menilik kedalam toko buku itu sampai sesosok pria tua dengan sebuah kemoceng dari bulu ayam mendapatinya.
Ia melangkah memasuki toko buku itu membuat bel diatas pintu berdenting lembut seolah menyambut.
"Selamat datang," ucap pria tua itu, meskipun ia sempat terkejut tadi, sekarang ia terlihat begitu tenang.
"Anda tetap membuka toko padahal semua orang sudah pergi," ucap pria bertopi seraya melangkahkan kaki kearah rak-rak buku tinggi di toko itu.
Jari-jemarinya yang panjang menyentuh jejeran buku di rak, semuanya terlihat sangat terawat.
"Saya hanya berjaga jika saja ada yang akan datang," ucap pria tua itu, ia bisa melihat pria bertopi dari sela-sela rak.
Pria bertopi itu menarik salah satu buku berjudul Keajaiban Berkah Ethel dan mulai membolak-balik halamannya.
"Jadi Anda sudah memperkirakan akan ada yang datang ya," ucap pria bertopi menghentikan gerakan tangannya di bab berjudul Orang Terpilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...