"Ayden...Ayden...."
Dengan samar ia mendengar suara itu sama seperti terakhir kali ia memejamkan matanya.
Bedanya kali ini ia merasa suasana di sekitarnya tidak sesak seperti sebelumnya, napasnya kembali normal, dan tubuhnya menghangat.
Seiring dengan matanya yang terbuka, didapatinya wajah gadis yang terakhir kali ia lihat saat ia memejamkan mata.
Bedanya saat ini ia tersenyum cerah dengan mata sedikit berkaca-kaca, tidak seperti terakhir kali saat ia berlari dengan wajah cemas bercampurkan panik dengan airmata yang membanjiri wajahnya yang pucat.
"Jangan bilang kita sudah di surga" ucapnya lemas seraya melihat sekelilingnya, sangat terang.
"Belum" ucap suara rendah dari sisi kanannya, Althare berdiri menatap putranya yang baru saja tidak sadarkan diri itu.
"Ah belum ternyata" ucap Ayden terdengar yakin kemudian bangkit duduk, ia memegang dadanya saat menyadari tidak terasa sakit disana.
Kemudian ia mengangkat tangannya dan menatap telapak tangannya, mulai merasakan energi sihirnya yang stabil.
"Itu berkat mereka" ucap Ayrece yang mengerti kebingungan Ayden.
Ayden menoleh menatap arah yang ditunjuk Ayrece, dua orang dengan jubah putih berdiri di sisi tenda itu, mereka menunduk menyapa Ayden.
"Tarum dan Thistle" gumam Ayden.
"Bagaimana bisa ?" tanya Ayden, ia tidak mungkin puas hanya mengetahui hasil tanpa diberitahu bagaimana masalah tadi terpecahkan.
Masalahnya memisahkan energi sihir yang saling melawan adalah sesuatu yang sangat mustahil jika tidak mengeluarkannya dari tubuhnya.
Dan karena Ayden adalah pengendali api biru, es dalam dirinya tentu tidak dapat ia keluarkan.
"Itu berkat safir kosong yang dibawa Lady" ucap Tarum si penyihir istana dengan jubah putih bergariskan warna nila yang bersinar.
Rambut pirangnya yang panjang digerai, kedua tangannya tertaut sopan didepa tubuhnya sehingga membuatnya terlihat seperti penyihir bijak dari buku cerita yang Ayrece baca.
"Safir kosong ? Darimana ?" Ayden menoleh kearah saudari kembarnya itu "Aku tidak sengaja memilikinya tanpa tahu kegunaannya" ucap Ayrece mengangkat bahu.
Ayden menatap dua penyihir tadi lagi, ia belum puas dengan penjelasan mereka.
Karena meskipun mereka memiliki wadah untuk bisa menarik energi asing dari tubuh Ayden, memisahkannya dengan energi api birunya adalah hal yang sulit.
Mereka hanya bisa mengeluarkan seluruh energi dari tubuh Ayden, dengan skenario terburuk Ayden kehilangan energi sihirnya atau bahkan ia bisa mati.
Namun saat ini Ayden masih dengan jelas merasakan energi sihirnya berputar dalam tubuhnya secara stabil.
"Ah" Ayden menatap Thistle si penyihir istana yang paling pendiam dan pemalu, ia hanya setahun lebih tua dari si kembar, dan ada rumor bahwa setengah dari kemampuan yang ia miliki adalah kekuatan suci Ethel.
Tentu hanya menjadi sebuah rumor karena itu adalah suatu hal yang mustahil jika seseorang secara bersamaan memiliki kekuatan suci dan dapat menguasai kekuatan kegelapan.
Namun hanya dengan kemungkinan bahwa Thistle memiliki kekuatan suci itulah yang membuat semua ini terjawab, mereka yang memiliki kekuatan suci tingkat tinggi dapat mengatur energi di dalam diri seseorang.
Ayden masih menatap Thistle yang berdiri canggung dengan menundukkan kepalanya, rambutnya yang kecoklatan tergerai hampir menutupi mukanya.
"Ayden berhentilah menatapnya" ucap Althare kemudian berterima kasih kepada Tarum dan Thistle dan mengatakan tugas mereka sudah selesai sehingga mereka bisa pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasi15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...