Bagian 66. 'Jeratan Sumpah Darah'

60 10 0
                                    

Saat Althare kembali ke Mansion Taranesse, semua prajurit sudah selesai diobati dan dipindahkan ke ruang kesehatan untuk pemulihan.

Selanjutnya, Gingee dan para penyembuh mengerahkan kemampuan untuk membantu pemulihan mereka.

Ayden yang kehabisan tenaga segera mendapat perintah dari Althare untuk beristirahat karena ia bersikeras mengecek kembali orang-orang yg telah diselamatkannya.

Begitu tiba di kastil, Thistle pun segera menghampiri Ayden yang sudah terlelap.

Menurutnya, energi elemen api biru Ayden sangat menipis. Bahkan jika ia sudah bangun dan merasa lebih baik ia masih belum bisa menggunakan elemen api birunya.

Karena harus mengobati banyak sekali orang, ia jadi menggunakan energi nya habis-habisan.

Thistle menatap Ayden yang masih menutup matanya, ia begitu khawatir sampai datang dengan terburu-buru tadi.

Ayden tidur dengan cukup pulas, biasanya saat tertidur hanya dengan suara kecil disekitarnya Ayden akan terbangun.

Tapi saat Thistle datang dengan tidak sengaja mendorong pintu kamar Ayden kuat-kuat dan menimbulkan bunyi cukup kencang, ia sama sekali tidak terbangun.

"Tuan muda akan baik-baik saja, Thistle."

Thistle menoleh, menatap Gingee yang tadi sibuk meracik ramuan untuk Ayden. 

"Dia terlalu memaksakan diri," ucap Thistle sedih.

"Sangat mirip dengan Nona Ayrece kan, Saya sangat menyesal tidak bisa berbuat apa-apa tadi," ucap Gingee seraya menaruh secangkir ramuan berwarna hitam pekat di atas meja.

"Saya sering sekali merasa seperti itu di Dantevale," ucap Thistle melamun menatap asap yang mengepul dari secangkir ramuan itu.

"Mereka orang-orang yang hebat, itu adalah alasan Saya mau menetap di Dantevale," ucap Gingee tersenyum cerah.

Thistle mengangguk mengerti, sebenarnya ia sempat bingung bagaimana Dantevale dapat merekrut penyihir dari benua timur.

"Saya sudah memastikan Tuan muda tidak terjangkit Ratollen juga, tolong minta Tuan muda untuk segera meminum ramuannya saat bangun. Saya harus membantu para penyembuh," Gingee melangkah ke arah pintu.

"Eh ? Saya menjaga sendiri ?" Thistle segera berdiri seraya memasang wajah bingung.

"Ah dan ramuan itu akan tetap hangat sampai pagi, jadi tidak perlu dipanaskan lagi, Saya permisi dulu," ucap Gingee kemudian mengedipkan satu matanya kearah Thistle.

"Tapi ini," kalimat Thistle terhenti karena Gingee sudah menghilang lebih dulu dibalik pintu.

Thistle kembali menatap Ayden yang masih terlelap, ia merasa canggung karena harus menunggu Ayden sendirian dikamarnya, dengan pintu tertutup pula.

'Ini akan baik-baik saja, aku hanya menunggu orang sakit' batin Thistle seraya meremas-remas jemarinya gugup.

Dengan perlahan ia kembali terduduk, kedua matanya berusaha mengalihkan pandangan dari Ayden, entah kenapa sekarang ia  merasa sangat canggung saat menatap Ayden yang masih terlelap.

Berkali-kali ia mengatur napas dan menyentuh dadanya karena detak jantungnya terasa sangat berisik.

Berkali-kali juga ia berusaha menenangkan diri agar bisa duduk dengan tenang dan tidak mengusik Ayden yang sedang tertidur.

Faktanya ia hanya bisa menenangkan dirinya sampai tigapuluh menit kemudian.

Rasanya ia akan mati karena gugup saat membayangkan apa yang harus dikatakannya jika Ayden bangun dan menanyakan apa yang ia lakukan dikamarnya.

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang