Pagi itu di Dantevale setelah menyelesaikan sarapan, Ayrece keluar dari bangunan Utama kastil dengan membawa sebuah keranjang yang terlihat berat.
Kemarin lusa sebelum Althare meninggalkan kastil ia berpesan pada Stephan untuk segera memindahkan kamar Ayrece ke Bangunan Utama.
Hari ini Ayrece sarapan sendirian karena Althare yang masih berada di Ibukota dan Ayden yang katanya berada di tempat latihan sedari subuh.
Karena itu ia meminta kukis dan beberapa buah untuk dimakan dengan Ayden yang Ayrece yakin belum sarapan sama sekali.
Di perjalanan menuju tempat latihan militer, langkah Ayrece terhenti di taman depan perpustakaan.
Ada beberapa orang yang terlihat sibuk memandangi bangunan perpustakaan, mungkin sekitar tujuh orang yang masing-masing mengenakan mantel super tebal, tidak seperti mantel ringan yang biasa dikenakan pekerja-pekerja kastil.
Orang-orang itu terlihat melebarkan sebuah perkamen yang ukurannya seluas meja belajar Ayrece di kamarnya, mereka menunjuk-nunjuk perkamen seraya berbincang-bincang sambil sesekali menunjuk bangunan perpustakaan.
'Apakah akan ada pembangunan ?' batin Ayrece sebelum kemudian melanjutkan langkahnya untuk menemui Ayden.
Sesampainya di depan tempat latihan Ayrece mendapati Storm, kuda hitam milik Ayden terikat seraya memakan sarapannya, itu artinya Ayden baru saja keluar dengan kudanya.
Ayrece melangkah sedikit berlari memasuki tempat latihan. Bangunan yang disebut sebagai tempat latihan militer ini memiliki sebuah tanah lapang yang sangat luas ditengah-tengahnya, di situlah Ayden biasa berlatih pedang.
Sesuai dugaan Ayrece, Ayden berada di tempat itu seorang diri mengayunkan pedangnya ke udara kosong.
Ada alasan kenapa tempat itu dikosongkan jika Ayden ataupun Althare sedang menggunakannya, yakni untuk menghindari orang lain terluka karena luapan sihir mereka yang tersalurkan ke pedang.
Ayden yang sedari tadi sibuk dengan kegiatannya berhenti lalu membalikkan badan, ia merasakan ada orang yang datang.
"Selamat pagi !" seru Ayrece berlari kearah Ayden yang mulai terkekeh seraya menyarungkan pedangnya.
"Aku tidak pernah melihatnya, itu baru ?" tanya Ayrece sesampainya dihadapan Ayden.
Ayden menatap pedang ditangannya lalu mengangguk "Aku baru mengambilnya pagi ini," ucap Ayden lalu menatap keranjang yang dibawa oleh Ayrece.
"Kau tahu kan aku tidak akan memakan kukis yang kau bawakan," ucap Ayden yang dibalas decihan kecil oleh Ayrece.
Ia tahu betul bahwa Ayden tidak suka olahan manis seperti kukis ataupun kue, hanya saja ia ingin membawanya berpikir bahwa mungkin saja Ayden tiba-tiba berubah pikiran.
"Aku yang akan makan kukis nya," ucap Ayrece mengangkat keranjangnya lalu membukanya. "Kau makan apelnya," tambahnya seraya menunjukkan ada beberapa buah apel hijau didalamnya.
Ayrece melangkah menuju pinggiran tanah lapang itu, duduk di sebuah kursi yang tersedia disana disusul Ayden.
"Ngomong-ngomong dimana kau mengambil pedang itu ?" tanya Ayrece seraya melahap kukisnya.
"Tentu saja di tempat pandai besi," ucap Ayden menjawab, mata birunya menilik apel hijau yang ia pegang kemudian menggigit salah satu sisinya.
Ayrece terdiam berpikir, tempat pandai besi itu biasanya berada di pasar atau tempat-tempat yang biasa dikunjungi banyak orang, sedangkan Ayrece tidak pernah tau ada pasar ataupun tempat dimana banyak orang berkumpul di Dantevale ini, kecuali benteng dan medan tempur tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...