Melewati tengah hari, suasana di Mestyn Alley masih sangat sepi. Sangat kontras dengan keadaan di istana yang tengah dirundung kekacauan.
Namun, semua orang di Mestyn Alley tahu apa yang tengah terjadi di pusat Ibukota dan di dalam istana.
Tentu saja, ledakan beruntun yang membuat tanah perbatasan sampai bergoyang itu tentu memicu kecurigaan banyak orang.
Belum lagi, ribuan prajurit berbaris memasuki gerbang perbatasan utara yang menambah orang-orang di perbatasan yakin tengah terjadi perang di pusat Ibukota.
Beberapa bisnis di Mestyn Alley terlihat tutup, termasuk Lockenham.
Para pekerjanya sebagian besar sudah keluar Ibukota untuk mengungsi. Sementara sebagian kecilnya masih berada disana.
Gladys termasuk yang memutuskan untuk tinggal. Bukan karena dia tidak percaya akan ada perang, atau karena ia terlalu berani untuk menghadapi perang.
Tapi karena satu-satunya Tuan muda di Brechordon yang ia kenal dan pernah bicara dengannya meminta tolong padanya.
Ia menitipkan dua orang yang sepertinya lebih dari bisa untuk menjaga diri mereka sendiri padanya. Awalnya Gladys menolak mentah-mentah tentu saja.
Dua orang yang dititipkan Faramond si Tuan muda itu adalah dua wanita dewasa yang terlihat tidak membutuhkan perlindungan.
Meskipun keduanya memerlukan perlindungan pun, Gladys tidak yakin bisa melindungi mereka.
Sampai Faramond mengatakan bahwa mereka adalah Ibu Suri dan calon pemimpin negeri ini.
Tidak akan ada yang bisa mengerti sekaget apa Gladys setelah ia mendengar itu. Faramond tidak terlihat berbohong sama sekali saat itu.
Dan fakta itu membuat Gladys gugup setengah mati saat ini.
Ia sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya saat memasuki ruangan yang berisi dua orang itu untuk menanyakan apa mereka membutuhkan sesuatu.
"Kemarilah," ucap Demelza saat Gladys membuka ruangan naratama yang biasa digunakan Faramond itu untuk yang ke sembilan kalinya.
Gladys sedikit terhenyak, ia bahkan belum sempat menanyakan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya 'Apa Anda membutuhkan sesuatu ?'
Dengan langkah canggung ia menutup pintu ruangan itu dan berjalan menunduk kearah kedua wanita dengan posisi tinggi itu.
"Angkat kepalamu," ucap Demelza lagi. Suaranya yang terdengar merdu dan anggun membuat Gladys mengikuti perintahnya begitu saja.
Saat ia mengangkat kepalanya, ia benar-benar tidak menyangka dapat melihat kedua orang itu dengan kedua matanya secara langsung.
Demelza, sang Ibu Suri yang terlihat tegas, anggun, dan berwibawa di saat yang bersamaan.
Dan Earlene, calon Ratu yang terlihat begitu santai. Meskipun wajahnya terlihat datar, tatapan dari kedua mata emas itu terasa hangat.
Jika bisa, Gladys akan melompat kegirangan di tempatnya berdiri saat ini. Sepertinya, ia adalah wanita penghibur pertama yang pernah berhadapan langsung dengan ibu dan putrinya yang luarbiasa itu.
"A apa ada yang Anda butuhkan ?" tanya Gladys canggung.
"Tempat ini cukup tinggi, kan ?"
Gladys berkedip bingung karena pertanyaan yang ia lontarkan dibalas oleh pertanyaan lain.
"Ah itu, jika maksud Anda menara pengintai, itu memang cukup tinggi," ucap Gladys.
Lockenham memang memiliki menara pengintai yang jauh lebih tinggi dari bangunan lain disana, Gladys tidak begitu mengerti kenapa harus ada menara pengintai di sebuah rumah hiburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...