Bagian 41. 'Ujian Kesetiaan dan Tumpahnya Darah Pertama'

82 8 0
                                    

Menara sihir Istana mungkin adalah satu-satunya tempat di Istana yang sangat jarang didatangi oleh Callister, rasanya tempat itu selalu asing baginya.

Malam itu, jika tidak ada panggilan mendadak dan cukup penting ia akan jauh-jauh dari tempat penuh sihir itu.

Malam itu juga akan menjadi pengalaman pertamanya melantik penyihir Istana sebagai seorang Raja.

Sebenarnya semua wewenang terhadap penyihir Istana dipegang secara mutlak oleh Demelza sejak ia menjadi Ratu, tidak pernah ada catatan seorang Raja melantik penyihir Istana.

Sebelum-sebelumnya Raja hanya memberikan persetujuan saja, Callister pun tahu pasti kenapa Ibunya memintanya secara langsung untuk melantik dua penyihir malam itu.

Callister duduk dengan menyilangkan kakinya menghadap altar hitam dimana para penyihir biasa melakukan upacara resmi seperti pelantikan.

Saat ini Demelza sebagai penanggungjawab dari acara itu memberikan sambutan kepada para tamu yang diundangnya.

Tidak banyak yang hadir malam itu, hanya para anggota menara sihir, beberapa menteri,  beberapa orang dari Vatillian dan beberapa bangsawan dari Selatan.

Meskipun ruangan itu begitu luas dan tidak begitu banyak orang, Callister merasa cukup sesak berada disana.

Bagaimanapun juga ia memiliki kesucian dari berkah Ethel yang mengalir dalam dirinya, yang tentu bertolak belakang dengan energi ruangan dimana banyak penyihir didalamnya itu.

"Saya menyampaikan terimakasih kepada Yang Mulia Raja Callister, yang menyempatkan hadir di acara kecil ini," ucap Demelze seraya menatap Callister dan mengangguk hormat.

Callister tersenyum tipis, sebelumnya ia berbincang dengan ibunya itu, ia menanyakan kenapa hanya ada Duke Jefford disana.

Dan yang dikatakan Demelza cukup mengejutkan, ia mengatakan bahwa para bangsawan lain menolak untuk datang.

Tentu Callister tidak begitu percaya dengan hal itu, ia tahu rencana besar dibalik pelantikan ini.

Namun karena sejauh ini mereka tidak membuat keributan yang merugikan rakyatnya jadi ia masih tetap diam dan terus memperhatikan.

Di depan sana Callister menatap Georgia Martinez yang berdiri di sebelah Faramond, keduanya sudah memakai jubah penyihir Istana mereka.

"Yang Mulia," panggil seseorang dari sebelah kanan Callister, ia menoleh, dan mendapati salah satu menterinya berdiri disebelahnya seraya menundukkan kepalanya.

Faustus Tortarent menyodorkan sebuah nampan dengan selempang merah kearah Callister, itu adalah selempang resmi Raja.

Callister sengaja tidak memakainya hari itu karena ia berpikir acara ini berskala kecil dan tidak terlalu formal.

"Anda harus memakainya," ucap Faustus, jika Callister memakainya itu memberi arti bahwa acara malam itu adalah acara formal yang dihadiri Raja.

Dan tentu saja itu akan memicu kemarahan pihak luar, terutama ketiga bangsawan tinggi lain yang bahkan tidak menerima berita tentang pelantikan penyihir Istana baru.

"Kalau begitu, kita akan memulai acara pelantikannya, dengan hormat, Yang Mulia Raja Callister mohon untuk maju kedepan," ucap Demelza dari depan sana.

Callister melirik Faustus yang masih menyodorkan nampan ditangannya "Silahkan Yang Mulia," ucapnya.

Callister berdiri dari duduknya "Lupakan saja," ucapnya kepada Faustus kemudian ia melangkah maju kedepan.

Ruangan itu dipenuhi tepuk tangan  saat Callister mengalungkan tanda penyihir Istana kepada Faramond.

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang