"Woahh !" entah berapa kali Ayrece mengucapkannya, Ayden yang berjalan sambil menggandeng tangan adik kembarnya itu hanya terkekeh setiap kali ia mengatakannya dengan mata berbinar.
Saat ini mereka sedang berkeliling di pusat ibukota melihat-lihat keramaian rakyat yang menyambut festival dengan meriah.
Suasana sore itu sangat ramai, banyak orang dari seluruh Kerajaan yang datang ke ibukota untuk ikut memeriahkan festival.
Bahkan kata Ayden akan ada beberapa tamu dari Kerajaan lain yang akan datang untuk meramaikan festival sekaligus memberi selamat pada pemimpin baru Brechordon.
"Berhenti melakukannya" ucap Ayrece yang merasakan Ayden terus menyalurkan sihir penyembuhnya melewati tangannya daritadi.
"Semakin ramai disini, kalau ada yang merasakan energi sihir-" Ayrece menghentikan kalimatnya lalu melihat sekeliling.
"Kita berkeliling sejak pagi, kalau aku menghentikannya kau akan merasa tubuhmu berat karena kelelahan" ucap Ayden.
Ayrece tahu maksudnya yang Ayden lakukan adalah menyalurkan energinya agar Ayrece tidak merasakan lelah karena terus berjalan, belum lagi ia menggunakan heels dan jubah yang cukup membuatnya panas.
Sebelum berangkat Althare sempat tidak mengizinkan keduanya, namun karena Ayrece terus membujuknya mereka diperbolehkan pergi asalkan mereka berjanji untuk tidak mengeluarkan sihir sekecil apapun.
Karena Ayden terlihat tidak perduli Ayrece menarik paksa tangannya, bersamaan dengan tangannya yang terlepas kakinya terasa lemas membuatnya sedikit terhuyung.
Ayden menahan tangan Ayrece agar tidak terjatuh di keramaian "Kan sudah kubilang" ucap Ayden.
'Gila, kakiku benar-benar sakit' batin Ayrece.
"Ini karena aku terlalu bergantung pada energi mu sejak tadi, bodoh" ucap Ayrece seraya memukul lengan Ayden kesal.
"Aku berniat membantumu tau" Ayden tidak terima, Ayrece mengabaikannya karena ia sibuk melihat sekeliling mencari tempat duduk.
"Disana, kita duduk disana dulu" Ayrece menunjuk beberapa bangku panjang yang mengelilingi sebuah kolam air mancur dimana terdapat patung singa emas di tengah-tengahnya.
Ayden menuntun Ayrece menuju bangku itu.
"Siapa sebenarnya yang membuat sepatu yang membuat kaki sakit seperti ini" gumam Ayrece mengomel seraya mendudukkan diri di bangku yang menghadap ke air mancur itu.
"Siapa suruh memilih sepatu seperti itu padahal akan pergi jalan-jalan" ucap Ayden.
Ayrece memijat tumitnya masih merasa kesal, ia ingat pelayan dengan rambut pendek kemerahan yang tadi memilihkan sepatu dan gaun untuknya.
'Huh orang itu benar-benar membenciku sepertinya, siapa namanya ya ? Bianca ? jahat sekali dia' batin Ayrece.
"Tunggu sebentar disini aku akan membeli minum" ucap Ayden lalu pergi begitu saja.
"H hey ! astaga anak itu benar-benar" Ayrece mengomel seraya menatap Ayden yang mulai hilang di kerumunan orang.
Ayrece menghela napas berat menatap patung singa emas yang berkilauan dihadapannya mengira-ngira apakah itu asli atau bukan.
"Sepertinya asli" gumam Ayrece mulai berpikir sepertinya jika Caryn disini ia akan menyukainya, Caryn selalu suka hal-hal yang berkilauan.
'Aku merindukan Caryn' batin Ayrece masih menatap patung singa itu.
"Apa Anda juga memikirkan apa yang saya pikirkan ?"
Ayrece sedikit terlonjak saat seseorang berucap disampingnya membuatnya menoleh dengan cepat, disamping kanannya seorang pria bertubuh setinggi Ayden dengan kulit kecoklatan berdiri menatap patung singa emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...