"Sialan, kenapa harus Basilisk" desis Ayden melangkah mundur
"Jangan ada yang menatap matanya ataupun sampai bersentuhan dengan sisiknya !" seru Ayden kepada Ayrece dan Ravin yang tak terlihat olehnya karena tubuh Basilisk yang begitu besar menutupi pandangannya.
Ayrece terkesiap menatap makhluk bersisik yang taringnya saja setara dengan tinggi tubuh Ayrece itu 'Jika tidak boleh menatap matanya berarti makhluk ini adalah Basilisk' batin Ayrece seraya mengatur napasnya menenangkan diri.
Basilisk adalah makhluk mistis berupa ular yang sangat besar dimana keberadaannya adalah simbol dari kegelapan, jika menatap matanya makhluk hidup apapun akan berubah menjadi batu dan dengan menyentuh sisiknya besi sekalipun akan meleleh.
'Ayo tenangkan dirimu, tenang, tenang' batin Ayrece berusaha menenangkan diri sebelum menghadapi makhluk mengerikan itu.
Ayrece berlari ke sisi lain lingkaran sihir menuju ekor dari Basilisk untuk memastikan Ayden dan Ravin baik-baik saja karena makhluk besar dihadapannya menghalangi pandangannya.
Ayrece mendapati Ravin yang sudah bersiap dengan pedangnya, aura berwarna kehijauan menguar dari pedangnya menandakan ia siap untuk menyerang.
"Apapun yang terjadi jangan mendekat, gunakan serangan jarak jauh" Ayden berseru, dengan ini Ayrece dapat tahu ia baik-baik saja. 'Oke, sekarang hanya perlu tenang dan melawan' batin Ayrece, ia menengok kearah ekor Basilisk dengan sisik hijau kehitaman.
Ayrece tidak menyadari bahwa sedari tadi makhluk besar itu merasakan energi sihir darinya yang menguar-nguar karena ia merasa terkejut dan gugup secara bersamaan.
Dan disaat Ayrece masih menenangkan diri ia mendengar Ravin meneriakkan namanya, namun Ayrece tidak mendengar apa yang selanjutnya ia katakan karena tiba-tiba sesuatu yang besar datang hendak menghantamnya.
Basilisk itu menghempaskan ekornya hendak menghantam Ayrece, Ayrece yang terkejut segera membuat bongkahan es berharap bisa melindunginya setidaknya agar ia tidak bersentuhan dengan sisik makhluk besar itu.
Ekor basilisk menghantam es milik Ayrece menyebabkan bunyi 'DUAKK !' diikuti dengan suara pecahan es.
Ayrece terlempar sejauh lima meter, ia mengangkat lengan kirinya yang berdarah-darah terhantam perisai es nya, tanpa sadar ia melukai dirinya sendiri karena terlalu terkejut.
Kain yang menutupi lengan kirinya koyak menunjukkan sekeras apa hantaman yang dilakukan ekor basilisk tadi, Ayrece merobek kain di lengan kirinya memperlihatkan luka panjang dari lengan atas hingga ke pergelangan tangannya.
'Sakit' batin Ayrece seraya menarik dasi dari blouse yang ia kenakan dan mengikat seluruh tangannya dengan kain panjang itu, Ayrece berpikir setidaknya dengan itu seluruh lukanya akan tertutupi dengan kain hitam itu.
"Richie ! Kau baik-baik saja ?!"
Ayrece mendongak dan mendapati Ayden melayang setinggi tiga meter diatas Basilisk, ditangannya terdapat panah yang terbuat dari api birunya,
tangan Ayden dengan cekatan menembakkan panah-panah dengan kobaran api biru ke badan Basilisk membuatnya mengeluarkan suara desis yang mengerikan, dibawah Ayrece melihat Ravin yang berlari menuju kepala Basilisk seraya sesekali melayangkan serangan kearah perut Basilisk.
"Aku baik ! sisiknya tidak mengenaiku" teriak Ayrece seraya bangkit berdiri, ia juga harus melakukan sesuatu.
Ayrece berlari kearah Basilisk yang mulai menggeliat menghidari anak panah dari Ayden "Pintar juga dia" gumam Ayrece, tangannya terangkat ia mengarahkan serangan ke bagian bawah tubuh Basilisk membuat bongkahan es yang dapat menahan gerakan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasía15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...