Menara timur tempat Georgia biasa berkutat dengan sihir dan bahan-bahan dengan bau aneh, terakhir kali Ayrece mendatangi tempat itu Georgia sangat sibuk dengan banyak hal sehingga mereka tidak sempat mengobrol sama sekali untuk beberapa saat.
Karena Georgia melarang siapa saja untuk memasuki labolatoriumnya saat ia tengah melakukan pekerjaannya, karena akan sedikit berbahaya bagi orang lain agaknya.
Ayrece dan Ayden diarahkan oleh Esthella ke ruangan dimana Georgia biasa mengurus dokumen-dokumennya, saat mereka memasuki ruangan itu Althare, Theodore, Georgia, dan Countess Letticia sudah berada di tempat itu.
Mereka berdiri melingkar menatap sebuah batu beraura hitam yang melayang rendah di tengah-tengah ruangan itu.
Aura hitam dari batu sihir itu semakin menguar menjadi-jadi saat Ayden dan Ayrece mendekatinya seolah memperingatkan si kembar untuk tidak mendekat.
Ayden yang lebih dulu menyadarinya merentangkan tangan kirinya memblokir langkah Ayrece untuk tidak mendekat.
"Sebenarnya apa ini ?" tanya Ayden menatap Ayahnya yang terkekeh tidak percaya akan reaksi batu itu.
"Itu tidak akan menyakiti kalian, tapi aku harap kalian tidak mendekat lagi," ucap Althare membuat Ayrece dan Ayden mengernyit semakin tidak tahu ada apa, bahkan Georgia dan Letticia pun terlihat bingung menatap Althare.
"Kurasa kalian tidak merasakannya," ucap Althare masih menatap batu sihir itu.
"Theo pasti juga melihatnya kan ?" tanya Althare seraya menoleh menatap Theodore yang berdiri di sampingnya
"Batunya sedang mengirim pesan pada pemiliknya" ucap Theodore dengan tatapan masih pada batu sihir itu.
"Sialan.." Georgia mendesis lirih namun masih terdengar oleh semua orang di ruangan itu, Ayrece yang mendengarnya pun kebingungan tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba terlihat marah.
Tangan kanan Georgia terangkat, telapak tangannya terbuka dan bergetar untuk beberapa saat sebelum kemudian mengepal.
Bersamaan dengan itu batu sihir itu terpecah menjadi berkeping-keping dan auranya lenyap.
"Ayah ?" ucap Ayden yang sudah tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, Althare menatapnya lalu menatap Ayrece yang berdiri di sisi Ayden.
"Humm bagaimana ya, sepertinya kita sudah masuk perangkap," ucap Althare dengan nada santai sangat kontras dengan situasi di dalam ruangan itu sekarang.
Althare berjongkok, jari-jarinya meraih serpihan batu sihir yang berserakan di lantai "Benar Vatillian kan, Theo ?" tanyanya pada Theodore "Meskipun energinya lebih kuat dan pekat, saya yakin ini milik Vatillian."
Ucap Theodore menjelaskan apa yang ia lihat dan rasakan. Meskipun tidak se kompleks milik Georgia, sihir yang menyelimuti batu sihir itu lebih kuat dan pekat.
Ayrece melangkah maju melewati Ayden, dilihatnya serpihan batu sihir yang perlahan menghilang seperti melebur.
"Kenapa bisa disini ?" tanya Ayrece lirih, pertanyaan yang sangat normal untuk dikeluarkan di saat seperti ini.
Tiba-tiba Countess Lettticia membungkuk "Itu karena kelalaian saya, maafkan saya yang begitu ceroboh ini," ucapnya, dengan tiba-tiba pula Esthella yang tadi berdiri di belakang Ayden dan Ayrece melangkah kearah Letticia dan berdiri di belakangnya lalu ikut menunduk.
"Saya yang membawa batunya kemari jadi saya juga bersalah, saya bersedia menerima hukuman," ucap Esthella.
Ayrece kebingungan tidak tahu harus berbuat apa, kedua orang yang dianggapnya hebat itu sedang membungkuk kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...