Ayrece terdiam masih mendongak menatap dua mata berwarna merah menyala itu.
Kalimat yang baru saja diucapkan wanita itu membuatnya memikirkan beberapa hal seperti apakah ia sedang disapa oleh pelatihnya setelah melewatkan tiga hari latihan ? Pada pagi buta dan di dalam perpustakaan ?.
Dan lihatlah wanita yang dengan auranya saja sudah membuat suasana menjadi sangat hening dan dingin itu,
tidak hanya itu Ayrece juga merasakan kehampaan dan kegelapan yang tidak mampu ia jelaskan rasanya hal-hal negatif sedang mengerubunginya.
"Apakah itu keahlianmu ?"
Ayrece agak tersentak saat wanita itu bertanya padanya, alisnya mengangkat bertanya-tanya apa maksud dari pertanyaan itu.
"Membuat kontak mata selama itu, padahal tidak banyak orang yang dapat menatap mataku seperti itu" jelas wanita itu yang kemudian mengulurkan tangannya meraih helaian indah rambut Ayrece yang bersinar bahkan di tempat yang gelap itu
"Grand Duke bilang keahlianmu hanya mendesak dan bersikap keras kepala saja, ternyata kau juga memiliki hal lain ya"
Wanita itu tersenyum menatap Ayrece yang menghela napas karena mendengar kalimatnya barusan 'mendesak dan keras kepala' jelas Ayrece mengerti kenapa Duke berpikir demikian tentang dirinya.
"Dan diluar dugaan kau benar-benar mirip seperti anak itu, kupikir akan sedikit berbeda karena kau adalah perempuan" ucap wanita itu.
"Anak itu ?" Ayrece membuka suara karena kelewat penasaran kali ini, memang benar tidak ada yang bisa menghalangi keingin tahuannya.
Wanita bernama Georgia itu melirik Ayrece lalu menatap buku yang Ayrece bawa "Kau lebih ingin tau tentang anak itu, atau apa yang barusan kau baca ?" tanya nya.
Ayrece menunduk menatap buku ditangannya, yang wanita ini maksud adalah artefak yang hanya legenda tadi kan ?.
"Artefak itu, apa benar cuma legenda ?" akhirnya Ayrece memutuskan untuk lebih mengetahui tentang artefak itu.
Georgia tersenyum menang, tangannya terangkat mengayunkan jari-jari lentik dengan kuku panjangnya dan saat jari itu terayun, buku yang ada di tangan Ayrece terangkat membuat Ayrece agak tersentak,
buku itu melayang lalu turun ke atas meja dan halaman demi halamannya terbuka sampai ke halaman paling akhir menunjukkan gambar dimana artefak kuno itu terpapar.
"Mendekatlah dan amati gambarnya" ucap Georgia yang kemudian dituruti oleh Ayrece, ia mendekat dan membungkuk menatap lagi gambar yang sudah ia amati tadi.
Georgia mengangkat tangannya lagi kini mengetuk dua kali lentera baca yang tadi Ayrece gunakan setelahnya lentera itu bertambah terang membuat gambar artefak yang Ayrece amati terlihat lebih jelas.
Di gambar artefak itu, pada tumpukan batu paling atas ada sebuah tulisan, Ayrece menoleh menatap Georgia "Kurasa ini bahasa kuno" Jelas Ayrece setelah beberapa saat mengamati.
"Cobalah untuk membacanya" ucap Georgia bersedia menunggu lebih lama.
Ayrece benar-benar ragu ia bisa membacanya, masalahnya ia tidak pernah belajar satupun bahasa kuno Brechordon jadi bagaimana bisa ia membaca tulisan itu.
Namun demikian Ayrece tetap mencoba untuk membacanya, ia menatap lekat tulisan dengan aksara aneh itu mencoba fokus.
Untuk beberapa saat suasana disekitar mereka hening hanya terdengar suara-suara serangga malam dari kejauhan.
Setelah hampir setengah jam terus seperti itu Georgia berpikir untuk menyudahi suasana hening itu, ia mulai tidak yakin Ayrece dapat membacanya.
Tangannya terangkat hendak meraih buku dihadapan Ayrece, sebelum ia dibuat tersentak oleh kalimat Ayrece.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasía15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...