Lorong gelap yang amat sangat familiar bagi Georgia terlihat sedikit berubah saat itu. Jalannya yang dipenuhi dengan bunga mawar merah itulah sebabnya.
Meskipun tidak begitu terlihat karena gelap, Georgia dapat mencium wangi mawar yang menusuk hidungnya.
Lorong yang sebegitu panjangnya, tertaburi mawar. Georgia berjalan dengan tergesa-gesa sembari memikirkan apa yang ada dipikiran menteri gila itu.
Tidak lama setelah ia menyusuri lorong itu, ia dapat melihat cahaya dari ujungnya. Pintu kecil yang menuju hutan istana itu adalah pintu keluar rahasia di Charlotte.
Dari tempat Georgia saat ini, ia dapat melihat Faustus yang sedang berdiri menatap lubang hitam dihadapannya.
Georgia mempercepat langkahnya, semakin ia mendekat ia dapat mendengar kekehan tanpa henti Faustus.
"Sudah datang rupanya," ucapnya tanpa membalikkan badan.
Georgia menghentikan langkah, ia dapat melihat mawar merah yang perlahan menghitam disekeliling Faustus.
"Bagaimana pesta musim seminya ?" tanya Faustus.
Georgia terdiam, setelah melihat betapa kacaunya Istana saat ini ia menjadi sangat geram saat Faustus menyebutnya pesta musim semi.
"Aah kau tidak begitu menyukainya ya," Faustus menoleh menatap Georgia. Georgia dapat melihat lingkaran hitam yang terlihat melepuh disekeliling matanya.
"Pangeran Osmond telah kembali dengan elemen bayangannya, ada Tuan muda Ayden juga, pasukan Ruzell dan Winter arc sudah berada di medan perang saat ini, dan seluruh penyihir istana telah turun tangan," ucap Georgia.
Faustus kembali menatap kedepan, kedua tangannya tertaut dibelakang badan. "Biarkan mereka menikmati pesta musim semi nya," ucapnya.
"Jika menunggu lebih dari ini, Anda mungkin akan terpojokkan, tidakkah Anda pikir ini sudah cukup ?" tanya Georgia sedikit meninggikan suaranya.
"Hihihihi," Faustus terkikik.
"Mereka tidak akan tahu kapan lubang ini berhenti mengeluarkan mayat hidup, mereka tidak akan bisa menghentikannya. Grand Duke pahlawan yang mereka harapkan tengah terkurung, putranya yang dibanggakan juga tengah terpojok, putrinya ? Ia bahkan bukan masalah besar. Jadi, apa yang perlu kutakutkan ?"
Georgia lagi-lagi hanya terdiam, melihat Faustus yang begitu tenang ia khawatir apa yang ditakutkannya akan menjadi nyata.
Bunga mawar yang memenuhi tempat itu, itu bisa saja adalah bentuk sambutan dari Faustus.
Benar, sambutan pada seseorang yang selama ini terus Faustus bicarakan pada Georgia. Dia yang kekuatannya belum terukur, dia yang Georgia khawatirkan kedatangannya.
"Apa kau tahu ?"
Georgia menatap Faustus yang masih membelakanginya, Georgia mulai merasa tidak nyaman karena Faustus yang menggunakan bahasa tidak formal.
"Daripada mengkhawatirkan mereka, lebih baik khawatirkan dirimu sendiri," ucapnya.
Kemudian dengan perlahan ia berbalik, Georgia dapat melihat dengan lebih jelas bagian wajahnya yang terbakar sekarang.
"Karena, berbeda dengan Tuan lamamu itu, aku sama sekali tidak akan pernah memaafkan pengkhianat."
Seiring dengan terangkatnya kedua sudut bibir Faustus, sulur-sulur hijau gelap muncul dari balik badannya.
Melihat itu, Georgia mengangkat tangannya hendak mempertahankan diri.
Namun, ia sama sekali tidak memiliki energi sihir tersisa. Di dekat lubang iblis itu, rasanya energi dan kekuatannya menguap keluar dari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...