Bagian 29. 'Gejolak Api Biru dan Es'

116 11 0
                                    

Dua jam berlalu di ruangan besar berisikan hydra dan si kembar yang kini terengah-engah kelelahan. 

Sementara itu hydra yang kini kepalanya berjumlah sembilan buah karena Ayrece berkali-kali tidak sengaja memutusnya itu berdiri tenang ditempatnya. Sedari tadi ia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya.

Selama itu Ayrece maupun Ayden mulai menghafal pola serangan hydra tersebut karena keduanya telah membuktikannya berkali-kali. 

Selama mereka berada lebih dari lima belas meter dari jangkauan hydra, ia tidak akan mulai menyerang si kembar. 

Maka dari itu sedari tadi mereka tidak bisa mendekati hydra tersebut. 

Sementara serangan jarak jauh selalu ditepis dengan leher panjang itu yang kemudian hanya akan membuatnya menambah jumlah kepalanya.

Satu hal lagi yang mulai Ayrece sadari, yakni sepertinya hydra tersebut buta. Monster besar itu hanya dapat merasakan energi si kembar saat mereka mendekatinya dan kemudian menyemburkan cairan beracun ke segala arah secara membabi buta.

Itu mungkin saja bisa menjadi kabar baik bagi si kembar, namun ada hal buruk yang tidak dapat dihindari sekarang. 

Dengan masih terengah Ayrece menatap Ayden yang berada jauh di ujung ruangan, kondisinya pun tak jauh berbeda dengan Ayrece saat ini 'Kita bisa mati jika terus-terusan begini' suara Ayden menggema di kepala Ayrece.

Ayden benar, napas mereka semakin pendek, mata mereka memerah dan kulit mereka perlahan membiru. Asap dari cairan yang disemburkan hydra tersebut beracun dan si kembar telah menghirup entah sebanyak apa selama dua jam terakhir.

Buruknya lagi, penglihatan keduanya mulai mengabur. Sepertinya Ayrece yang menghirup asap itu lebih banyak, ia mengedipkan matanya berkali-kali.

Rasanya ia akan kehilangan kesadaran jika Ayden tidak dengan tiba-tiba mengucapkan 'Richie tetaplah bersamaku, jaga kesadaranmu !' dan membuat Ayrece menoleh menatapnya.

Ayden melangkah ke tengah-tengah ruangan, tetap memperhatikan jaraknya dengan hydra itu. Ayrece yang dengan samar melihat Ayden menengah segera mengikutinya. 

Ia berjalan, berusaha menjaga langkah kakinya agar tetap lurus.

Setelah dengan susah payah berjalan, keduanya bertemu di tengah-tengah ruangan besar itu, sekitar duapuluh meter dari hydra. 

"Benar-benar tempat yang buruk untuk mati," gumam Ayrece yang meraih lengan Ayden karena ia sudah tidak sanggup menjaga keseimbangan tubuhnya.

Ayden menahan tubuh saudarinya itu "Kita tidak akan mati sekarang," ucapnya membuat Ayrece mendongak menatapnya. 

"Aku punya rencana, yang sedikit gila," ucap Ayden. 

Ayrece memperbaiki posisi berdirinya dengan menatap Ayden ragu " Katakan," ucap Ayree.

"Yang perlu kulakukan hanya menyentuh tubuh hydra itu, jadi aku akan menerobos semburan cairan dari mulutnya," ucap Ayden membuat Ayrece menepuk keras lengannya. "Kau gila ? Kau akan mati," ucap Ayrece marah. 

"Kan aku sudah bilang ini gila, tapi aku tidak berniat untuk mati," ucap Ayden menatap hydra itu "Setidaknya aku akan berusaha untuk tidak mati," sambungnya.

"Tidak, aku tidak setuju." Ayrece menggeleng, rencana yang dikatakan Ayden itu jelas terdengar seperti rencana bunuh diri. 

"Dengarkan dulu aku belum selesai, berikan aku sisa energimu," ucap Ayden, Ayrece memundurkan kaki seraya menggeleng mendengar ucapan Ayden. 

Saudaranya itu memang berniat untuk bunuh diri. Kedua elemen mereka sangat bertolak belakang dan elemen Ayrece sama sekali bukan elemen sederhana yang dapat bersifat menyembuhkan seperti milik Ayden.

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang