Ayrece berhenti melangkah setelah kira-kira sedekat satu meter dihadapan pria yang kini menatapnya tajam itu.
Ayrece balas menatapnya tentu saja, dengan kerutan didahinya bertanya-tanya apakah kalimat yang akan pria itu lontarkan ia masih sibuk berkecamuk dengan dugaan-dugaan nya saat tiba-tiba pria itu terkekeh dengan suara beratnya, menakutkan.
"Diluar dugaan, kau gadis yang sangat berani" pria itu meraih kalung yang sepertinya ia dapat dari pria berambut putih tadi "Mirip sekali dengan seseorang" ucap pria itu menambahkan.
Ayrece berdiri disana masih dengan ekspresi yang sama saat pria itu berdiri dari duduknya satu hal yang berada dipikiran Ayrece saat melihatnya berdiri yaitu 'tinggi' kira-kira tingginya sekitar 185 cm atau lebih ?.
Pria itu berjalan kearah dimana Ayrece berdiri, kemudian berhenti di depan meja kerjanya dan duduk disana.
Dengan jarak sedekat itu Ayrece dapat memperkirakan umur pria itu sekitar dua puluhan tahun keatas.
Pria itu menatap kalung di tangannya "Wanita tua itu selalu bisa memenuhi keinginanku, bahkan disaat aku tidak memberitahu nya" pria itu mengalihkan pandangannya dari kalung itu kearah Ayrece.
"Nak, apa kau tau siapa aku ?" Tanya pria itu seraya menaruh kalung yang ia pegang disebelahnya.
'Nak ? Apa dia baru saja memanggilku nak ?' batin Ayrece terbingung.
Ayrece mengangkat dagu berusaha memerangi tatapan intimidasi pria dihadapannya "Yang Mulia Grand Duke Dantevale" jawabnya.
Ruangan mewah itu sunyi untuk sejenak, pria dihadapan Ayrece mengangkat alisnya mengurangi tatapannya yang mengintimidasi sesaat kemudian ia tertawa terbahak.
"Stephan kau dengar itu ? Dia mengetahuinya namun masih mengangkat dagunya" ucapnya berseru pada pria berambut putih yang ternyata bernama Stephan itu.
Stephan menatap Ayrece sejenak memberi tatapan seolah berkata 'kau akan habis'.
"Jadi tebakan Saya benar" ucap Ayrece dengan nada yang lebih berani kali ini, entah datang darimana keberaniannya itu ia merasa ia akan baik-baik saja meskipun bersikap kurang ajar dihadapan manusia yang kelihatannya hanya dengan ujung jarinya dapat membunuh Ayrece itu.
Pria itu tersenyum miring menatap Ayrece lantas berdiri dari duduknya melangkah melewati Ayrece menuju pintu.
"Sesuaikan dengan rencana awal Steph" serunya tanpa berbalik, ia meninggalkan ruangan membuat Ayrece lebih mengerutkan dahinya.
"Tunggu, tadi itu maksudnya apa ?" Tanya Ayrece pada Stephan, ia sudah tidak tahan lagi.
Stephan memberi kode pada Ayrece untuk menuju ke sisi ruangan dimana terdapat beberapa kursi empuk yang melingkari sebuah meja yang terlihat mewah.
Saat itu juga Ayrece menyadari di sisi kanan tempat duduk itu ada sesuatu yang menggantung di tembok terlihat seperti lukisan yang sangat besar, dengan panjang kira-kira dua meter dan lebar setengah dari panjang lukisan itu namun Ayrece tidak tahu pasti itu sebuah lukisan atau hal lain karena benda itu ditutupi kain beludru merah.
"Silahkan duduk, Nona" ucap Stephan mempersilahkan. Mata Ayrece memicing berniat menolak jika ia tidak menerima penjelasan akan kejadian tadi.
"Sebaiknya kita membicarakannya dengan duduk" ucap Stephan yang jelas terdengar agak memaksa kali ini.
Ayrece dengan berat hati menduduki kursi yang empuk itu menatap Stephan dengan tajam.
"Anda baru saja menghadap yang mulia Grand Duke Althare Dantevale, nona" Ayrece mengangguk mendengarnya ia sudah tau pasti akan hal itu bahwa pria angkuh tadi adalah sang Grand Duke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasía15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...