Hari-hari yang panjang di Ibukota akhirnya berakhir, ditutup dengan sedikit kehebohan di kastil Taranesse pagi sekali saat ketiga Dantevale sedang bersiap-siap untuk kembali ke utara.
Hanya kehebohan biasa karena pertengkaran Si kembar, cukup biasa terjadi.
Namun nampaknya kali ini masalahnya sedikit serius, itu karena tragedi di pesta malam perburuan.
Ayrece terus menyalahkan Ayden karena kekacauan itu sedangkan Ayden hanya bersikap tak acuh membuat Ayrece geram dan menimbulkan keributan kecil.
Sekarang, kedunya saling terdiam di atas kuda mereka.
Althare yang berada diantara Si kembar tentu merasakan ketegangan itu, ia sendiri yang melerai kedua anaknya itu saat ribut pagi tadi.
Ayrece terdiam dengan wajah masam, sedangkan Ayden terlihat begitu santai dan tenang tidak seperti biasanya.
"Sedikit lebih cepat" ucap Althare melaju lebih dulu "Kita harus tiba di Lancos sebelum petang" tambahnya membuat Si kembar mengernyit.
Keduanya saling tatap kemudian secara bersamaan menyusul Ayahnya.
Sebenarnya keduanya sedikit bertanya-tanya kenapa mereka kembali ke Dantevale melewati perbukitan yang bukan merupakan jalur berkuda.
"Lancos ? Kita akan ke Lancos ?" tanya Ayrece mulai antusias.
Althare terdiam fokus pada laju kudanya, saat beberapa prajurit mendahului mereka untuk mengawal dari depan ia memandang si kembar bergantian.
"Sebaiknya kalian hentikan ketegangan ini sebelum kita tiba di Lancos" ucapnya kemudian menyusul para prajurit di depan.
Si kembar saling pandang, ini adalah pertengkaran mereka yang paling lama.
Karena sejak pulang dari pesta malam perburuan itu keduanya tidak berbincang sama sekali.
Itu juga karena Ayrece yang selalu menghindari Ayden sampai pagi tadi Ayden memutuskan untuk memulai percakapan yang malah menjadi pertengkaran itu.
Si kembar pun berpikir apa yang dikatakan Ayah mereka ada benarnya, sebaiknya mereka tidak membawa ketegangan itu masuk ke Lancos.
"Kau tau ?" Ayden memulai percakapan, "Aku minta maaf, seharusnya aku memberitahumu saat akan melakukan itu" ucap Ayden.
Ayrece menoleh menatap Ayden, sama sekali tidak ada rasa penyesalan diwajahnya, sama seperti biasanya.
"Kau tau den ?" Ayrece menimpali sedikit mendekati Ayden.
"Kau adalah orang paling menyebalkan, sombong, dingin, dan tak berperasaan" Ayrece menatap Ayden memicing "Apa maksudnya itu ?" Ayden mengernyit tak percaya ia malah mendapatkan ejekan saat berusaha meminta maaf.
"Aku akan memaafkanmu tapi berjanjilah saat membuat rencana seperti itu, kau harus membahasnya dulu denganku" ucap Ayrece, Ayden menatap Ayrece tidak yakin bahwa ia benar-benar dimaafkan.
"Baiklah" ucapnya kembali fokus pada laju kudanya.
Rombongan itu sedikit terlambat nyatanya, mereka sampai di kaki bukit sesaat sebelum matahari terbenam.
Althare memerintahkan para prajurit untuk kembali ke kastil dengan membawa barang-barang bawaan serta kuda mereka sedangkan Althare, Si kembar, Theodore, dan Ravin menaiki bukit untuk ke Lancos dengan berjalan kaki.
Ayrece menghirup udara disana, ia benar-benar rindu dengan udara berkabut di utara, mungkin karena udara ibukota terlalu panas untuknya.
Rasanya perjalanan mereka menaiki bukit itu lebih cepat daripada saat Ayrece dan Yuriel sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasía15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...