Bagian 64. 'Ratollen Yang Mengancam Nyawa'

58 9 0
                                    

BRAKK !!

Suara itu menggema memenuhi ruangan pertemuan yang sudah mulai kosong.

Hanya tiga orang yang tersisa didalam sana, Faustus, Jefford, dan Richard.

"Kita tidak memiliki pilihan lain selain mengalah untuk saat ini," ucap Faustus untuk menenangkan Jefford yang baru saja menggebrak meja.

"Saya akan mengalami kerugian yang sangat besar jika tambang batu sihir terbesar Vatillian tidak bisa kembali," geram Jefford meninggikan suaranya.

"Kita akan lebih rugi jika jatuh disini, apa Anda tidak ingat berapa banyak yang kita keluarkan dan korbankan ?

"Untuk menyuap Ruzellaim, menutup mulut para penyihir Istana, mempekerjakan ratusan mata-mata, apa Anda ingin lebih rugi lagi ?"

Jefford terdiam mendengar kalimat Faustus tersebut, jika saja orang itu bukan orang yang dipercaya oleh ibunya, ia tidak akan menurutinya sampai sejauh ini.

Semenjak kematian Raja Callister, semua perintah yang disampaikan oleh Faustus terdengar sangat menyimpang dari rencana awal mereka.

Tujuan awal mereka adalah menjatuhkan kekuasaan Dantevale dan merebut wilayah utara beserta Valjakutse yang berada disana.

Semua terasa tidak benar sekarang, dari awal Jefford tidak memiliki rencana untuk melibatkan pihak Istana yang kemudian membuat warga Ibukota merasakan dampak ini.

Namun sampai beberapa hari lalu ia tidak begitu peduli akan kejanggalan ini, selama tujuannya tercapai.

Sampai pada pertemuan ini. Ia merasa hanya dirinya yang dirugikan. Semua yang Faustus katakan tentang menyuap Ruzellaim, menutup mulut penyihir Istana, dan memperkerjakan ratusan mata-mata adalah rencana Faustus.

Memang benar rencana Faustus, tapi mereka memnggunakan sumber daya Vatillian, dan selama ini Jefford baru menyadari bahwa hanya ia yang dirugikan.

Ia sudah rugi dan menyadari ada yang tidak beres, namun jika ia berhenti disini, ia akan semakin rugi dan tujuannya tidak akan terpenuhi.

Ia tidak ingin mengecewakan ibunya lagi, jadi ia berniat untuk terus mengikuti rencana Faustus dengan menambah kewaspadaannya.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan setelah ini ?" tanya Richard memecah keheningan singkat itu.

"Rapat besok, pasti ada yang Grand Duke inginkan, ia sampai membawa kembali Putri dan Ibu Suri yang sudah pasti berada dipihaknya sekarang," ucap Faustus.

"Bisa-bisanya mereka memihak pembunuh Raja," balas Jefford.

"Kita harus semakin waspada karena Grand Duke juga mengajak putranya dan anjing gilanya yang merepotkan itu," ucap Faustus.


Sementara itu di tempat lain, tepatnya di Mansion Taranesse yang dipenuhi para prajurit Dantevale di Ibukota.

Mereka baru saja dikembalikan dari penjara bawah tanah Istana.

Setelah konflik terjadi seluruh prajurit milik Dantevale yang menjaga Mansion Taranesse ditawan di Istana karena dianggap bisa membahayakan penduduk.

Hubert, kepala pelayan di Mansion yang mengatur semua keperluan Mansion juga ditahan bersama para prajurit.

Sementara para pelayan ditahan di Mansion, mereka tidak boleh keluar dari Mansion yang saat itu dijaga ketat oleh prajurit dan penyihir Istana.

Althare menerima kabar bahwa Hubert dan para prajuritnya di Ibukota ditawan, tapi ia tidak pernah tahu bahwa mereka ditempatkan di penjara bawah tanah.

Karena umumnya tawanan yang belum ditentukan bersalah akan ditempatkan di pavilliun tersendiri dengan penjagaan ketat di Istana.

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang