Bagian 67. 'Terputusnya Sebuah Ikatan Darah'

68 12 0
                                    

Waktu sudah melewati tengah malam saat Istana Ibu Suri masih disibukkan dengan kedatangan dirinya.

Nampaknya Ibu Suri saat ini tidak begitu suka dengan suasana Istananya. Ia membuat sibuk banyak sekali pelayan dan penyihir Istana di waktu selarut ini.

Bagi mereka yang sudah lama mengabdi pada Demelza Vatillian semenjak ia menjadi Putri Mahkota dulu, mereka pasti merasakan perubahan dari Tuan mereka tersebut.

Tarum, yang baru mengenal Demelza sejak ia menjadi Ratu pun merasakan perbedaan tersebut.

Hari ini semua terjadi benar-benar diluar dugaan. Demelza yang biasanya akan memanggil Carmine atau Laguna jika membutuhkan penyihir Istana, saat itu malah memanggilnya.

Meskipun tidak pernah mengungkapkannya, Tarum tahu bahwa Demelza membencinya dan Thistle.

Tatapan dan energi cerah khas Kerajaan Suci Ethelarius tetap melekat pada keduanya meskipun mendalami sihir gelap dan lama sekali tinggal di Brechordon.

Hal tersebutlah yang dibenci Demelza, tentu saja itu karena ia adalah seorang Vatillian.

Namun entah kenapa hari ini ia mempercayainya untuk mengecek Istana Ibu Suri. Dengan alasan ia khawatir ada sesuatu yang membahayakan disana karena lama ditinggal.

Keanehan tersebut tidak sampai disitu saja, bahkan kalimat yang Demelza ucapkan begitu melihat Tarum sangatlah aneh baginya.

Ia mengucapkan "Maaf sudah merepotkanmu dini hari begini, aku membutuhkan sedikit bantuan darimu." ditambah dengan senyum yang dipaksakan di wajah lelahnya.

Jika apa yang dikatakan Demelza tersebut adalah sebuah bentuk sopan santun karena telah merepotkan orang lain rasanya sangat tidak mungkin.

Ia adalah seorang Ibu Suri negeri ini sekaligus orang yang mengatur Penyihir Istana, dan ia beberapa tahun lebih tua daripada Tarum.

Dulu saja saat meatap dirinya, Demelza tidak akan menolehkan wajahnya melainkan hanya melirik dengan tatapan merendahkan.

Meskipun banyak sekali pikiran, Tarum mengerjakan tugasnya dengan baik. Ia memperbarui sihir pelindung dan memastikan tidak ada yang memasang sihir berbahaya disana.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Tarum berniat kembali ke menara sihir jika saja Demelza tidak menahannya.

Situasi semakin aneh karena Demelza mengajaknya singgah untuk minum teh yang diseduh olehnya sendiri.

Meskipun sekarang Demelza terlihat begitu ramah, Tarum benar-benar merasa sangat canggung.

"Tidak usah kaku begitu, aku hanya ingin menyeduhkan teh untuk berterimakasih,"  ucap Demelza seraya menuangkan teh ke cangkir Tarum.

"Baik, Yang Mulia," balas Tarum.

Demelza duduk dengan tenang dan menyesap tehnya, Tarum mengikutinya karena tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa menara sihir berjalan dengan baik selama aku pergi ?" tanya Demelza.

Tarum mengangkat alis terlihat bingung "Saya rasa begitu, Saya tidak begitu mendengar kabar dari menara sihir selama menjalankan tugas diluar Istana," ucap Tarum.

Demelza yang mendengarnya pun ikut terbingung, namun ia berusaha untuk terlihat tenang.

"Tugas keluar Istana ?" tanyanya.

Tarum terdiam menatap Demelza, ia terlihat tambah bingung mendengar pertanyaan Demelza tersebut.

"Saya, Tuan Cider, dan Tuan Chartreuse mendapat tugas untuk meneliti tambang Vatillian yang telah dimurnikan, kami baru kembali kemarin," ucapnya masih dengan wajah bingung.

Eternal WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang