Kamar luas yang terasa sesak, lukisan indah yang menjadi begitu menyeramkan, dengan pencahayaan temaram dan mencekam.
Faustus berdiri di tengah-tengah ruangan itu, kedua matanya menatap kearah ranjang besar bertutup kain terawang.
Dengan senyum miring ia berjalan kearah ranjang itu dan menyibak kainnya.
Seorang wanita tua dengan tubuh mengkisut terbaring lemah, kedua bagian matanya sudah mencekung tidak terlihat seperti orang hidup.
Namun mata merah itu masih terbuka, melirik kearah Faustus kemudian bibirnya yang mengering terbuka secara perlahan.
Bunyi "Khe khe khe khe" keluar dengan sangat menyeramkan dari wanita itu.
"Apa Anda senang karena Saya berkunjung, Nyonya Penyihir Agung ?" tanya Fausutus pada orang yang pernah menjadi Tuannya itu, ia bahkan tidak bisa disebut orang saat ini.
"Lucu sekali khe khe khe," ucapnya lagi, begitu lirih dan samar seolah kalimat itu tidak berasal darinya.
"Benar, lucu sekali kan, semua drama ini," ucap Faustus lagi.
"Pengkhianat," gumam Helena.
"Pengkhianat ? Aah tidak-tidak, Saya kan hanya mewujudkan impian Anda untuk menghancurkan Dantevale, jangan salahkan Saya jika Saya juga sekalian melancarkan tujuan Saya," ucap Faustus.
"Kau menghancurkan keluargaku !" Seru Helena.
"Anda salah lagi, kebodohan mereka yang menghancurkan mereka, Saya hanya mengetes dan mengawasi." Faustus terkekeh keras sekali.
"Sekarang Saya sudah tidak membutuhkan mereka, jadi jangan khawatir Anda akan di alam baka sendirian, mereka akan menyusul secepatnya," ucap Faustus.
"Jadi kau mau membunuhku ya," ucap Helena.
"Astaga Anda salah lagi, Saya hanya mengirim Anda kembali, disini kan bukan tempat seharusnya Anda berada," ucap Faustus.
"Hanya pembangkit yang bisa mengirimku kembali," ucap Helena, artinya sebelum waktunya di dunia ini habis orang yang bisa membunuhnya adalah Faramond.
"Oh ya, ngomong-ngomong tentang itu Saya juga mempunyai penyihir jenius di sisi Saya, coba tebak dia siapa," ucap Faustus.
"Dan apa Anda tidak merasakan energi sebuah item sihir legendaris disekitar Anda ? Maksud Saya ! Energi hebat itu berasal dari Saya hahahha !" Seru Faustus dengan tawa jelek yang menggelegar.
Helena terdiam, meskipun ekspresi wajahnya tidak dapat dilihat, kedua matanya mengisyaratkan kebencian yang mendalam.
"Dia adalah Georgia Martinez, lihat ini," ucap Faustus seraya menunjukkan jarinya, sebuah cincin dari gading Rumwoth.
Itu adalah item yang pernah dihadiahkan Helena pada Faustus selama ia hidup.
Namun ada yang berbeda dari cincin tersebut, sebuah titik merah ditengahnya jelas-jelas adalah energi item sihir legendaris yang menjadi harta keluarga Vatillian, obsidia merah.
"Apa Anda tahu ini ? Ah ! Tentu saja Anda tahu. Item suci yang dikuatkan dengan item sihir, ini akan memudahkan Saya membunuh Anda," ucap Faustus kemudian tertawa keras lagi.
"Anda kan tahu Saya sangat membenci para bangsawan, masa Anda berpikir Saya tidak membenci Anda dan malah menjadikan Saya tangan kanan," tawanya bertambah keras.
Semua itu benar, Helena mengakui kebodohannya karena telah menjadikan orang yang penuh kebencian itu sebagai tangan kanannya.
Padahal ia adalah orang yang paling tahu sebenci apa Faustus pada para bangsawan dan anggota Kerajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasy15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...