2.37 🔞

574 66 52
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Ye Mi merasa benar-benar candu akan diri Xiao Sa. Dia yang selama ini tidak bisa jauh-jauh dari rokok, setiap satu jam sekali harus ada batang rokok di tangannya, kini bertahan selama dua jam ke depan. Berbaring di sebelah Xiao Sa sembari terus meraba kepala lelaki manis itu adalah kegiatan baru yang lebih menarik baginya. Dia tidak bisa melepaskan diri sedikit pun, seakan-akan jika kulit mereka tidak bersentuhan dalam beberapa detik, dia akan mati kehabisan energi.

Hal itu berlaku juga bagi diri Xiao Sa. Tidak ada yang mereka lakukan selain berbaring dengan tubuh saling menempel. Kedua tangan Xiao Sa melingkar di perut Ye Mi, sementara bagian kepala bersandar pada lengan lelaki tampan itu. Dia tidak pernah berhenti berbicara, seolah topik yang dilontarkan tidak pernah habis. Ye Mi yang tidak menyukai kebisingan justru menuntut Xiao Sa untuk berbicara lagi dan lagi. Perlu diingat, semua yang ada pada diri sang kekasih telah menjadi candu baginya sehingga kebiasaan dapat dibalikkan dengan mudah.

Beberapa saat kemudian, bibir ranum tertutup rapat-rapat, menciptakan kebingungan pada diri pihak lain. Belaian tangan Ye Mi pada puncak kepala Xiao Sa pun semakin turun, menyentuh bagian pipi, berakhir dengan menetap di depan bibir ranum. "Kenapa berhenti?"

Xiao Sa merasa sulit untuk menjawab sebab tangan Ye Mi tidak ingin menyingkir. Dia takut tangan sang kekasih akan terkena air liurnya yang kotor. Namun, siapa sangka hal yang ditakutkan justru dilakukan. Dorongan hati memaksa Ye Mi untuk menusukkan kedua jari ke dalam bibir Xiao Sa.

Jarinya tidak diam saja, bergerak maju mundur untuk meraih saliva sebanyak-banyaknya. Tidak ada sedikit pun rasa jijik yang berkembang di hati Ye Mi, yang ada hanyalah perasaan ingin menusuk lebih dalam. Tidak terasa dia hampir mencapai pangkal tenggorokan Xiao Sa. Wajah lelaki manis itu memerah seiring rasa mual terus-menerus didapat. Seolah muatan pada perut tiada henti bergejolak, dia berusaha keras menjadi tetap tenang. Tidak ingin mempermalukan diri dengan melakukan hal yang menjijikan. Akibatnya, air liur Xiao Sa mengalir, membanjiri telapak tangan Ye Mi.

Setelah puas dengan kegiatan tersebut sekaligus mengingat waktu untuk bersiap telah tiba, Ye Mi segera mengakhiri sebab merasa khawatir mereka akan memasuki wilayah panas jika kegiatan masih berlanjut. Meski dia telah mendeklarasikan diri sebagai binatang tua yang mencintai daun muda, dia tetap ingin menjaga kesucian Xiao Sa hingga lelaki manis itu memiliki kesiapan hati. Dia tidak bisa mengajak bercinta secara sembarangan. Bukan karena tidak yakin tentang seberapa lama hubungan mereka mampu bertahan, melainkan dia ingin menghargai sang terkasih. Untuk saat ini, Ye Mi hanya akan melatih tipis-tipis, memberikan sentuhan ringan hingga berat tanpa harus memasuki ritual inti agar Xiao Sa terbiasa dan tidak terlalu terkejut jika tiba saatnya dia benar-benar diserang.

Ye Mi menatap pada jam dinding yang berdenting nyaring seakan-akan tengah mengejeknya karena sempat lupa waktu. Dia hanya memiliki sedikit waktu untuk bersiap agar tidak terlambat. Namun, jika mereka bersiap secara bergantian, itu akan membuang lebih banyak waktu sehingga sebuah saran bagus mulai ditawarkan, "Haruskah kita mandi bersama?"

Pupil mata Xiao Sa mengecil ketika mendapatkan serangan rasa kejut yang mematikan. Alhasil, jawaban yang mampu diberikan berupa gumaman tidak jelas, "Huh?!"

Sementara Ye Mi menyimpulkan bahwa tanggapan itu adalah bentuk dari persetujuan. Dia berniat untuk menggiring tubuh Xiao Sa ke kamar mandi, tetapi tubuh yang kaku sama sekali tidak dapat dipindahkan. Pada akhirnya, dia segera memilih penyelesaian yang lain, menggendong pihak lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. Bagi Ye Mi, izin tidak diperlukan di antara sepasang kekasih. Dia bebas melakukan apa pun, juga tidak terima jika ditolak. Lagi pula, jika saja lelaki manis itu menolak, dia tidak peduli.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang