Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Menengok ke kanan dan ke kiri secara bergantian, Xiao Sa bertingkah seperti pencuri yang menemukan barang bernilai. Ketika mendapati suasana sekitar yang aman, dia berlari secepat kilat masuk ke dalam mobil Ye Mi. Begitu pintu mobil ditutup, tangan mungil segera meraih tengkuk sang kekasih untuk mempertemukan dua bibir yang saling tersiksa akan kerinduan. Keduanya menutup mata secara bersamaan, menggerakkan bibir secara bersamaan pula. Tidak ada kelembutan yang meliputi ciuman tersebut, tampak agresif seakan-akan berusaha menelan satu sama lain.
Tidak peduli dengan napas yang menipis, bahkan jika ditakdirkan mati dalam posisi berciuman, jasad mereka sudah pasti akan diselimuti kepuasan. Sepuluh menit kemudian, ciuman berubah menjadi pasif yang akhirnya terlepas perlahan-lahan. Meski jarak sedikit demi sedikit mengambil bagian, kening masih menempel dengan kuat. Napas mereka terengah seiring detak jantung memburu. Cukup lama mereka terjebak dalam kebisuan hingga lantunan suara lembut yang ternodai getaran kecil mengalir bebas dari celah bibir ranum. "Sangat berat bagiku terbangun di pagi hari tanpa melihat wajahmu."
Netra Xiao Sa menatap lamat-lamat netra tajam di depannya, menunggu reaksi serupa yang tidak pernah datang. Dia berharap akan mendengarkan kata-kata cinta yang manis, tetapi dia lupa bahwa kekasihnya adalah Ye Mi. Jika itu orang lain, mereka akan berlomba-lomba menunjukkan siapa yang lebih unggul dalam menyatakan isi hati. Namun, tidak masalah jika tidak mendapatkan respon dari Ye Mi sebab semakin dingin aura yang dikeluarkan oleh lelaki tampan itu, semakin tertantang pula Xiao Sa dibuatnya. Dia akan semakin tertarik dan dijauhkan dari kata bosan.
Setelah melabuhkan lagi kecupan singkat pada bibir tebal yang menjadi bengkak berkali-kali lipat, Xiao Sa menarik diri ke posisi yang benar, tetapi mata tidak pernah luput dari wajah tampan sang kekasih. Dia memfokuskan seluruh pandangan pada Ye Mi demi mencari perubahan yang mencolok. Iris mata yang bergerak ringan terhenti tepat pada cuping telinga pihak lain yang kini tengah terbakar api malu. Warna merah sangat kontras dengan kulit putih pucat sehingga tidak sulit untuk ditemukan.
Sadar jika ditatap sedemikian rupa, Ye Mi segera mengarahkan Xiao Sa pada perbincangan lain yang diduga dapat memicu ketertarikan luar biasa milik lelaki manis itu. Dia tidak menyinggung tentang kesediaan, memutuskan sesuka hati. "Kita pergi ke rumahku."
Rumah yang dipikirkan oleh Xiao Sa adalah tempat di mana keluarga Ye berkumpul sehingga dia mulai mempertanyakan, "Apakah Ibu ada di sana?"
Dapat terlihat jelas oleh Ye Mi seberapa banyak kelap-kelip bintang di mata Xiao Sa, menumbuhkan rasa iri yang tak terkendali. Dia tanpa sadar menanamkan di kepala jika di masa depan dia tidak boleh membiarkan kekasih dan ibunya berada di satu tempat. Lagi-lagi, dia memberi respon melalui kalimat terus terang. Namun, otot-otot yang mengeras di rahangnya mampu membuat Xiao Sa menarik kesimpulan dari situasi yang terjadi.
Xiao Sa tidak lagi bersuara sebab takut akan menjadi bidang pelampiasan kalau-kalau mengambil tindakan yang salah. Keputusan yang bagus adalah membisu sepanjang jalan sampai mereka tiba di depan rumah minimalis yang cukup sederhana. Tidak menggambarkan rumah dari mafia kaya raya seperti Ye Mi. Rumah itu berdiri sendiri di tengah-tengah lahan kosong. Meski setiap sisi dilindungi oleh pagar dinding yang tebal, tetapi Xiao Sa tahu bahwa rumah tersebut sangat sederhana dilihat dari luas dan hanya memiliki satu lantai dasar.
Kemungkinan-kemungkinan negatif perlahan bersarang di kepala, yang lebih utama adalah kemungkinan di mana latar belakang Ye Mi hanyalah kebohongan belaka. Tak berlangsung lama, pikiran tersebut segera dibuang jauh-jauh ketika mengingat fakta selama empat tahun ke belakang di mana dia cukup sering memeras uang Ye Mi. Ketika berkencan, tidak jarang dia memberi kode tersirat setiap kali menginginkan sesuatu yang mahal. Dia hanya perlu menatap barang mahal itu selama beberapa menit dengan mata anjing yang diam-diam mempertontonkan aura permohonan, mulut terkunci rapat saat diajak berbicara, seolah-olah dia akan mati jika sedikit saja pandangan tidak mencapai benda itu. Dengan demikian, Ye Mi akan bertindak cepat untuk menggesek kartu bank tanpa limit miliknya. Xiao Sa bahkan sering menganga lebar ketika mengetahui kartu bank tersebut tidak hanya satu, melainkan ada begitu banyak!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN)
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...