2.24

359 62 66
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Prediksi cuaca tiba-tiba sangat buruk di hari kepulangan Chen Yu. Akan ada badai hujan yang lebat sehingga dia terpaksa mengganti hari kepulangan menjadi hari ini. Sebenarnya, begitu besar keinginan untuk menetap lebih lama bersama sang adik, tetapi dia tidak ingin mengambil resiko bahaya yang sangat mudah ditebak. Perasaan takut akan menorehkan kembali rasa kecewa pada diri sang adik merayapi hati. Namun, kini dia tidak perlu khawatir di saat Xiao Sa mendukungnya untuk segera pulang.

Perpisahan selama satu tahun memberikan pelajaran bagi mereka. Sisi dewasa yang semakin menonjol, mengenyahkan sedikit demi sedikit sifat kekanakan. Bisa dikatakan mereka kini tidak terlalu bergantung satu sama lain meski rasa tidak rela berpisah masih ada. Yang jelas, itu tidak separah dulu. Lagi pula, masih ada banyak waktu yang menanti di masa depan untuk dihabiskan bersama. Untuk saat ini, biarkan mereka melangkah menuju kesuksesan secara terpisah untuk bertemu kembali di puncaknya.

Xiao Sa mengantar Chen Yu ke bandara bersama Lin Yi. Si kembar tampak sangat lengket, seakan-akan sedang berusaha menyerap energi satu sama lain agar perasaan rindu bisa ditahan dalam waktu yang lebih lama. Tangan terbelit erat, bahkan kepala Xiao Sa tengah menyandar di bahu Chen Yu sepanjang perjalanan. Bersenda gurau untuk menutupi kesedihan, tawa riang berhasil menghambat air mata. Entah apa yang mereka tertawakan, tidak begitu jelas pada pendengaran Lin Yi yang jauh tertinggal di belakang mereka sembari membawa tas Chen Yu seperti pesuruh.

Ekspresi wajah Lin Yi menjadi tertekuk tajam, tetapi apa boleh buat? Pada dasarnya, dia sama seperti Wang Yibo yang sangat gemar memanjakan si kembar. Apa pun keinginan mereka, tidak perlu berpikir dua kali untuk mengabulkan. Apa yang mereka inginkan, itulah yang akan mereka dapatkan.

Menghentikan langkah di depan pintu perpisahan, Xiao Sa menarik Chen Yu hingga mereka berhadapan. Kedua pasang tangan saling bergandengan erat dan mengayun berirama, tampak seperti dua anak kecil yang tak rela berpisah untuk yang kedua kali.

"Jika ada waktu, Gege harus menghubungiku," titah Xiao Sa, lengkap dengan aura intimidasi yang baginya sangat menakutkan agar perintah tidak dibantah. Namun, dalam pandangan Chen Yu, adik kecilnya terlihat sangat menggemaskan dengan bibir cemberut. Tangan kekar sangat gatal untuk tidak mengusak rambut lelaki manis itu. Meski tindakan tersebut sangat tidak disukai pihak lain, Chen Yu dengan jiwa usilnya selalu melakukan hal yang dilarang.

Kemarahan tidak dapat dihindari ketika menyadari rambutnya rusak seakan-akan baru saja terkena angin ribut. Sudah berkali-kali Xiao Sa mengatakan bahwa rambut adalah mahkota yang harus dijaga sehingga sangat tidak dianjurkan untuk dirusak, terutama di luar rumah. Fakta yang tidak diketahui oleh siapa pun, makna di balik perkataan itu adalah Xiao Sa tidak ingin terlihat jelek di depan orang lain. Dia ingin selalu tampil cantik. Sayangnya, selagi dia berada di sekitar sang kakak, kata cantik selalu enggan mendekatinya. Penampilan yang susah payah dipersiapkan sedemikian rupa menjadi kacau seketika. Alih-alih marah, Xiao Sa tidak mampu berkata-kata. Hanya diam seperti orang yang terpukul jiwanya.

Chen Yu yang menyadari sinyal kemarahan pun tidak segera menghibur, dia justru berpura-pura tidak tahu. Mencubit kedua pipi sang adik hingga menggembung lucu, kemudian meninggalkan kecupan hangat pada keningnya sebelum mulai beralih ke hadapan Lin Yi.

"Paman, aku pergi. Tolong jaga Xiao Sa," ucap Chen Yu.

Mendengar perkataan Chen Yu, Lin Yi menyanggupi melalui dekapan. Dia mengusap sejenak punggung sang keponakan sebelum mulai memberikan pesan, "Jangan lupa menghubungiku jika sudah tiba di China."

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang